Suami_Istri

Suami_Istri Contact information, map and directions, contact form, opening hours, services, ratings, photos, videos and announcements from Suami_Istri, Digital creator, Jalan Timor raya km 18, Kupang.
(4)

“Beautiful wedding is easy, but beautiful marriage is different things.” Membuat acara pernikahan menjadi indah adalah hal yang mudah, tetapi membuat perjalanan pernikahan menjadi indah bukanlah hal yang mudah.

Wahai istri mandiri, yang berjuang bukan untuk gengsi tapi demi senyum anakmu semoga Tuhan melapangkan setiap jalanmu da...
09/11/2025

Wahai istri mandiri, yang berjuang bukan untuk gengsi tapi demi senyum anakmu semoga Tuhan melapangkan setiap jalanmu dan melipatgandakan hasil dari setiap tetes keringatmu. Karena Bagi istri mandiri yang menggenggam lelah demi menghapus tangis kecil di rumah, semoga langkahmu selalu dijaga langit, dan rezekimu mengalir tanpa batas. 💪 -Suami_Istri-

09/11/2025

Jangan sombong bisa dekat dengan banyak perempuan, karena kemuliaan laki-laki justru terlihat dari bagaimana ia menjaga pandangan dan hatinya hanya untuk satu wanita..

09/11/2025

Salah pilih pasangan terus harus bagaimana

Pelakor Itu Ibarat Bunga Plastik, Pengkhianat Itu Ibarat Pisau Berlapis EmasAda kalanya dalam hidup, kita ketemu dengan ...
08/11/2025

Pelakor Itu Ibarat Bunga Plastik, Pengkhianat Itu Ibarat Pisau Berlapis Emas

Ada kalanya dalam hidup, kita ketemu dengan sosok yang tampak sempurna di permukaan. Senyumnya lembut, tutur katanya manis, gayanya penuh pesona tapi ternyata, semuanya cuma topeng. Karena di balik keindahan palsu itu, tersembunyi niat yang tajam, menusuk tanpa ampun.

Pelakor itu ibarat bunga plastik. Sekilas indah, warnanya menawan, bentuknya rapi, bahkan kadang terlihat lebih cantik daripada bunga asli. Tapi sayang, ia tak punya aroma. Tak punya kehidupan. Hanya benda mati yang menipu mata. Ia tak pernah mekar karena cinta, hanya berdiri kaku karena ego. Tak pernah tumbuh karena kasih, hanya berdiri karena ingin memiliki.

Dan ketika ia diletakkan di antara bunga-bunga sejati, ia membuat taman itu kehilangan maknanya. Semua tampak sama dari jauh, tapi yang hidup akan layu, yang palsu tetap berdiri angkuh. Tapi ingat, bunga plastik tak pernah jadi simbol cinta sejati karena cinta sejati tumbuh dari hati, bukan dari ambisi.

Sedangkan pengkhianat, ah… mereka itu ibarat pisau berlapis emas. Dari luar berkilau, tampak mewah, seolah bisa dipercaya. Tapi jangan lupa, seberapa indah pun lapisan emasnya, ujungnya tetap tajam, siap menghunus dari belakang. Ia pura-pura memeluk, padahal sedang mengukur jarak tusukan. Ia berpura-pura peduli, padahal sedang menunggu lengah.

Lucunya, orang seperti ini sering merasa bangga. Merasa menang karena bisa menipu, bisa mengambil yang bukan miliknya, bisa mencuri hati yang pernah dijaga dengan sepenuh jiwa. Tapi mereka lupa setiap yang diperoleh dengan cara kotor, takkan pernah membawa ketenangan. Yang terlihat bahagia, sesungguhnya sedang berbohong pada dirinya sendiri.

Pelakor dan pengkhianat sama-sama punya satu kesamaan:
Mereka pandai menyamar jadi “baik”. Tapi kebaikan yang mereka jual, tak lebih dari kemasan murahan. Karena pada akhirnya, kebenaran akan selalu menang, meski datangnya pelan.

Biar semesta yang menilai. Karena setiap luka yang lahir dari pengkhianatan, akan diganti Tuhan dengan ketenangan yang jauh lebih dalam. Dan setiap cinta yang direbut dengan cara yang salah, takkan pernah bertahan lama.

Jadi untukmu yang pernah disakiti jangan marah, jangan benci terlalu lama.
Bunga plastik bisa dipajang di ruang tamu, tapi tak pernah bisa menggantikan wangi bunga hidup.
Pisau berlapis emas bisa berkilau di tangan, tapi tetap saja berkarat di hati yang busuk.

Biarkan waktu yang membuka kedok. Karena pada akhirnya, yang palsu akan pudar, yang sejati akan bertahan.

Karya:Suami_Istri



08/11/2025

Kadang, bukan orang luar yang merusak rumah tangga,
tapi keluarga sendiri yang terlalu ikut campur..

08/11/2025

Kenapa Jangan Pernah Ceritakan Kejelekan Pasanganmu ke Keluargamu? Kamu Harus Dengar Ini…

08/11/2025

Suami yang minta pendapat istri bukan sedang kehilangan arah, tapi sedang memastikan langkahnya benar.

Banyak Anak Banyak Rezeki”… Tapi, Benarkah Masih Berlaku di Zaman Sekarang?Kamu pasti pernah dengar kalimat ini, kan? “B...
07/11/2025

Banyak Anak Banyak Rezeki”… Tapi, Benarkah Masih Berlaku di Zaman Sekarang?

Kamu pasti pernah dengar kalimat ini, kan? “Banyak anak banyak rezeki.”
Ungkapan yang diwariskan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. Dulu, kalimat ini seperti mantra yang menenangkan hati orang tua zaman dulu bahwa setiap anak membawa keberkahan, membawa rezekinya masing-masing.

Namun sekarang, di tengah derasnya arus modernitas, gaya hidup yang serba cepat, dan biaya hidup yang bikin napas sesak… benarkah keyakinan itu masih bisa dipegang dengan teguh?
Atau jangan-jangan, ungkapan itu sudah mulai kehilangan maknanya di hadapan realita?

Akar Sejarah: Ketika Anak Jadi Rezeki yang Nyata

Mari kita mundur sedikit ke masa lalu.
Dulu, Indonesia masih hidup dalam pola masyarakat agraris sawah, ladang, kebun, dan ternak jadi sumber penghidupan utama. Di masa itu, banyak anak bukan berarti beban, tapi justru kekuatan ekonomi. Setiap anak adalah “tangan tambahan” di sawah, di ladang, di rumah. Mereka ikut menanam, memanen, memikul hasil panen, dan menjaga hewan ternak.

Dalam logika sederhana: makin banyak anak, makin banyak tenaga kerja.
Makin banyak tenaga, makin besar hasil panen. Dan dari situlah muncul keyakinan:

“Banyak anak banyak rezeki.”

Tapi bukan cuma soal ekonomi. Di zaman dulu, sistem sosial belum sekuat sekarang.
Belum ada BPJS, belum ada tabungan pensiun, belum ada asuransi.
Anak-anaklah satu-satunya “jaminan masa tua”.
Mereka yang akan merawat orang tuanya, menjaga sawahnya, dan meneruskan nama keluarga.

Dengan begitu, ungkapan ini bukan sekadar kata-kata tapi doa, harapan, bahkan pegangan hidup.

Zaman Berubah, Realita Ikut Bergeser

Sekarang kita hidup di dunia yang sangat berbeda. Tenaga manusia digantikan mesin. Lahan pertanian makin sempit.
Dan yang lebih penting, anak-anak bukan lagi tenaga kerja mereka adalah tanggung jawab yang harus dididik, dijaga, dan dipersiapkan untuk masa depan.

Membesarkan anak di era modern bukan hal ringan. Bayangkan, dari popok sampai kuliah, semua butuh biaya yang tidak kecil.
Biaya sekolah naik tiap tahun, belum lagi biaya kesehatan, kebutuhan nutrisi, dan hal-hal lain yang datang tak terduga.

Kalimat “banyak anak banyak rezeki” mungkin dulu terasa menenangkan.
Tapi sekarang, bagi sebagian keluarga, justru terdengar seperti tantangan:

“Banyak anak banyak tanggung jawab.”

Rezeki Itu Datang, Tapi Butuh Dijemput

Kita tentu sepakat bahwa rezeki datang dari Tuhan. Namun, Tuhan juga memberikan akal dan tangan untuk menjemputnya.
Rezeki tidak datang begitu saja hanya karena kita menambah jumlah anak.
Ada usaha, ada perencanaan, ada tanggung jawab yang berjalan bersamaan.

Orang tua zaman dulu mungkin cukup memberi makan dan pakaian, tapi orang tua masa kini dituntut lebih: memberi pendidikan terbaik, menjaga kesehatan mental anak, menciptakan lingkungan yang aman, dan membangun karakter mereka di tengah dunia digital yang penuh distraksi.

Dan itu semua… tidak bisa dilakukan hanya dengan “niat baik”.
Butuh kesiapan, baik finansial maupun emosional.

Fakta Kehidupan Modern yang Perlu Dipertimbangkan:
1. Pendidikan = Investasi Jangka Panjang
Di era kompetisi global, pendidikan bukan pilihan, tapi kebutuhan.
Dan biaya pendidikan dari TK sampai universitas bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Satu anak saja sudah jadi investasi besar, apalagi lima?
2. Perhatian Emosional Semakin Penting
Banyak anak sering berarti perhatian terbagi.
Padahal, anak zaman sekarang tumbuh di dunia yang menuntut perhatian dan kehangatan emosional tinggi dari orang tuanya.
Mereka butuh didengar, bukan sekadar diberi makan.
3. Kesehatan Bukan Sekadar Fisik
Anak-anak butuh makanan bergizi, olahraga, dan lingkungan sehat.
Tapi jangan lupa, mereka juga butuh kesehatan mental yang dijaga.
Stres anak-anak zaman sekarang lebih kompleks daripada sekadar PR sekolah.
4. Bumi Kita Sudah Lelah
Populasi dunia terus meningkat, sementara sumber daya alam menipis.
Banyak negara mulai mengkampanyekan “keluarga kecil, keluarga bahagia” bukan karena ingin membatasi rezeki, tapi menjaga keseimbangan hidup.

❤️ Tapi Jangan Salah, Banyak Anak Memang Bisa Membawa Kebahagiaan

Meski begitu, bukan berarti memiliki banyak anak itu salah. Bagi sebagian keluarga, anak-anak adalah sumber keceriaan.
Rumah yang ramai tawa, suara gaduh di pagi hari, canda di meja makan itu semua adalah bentuk rezeki yang tak ternilai.

Ada yang bilang, “anak itu rezekinya masing-masing.”
Dan memang benar. Setiap anak punya jalan rezekinya sendiri.
Kadang dari satu anak, kita belajar sabar.
Dari anak lain, kita belajar bersyukur.
Dari yang lain lagi, kita belajar ikhlas.

Namun, rezeki batin itu tidak akan terasa jika orang tua sendiri kelelahan karena tidak siap menghadapi tanggung jawabnya.
Rezeki baru bisa dirasakan jika ada kesiapan dan kesadaran dalam menjalaninya.

Relevansi Ungkapan Itu di Zaman Sekarang

Jadi, apakah “banyak anak banyak rezeki” masih relevan?

Jawabannya: relevan, tapi dengan makna yang harus diperbarui.

Dulu, “banyak anak” berarti banyak tenaga.
Sekarang, “banyak anak” berarti banyak tanggung jawab.
Dulu, “rezeki” diukur dari hasil panen.
Sekarang, “rezeki” diukur dari kualitas hidup, pendidikan, dan kebahagiaan keluarga.

Mungkin, sudah saatnya kita mengganti maknanya menjadi:

“Setiap anak membawa rezeki, tapi rezeki itu hanya bisa tumbuh di tangan orang tua yang siap menanam dan merawatnya.”

Antara Keyakinan dan Perhitungan

Tidak salah jika masih percaya bahwa anak adalah rezeki.
Karena memang benar, setiap nyawa yang lahir membawa takdir dan jalan hidupnya sendiri.
Namun, keyakinan tanpa kesiapan bisa berubah jadi penyesalan.

Tuhan memang memberi rezeki, tapi manusia tetap perlu menjemputnya dengan kerja keras dan perencanaan.
Jadi, sebelum memutuskan untuk menambah anak, mungkin ada baiknya bertanya pada diri sendiri:
• Sudahkah aku siap mendidik mereka, bukan hanya membesarkan?
• Sudahkah aku bisa memberi waktu dan perhatian yang cukup?
• Sudahkah aku siap menanggung tanggung jawabnya, bukan hanya berharap pada rezekinya?

Penutup: Ubah Cara Pandang, Bukan Keyakinan

Ungkapan lama tidak harus dibuang, tapi bisa dimaknai ulang.
Karena sesungguhnya, nilai dasarnya tetap indah: setiap anak adalah anugerah.
Namun, di zaman sekarang, kebijaksanaan tidak hanya datang dari keyakinan, tapi juga dari perencanaan.

Rezeki memang datang dari Tuhan,
tapi yang menentukan bagaimana rezeki itu tumbuh adalah manusia.

Jadi, mungkin bukan “banyak anak banyak rezeki” lagi, tapi “anak yang dibesarkan dengan kasih dan kesadaran, dialah rezeki sejati.”

Karena pada akhirnya, bukan jumlah anak yang menentukan seberapa banyak rezeki kita,
tapi seberapa dalam cinta dan tanggung jawab yang kita tanam di setiap hati kecil yang Tuhan titipkan.

Karya:Suami_Istri



07/11/2025

Menikah bukan hanya soal ucap akad nikah atau janji nikah

Jangan Cuma Pikir Pesta, Pikir Juga SetelahnyaBanyak yang bermimpi punya pesta pernikahan megah, meriah, penuh kemewahan...
07/11/2025

Jangan Cuma Pikir Pesta, Pikir Juga Setelahnya

Banyak yang bermimpi punya pesta pernikahan megah, meriah, penuh kemewahan… tapi ujung-ujungnya ngutang.
Abis nikah, bukannya hidup bahagia, malah sibuk mikirin cicilan dan bayar utang.
Awalnya senyum di pelaminan, tapi setelah tamu pulang, yang tersisa cuma tumpukan tagihan.

Akhirnya, rumah tangga yang baru seumur jagung mulai ribut bukan karena cinta yang hilang, tapi karena beban yang terlalu berat.
Orang lain menikmati pestanya, tapi kita sendiri yang babak belur setelahnya.

Jangan ya dek, jangan.
Pernikahan bukan tentang pesta besar, tapi tentang kehidupan setelahnya.
Pesta sederhana pun bisa berkesan, asal dijalani dengan tulus dan bahagia.

Jangan kemakan kalimat “sekali seumur hidup,”
karena jauh lebih melelahkan kalau akhirnya kamu menderita seumur hidup.

Buat kamu yang sedang merencanakan pernikahan, pahami ini baik-baik:
Bekal setelah menikah jauh lebih penting daripada pesta sesaat.

Karya:Suami_Istri


07/11/2025

Perawan tua di anggap aib, hamil di luar nikah di anggap wajar.

07/11/2025

Istri atau Suami yang selingkuh tak kehilangan cinta, ia kehilangan malu.Dan saat malu sudah pergi, kehormatan pun
ikut hilang.

Semoga yang baca jadi orang yang setia

Address

Jalan Timor Raya Km 18
Kupang
85111

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Suami_Istri posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Suami_Istri:

Share