15/04/2025
https://www.facebook.com/share/p/1BQdDcrXCM/
🌴 *BANYAK TEMAN VS SEDIKIT TEMAN*
Bismillah wa bifadhlihi
Asholatu wa assalam 'ala Rasulillah amma ba'du:
Sebagian orang berprinsip bahwa hidup itu harus banyak bergaul dan berteman dengan siapa saja. Karena dia yakin bahwa dengan hal itu, dia bisa mendapatkan banyak keuntungan.
Sebagian orang berprinsip bahwa hidup tidak perlu banyak bergaul dan berteman. Harus selektif sekali dan tidak masalah jika hanya ada satu atau dua teman. Dia yakin bahwa dengan begitu dia terhindar dari banyak keburukan.
Lalu bagaimanakah seharusnya kita sebagai seorang muslim? Perlukah banyak gaul dan teman? Atau lebih utama menjaga jarak dan memilah-milih teman?
Mari kita simak nasihat indah dari seorang ulama, Ibnu Hazm al Andalusi rahimahullah, beliau berkata:
ليس شيء من الفضائل أشبه بالرذائل من الاستكثار من الإخوان والأصدقاء، فإن ذلك فضيلة تامة متركبة ؛ لأنهم لا يكتسبون إلا بالحلم، والجود، والصبر، والوفاء.. والعفة... وتعليم العلم، وبكل حالة محمودة. ولسنا نعني.. الأتباع أيام الحرمة، فأولئك لصوص الإخوان وخبث الأصدقاء، والذين يظن أنهم أولياء وليسوا كذلك. ودليل ذلك انحرافهم عند انحراف الدنيا. ولا نعني أيضاً المصادقين لبعض الأطماع،.. والمتآلفين على النيل من أعراض الناس، والأخذ في الفضول، وما لا فائدة فيه ؛ فليس هؤلاء أصدقاء. ودليل ذلك أن بعضهم ينال من بعض، وينحرف عنه عند فقد تلك الرذائل التي جمعتهم، وإنما نعني إخوان الصفاء لغير معنى إلا لله عز وجل، إما للتناصر على بعض الفضائل الجدية، وإما لنفس المحبة المجردة فقط. ولكن إذا أحصيت عيوب الاستكثار منهم، وصعوبة الحال في إرضائهم، والغرر في مشاركتهم، وما يلزمك من الحق لهم عند نكبة تعرض لهم، فإن غدرت بهم أو أسلمتهم، لؤمت وذممت، وإن وفيت ؛ أضررت بنفسك، وربما هلكت، وهذا لا يرضى الفاضل بسواه إذا تنشب في الصداقة. وإذا تفكرت في الهم بما يعرض لهم وفيهم من موت أو فراق أو غدر من يغدر منهم ؛ كاد السرور بهم لا يفي بالحزن الممض من أجلهم.
*_Tidak ada kebajikan yang lebih menyerupai keburukan dibandingkan dengan memperbanyak saudara dan teman. Persahabatan sejati adalah mahkota kebajikan, karena ia hanya dapat terjalin melalui kesabaran, kemurahan hati, keteguhan, kesetiaan, kesucian diri, berbagi ilmu, dan segala sifat yang terpuji. Namun, dalam keindahannya terselip ujian, sebab tidak semua persahabatan membawa ketenangan dan keberkahan._*
*_Yang dimaksud di sini bukanlah mereka yang mendekat hanya saat kejayaan menyertai seseorang—mereka bukan sahabat sejati, melainkan bayangan yang pudar seiring perubahan keadaan. Saat dunia berbalik, mereka pun menjauh, sebagaimana dedaunan kering luruh dari dahannya. Juga bukan mereka yang berteman demi keuntungan pribadi atau demi mengejar hal-hal yang sia-sia—mereka hanyalah sekutu sementara yang akan saling mengkhianati ketika kepentingan yang menyatukan mereka sirna._*
*_Persahabatan yang sejati adalah ikatan yang terjalin semata karena Allah—tanpa pamrih, tanpa motif tersembunyi—baik untuk saling menegakkan kebajikan atau sekadar karena cinta yang murni. Namun, saat seseorang memperbanyak teman, ia pun harus bersiap menanggung beban—kesulitan dalam menyenangkan mereka, risiko dalam berinteraksi, serta kewajiban yang harus dipenuhi ketika mereka tertimpa musibah. Jika ia mengabaikan mereka, ia akan dicela; tetapi jika ia tetap setia, ia bisa mengorbankan dirinya sendiri, bahkan binasa oleh tanggung jawab yang berat. Orang bijak tidak akan mendambakan persahabatan tanpa kesadaran akan konsekuensinya._*
*_Dan bila seseorang merenungkan pahitnya kehilangan—baik karena kematian, perpisahan, atau pengkhianatan—ia akan menyadari bahwa kebahagiaan yang diperoleh bersama teman-teman hampir tidak sebanding dengan kesedihan mendalam yang muncul saat mereka pergi. Maka, persahabatan sejati bukanlah sekadar perbanyakan jumlah, tetapi ketulusan hati yang bertahan di segala keadaan._*
Wahai saudaraku yang dirahmati Allah...
Itulah nasihat yang bisa kita jadikan pedoman.
Bahwa pergaulan dan pertemanan itu banyak kebaikannya namun banyak p**a keburukannya. Semua tergantung dari "DENGAN SIAPA KITA BERGAUL DAN BERTEMAN".
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
*_Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.”_* (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
DARI SINI JELAS BAHWA:
1. Jika pergaulan dan pertemanan itu murni karena Allah dan mengikuti sunnah Nabi, cinta dan benci karena-Nya, banyak mendekatkan kita kepada ilmu, hidayah, dan akhirat,....maka pertahankan pergaulan dan pertemanan semacam ini. Hal itu akan banyak menguntungkan baik di dunia terlebih di akhirat.
2. Jika pergaulan dan pertemanan itu hanya karena motif dunia, kepentingan sesaat, cinta dan benci menurut ego dan nafsu, atau hanya karena ada kesamaan hobi dan pekerjaan, maka berhati-hatilah karena pergaulan dan pertemanan yang seperti ini pasti akan banyak merugikan jika tidak di dunia, bisa juga di akhirat.
Wallahu ta'ala a'lamu bi shawab...
✒️ Abu Hilyah al Akrimi حفظه الله تعالى
🌴 *BANYAK TEMAN VS SEDIKIT TEMAN*
Bismillah wa bifadhlihi
Asholatu wa assalam 'ala Rasulillah amma ba'du:
Sebagian orang berprinsip bahwa hidup itu harus banyak bergaul dan berteman dengan siapa saja. Karena dia yakin bahwa dengan hal itu, dia bisa mendapatkan banyak keuntungan.
Sebagian orang berprinsip bahwa hidup tidak perlu banyak bergaul dan berteman. Harus selektif sekali dan tidak masalah jika hanya ada satu atau dua teman. Dia yakin bahwa dengan begitu dia terhindar dari banyak keburukan.
Lalu bagaimanakah seharusnya kita sebagai seorang muslim? Perlukah banyak gaul dan teman? Atau lebih utama menjaga jarak dan memilah-milih teman?
Mari kita simak nasihat indah dari seorang ulama, Ibnu Hazm al Andalusi rahimahullah, beliau berkata:
ليس شيء من الفضائل أشبه بالرذائل من الاستكثار من الإخوان والأصدقاء، فإن ذلك فضيلة تامة متركبة ؛ لأنهم لا يكتسبون إلا بالحلم، والجود، والصبر، والوفاء.. والعفة... وتعليم العلم، وبكل حالة محمودة. ولسنا نعني.. الأتباع أيام الحرمة، فأولئك لصوص الإخوان وخبث الأصدقاء، والذين يظن أنهم أولياء وليسوا كذلك. ودليل ذلك انحرافهم عند انحراف الدنيا. ولا نعني أيضاً المصادقين لبعض الأطماع،.. والمتآلفين على النيل من أعراض الناس، والأخذ في الفضول، وما لا فائدة فيه ؛ فليس هؤلاء أصدقاء. ودليل ذلك أن بعضهم ينال من بعض، وينحرف عنه عند فقد تلك الرذائل التي جمعتهم، وإنما نعني إخوان الصفاء لغير معنى إلا لله عز وجل، إما للتناصر على بعض الفضائل الجدية، وإما لنفس المحبة المجردة فقط. ولكن إذا أحصيت عيوب الاستكثار منهم، وصعوبة الحال في إرضائهم، والغرر في مشاركتهم، وما يلزمك من الحق لهم عند نكبة تعرض لهم، فإن غدرت بهم أو أسلمتهم، لؤمت وذممت، وإن وفيت ؛ أضررت بنفسك، وربما هلكت، وهذا لا يرضى الفاضل بسواه إذا تنشب في الصداقة. وإذا تفكرت في الهم بما يعرض لهم وفيهم من موت أو فراق أو غدر من يغدر منهم ؛ كاد السرور بهم لا يفي بالحزن الممض من أجلهم.
*_Tidak ada kebajikan yang lebih menyerupai keburukan dibandingkan dengan memperbanyak saudara dan teman. Persahabatan sejati adalah mahkota kebajikan, karena ia hanya dapat terjalin melalui kesabaran, kemurahan hati, keteguhan, kesetiaan, kesucian diri, berbagi ilmu, dan segala sifat yang terpuji. Namun, dalam keindahannya terselip ujian, sebab tidak semua persahabatan membawa ketenangan dan keberkahan._*
*_Yang dimaksud di sini bukanlah mereka yang mendekat hanya saat kejayaan menyertai seseorang—mereka bukan sahabat sejati, melainkan bayangan yang pudar seiring perubahan keadaan. Saat dunia berbalik, mereka pun menjauh, sebagaimana dedaunan kering luruh dari dahannya. Juga bukan mereka yang berteman demi keuntungan pribadi atau demi mengejar hal-hal yang sia-sia—mereka hanyalah sekutu sementara yang akan saling mengkhianati ketika kepentingan yang menyatukan mereka sirna._*
*_Persahabatan yang sejati adalah ikatan yang terjalin semata karena Allah—tanpa pamrih, tanpa motif tersembunyi—baik untuk saling menegakkan kebajikan atau sekadar karena cinta yang murni. Namun, saat seseorang memperbanyak teman, ia pun harus bersiap menanggung beban—kesulitan dalam menyenangkan mereka, risiko dalam berinteraksi, serta kewajiban yang harus dipenuhi ketika mereka tertimpa musibah. Jika ia mengabaikan mereka, ia akan dicela; tetapi jika ia tetap setia, ia bisa mengorbankan dirinya sendiri, bahkan binasa oleh tanggung jawab yang berat. Orang bijak tidak akan mendambakan persahabatan tanpa kesadaran akan konsekuensinya._*
*_Dan bila seseorang merenungkan pahitnya kehilangan—baik karena kematian, perpisahan, atau pengkhianatan—ia akan menyadari bahwa kebahagiaan yang diperoleh bersama teman-teman hampir tidak sebanding dengan kesedihan mendalam yang muncul saat mereka pergi. Maka, persahabatan sejati bukanlah sekadar perbanyakan jumlah, tetapi ketulusan hati yang bertahan di segala keadaan._*
Wahai saudaraku yang dirahmati Allah...
Itulah nasihat yang bisa kita jadikan pedoman.
Bahwa pergaulan dan pertemanan itu banyak kebaikannya namun banyak p**a keburukannya. Semua tergantung dari "DENGAN SIAPA KITA BERGAUL DAN BERTEMAN".
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
*_Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.”_* (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
DARI SINI JELAS BAHWA:
1. Jika pergaulan dan pertemanan itu murni karena Allah dan mengikuti sunnah Nabi, cinta dan benci karena-Nya, banyak mendekatkan kita kepada ilmu, hidayah, dan akhirat,....maka pertahankan pergaulan dan pertemanan semacam ini. Hal itu akan banyak menguntungkan baik di dunia terlebih di akhirat.
2. Jika pergaulan dan pertemanan itu hanya karena motif dunia, kepentingan sesaat, cinta dan benci menurut ego dan nafsu, atau hanya karena ada kesamaan hobi dan pekerjaan, maka berhati-hatilah karena pergaulan dan pertemanan yang seperti ini pasti akan banyak merugikan jika tidak di dunia, bisa juga di akhirat.
Wallahu ta'ala a'lamu bi shawab...
✒️ Abu Hilyah al Akrimi حفظه الله تعالى