TOMBO ATI

TOMBO ATI ๐™‰๐™š๐™ฌ ๐˜พ๐™ค๐™ฃ๐™ฉ๐™š๐™ฃ๐™ฉ ๐˜พ๐™ง๐™š๐™–๐™ฉ๐™ค๐™ง
- ๐˜’๐˜ฆ๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ
- ๐˜š๐˜ฐ๐˜ด๐˜ช๐˜ข๐˜ญ ๐˜’๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜บ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ
- ๐˜š๐˜ฐ๐˜ค๐˜ช๐˜ฆ๐˜ต๐˜บ
- ๐˜‰๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜๐˜ข๐˜ฌ๐˜ต๐˜ถ๐˜ข๐˜ญ
- ๐˜๐˜ช๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ
(1)

Kiai Sepuh Kecewa, Rois Aam Kembali Tidak Hadir Dalam Musyawarah Kubro di Lirboyo. Dalam bebrapa pertemuan sebelumnya ya...
22/12/2025

Kiai Sepuh Kecewa, Rois Aam Kembali Tidak Hadir Dalam Musyawarah Kubro di Lirboyo.

Dalam bebrapa pertemuan sebelumnya yang diadakan oleh para kiai sepuh rois aam juga terpantau tidak hadir seperti pertemuan di Al Falah Ploso dan di Tebuireng.

Apakah ini sebagai bentuk PEMBANGKANGAN dan merasa lebih mulia dibanding Kyai2 sepuh yang mengundangnya?

Hatimu terbuat dari apa Mbah ? ๐Ÿ™„

๐“๐š๐ฌ๐ฅ๐ข๐ฆ, ๐ˆ๐ฌ๐ฅ๐š๐ก, ๐๐š๐ง ๐‰๐š๐ฅ๐š๐ง ๐๐ฎ๐ฅ๐š๐ง๐  ๐๐š๐ก๐๐ฅ๐š๐ญ๐ฎ๐ฅ ๐”๐ฅ๐š๐ฆ๐šDi Lirboyo, sebuah pesantren tua yang menjadi saksi panjang denyut sejara...
21/12/2025

๐“๐š๐ฌ๐ฅ๐ข๐ฆ, ๐ˆ๐ฌ๐ฅ๐š๐ก, ๐๐š๐ง ๐‰๐š๐ฅ๐š๐ง ๐๐ฎ๐ฅ๐š๐ง๐  ๐๐š๐ก๐๐ฅ๐š๐ญ๐ฎ๐ฅ ๐”๐ฅ๐š๐ฆ๐š

Di Lirboyo, sebuah pesantren tua yang menjadi saksi panjang denyut sejarah Nahdlatul Ulama, para sesepuh berkumpul bukan untuk menambah bara, melainkan merawat api. Api itu bernama adab. Api itu bernama konstitusi. Dan di atas semuanya, api itu bernama AD/ART. Panglima sunyi yang kerap dilupakan ketika suara mulai meninggi dan ego merasa paling benar.

Musyawarah Kubro Ahad (21/12/2025) siang itu bukan sekadar pertemuan. Ia adalah ikhtiar kolektif untuk mengembalikan NU kepada porosnya: jamโ€™iyyah diniyyah ijtimaโ€™iyyah yang bertumpu pada kebijaksanaan, bukan kemenangan; pada aturan, bukan kekuasaan.

Maka tidak mengherankan bila Islah diletakkan sebagai jalan utama. Bukan sebagai jalan pintas, tetapi sebagai jalan pulang. Islah, dalam tradisi NU, bukan tanda kalah. Ia justru adalah keberanian tertinggi: keberanian menundukkan ego di hadapan maslahat yang lebih besar.

Sebab yang dipertaruhkan bukan kursi, melainkan marwah; bukan siapa menang, tetapi apakah NU tetap utuh. Namun para Mustasyar paham betul, niat baik harus berdiri di atas pijakan yang kokoh. Itulah sebabnya AD/ART ditegakkan sebagai kunci sekaligus panglima. Bukan untuk mengancam, tetapi untuk menuntun.

Forum Lirboyo berbicara dengan bahasa yang jernih: bila Islah tak tercapai, maka konstitusi harus berjalan. Mandat kepemimpinan diserahkan kepada Mustasyar, panitia muktamar dibentuk secara netral, dan bila perlu, Muktamar Luar Biasa digelar sebagai jalan terakhir.

Tidak ada improvisasi liar, tidak ada tafsir sepihak. Semua kembali kepada kitab bersama bernama AD/ART, teks yang mungkin kering di mata sebagian orang, tetapi justru di sanalah etika organisasi disemai. Atau dalam bahasa K.H Said Aqil Siradz AD/ART jangan dianggap sebagai bungkus kacang!

Dalam suasana itulah, KH Yahya Cholil Staquf berdiri di mimbar Musyawarah Kubro. Bukan sebagai seorang penguasa yang bertahan, melainkan sebagai santri yang paham makna taslim. Kata itu jarang diucapkan dalam politik organisasi, tetapi di Lirboyo, kata itu menemukan rumahnya.

Taslim kepada Mustasyar, taslim kepada keputusan jamaah, taslim kepada tafsir kolektif yang lahir dari musyawarah.

Ia tidak menutup diri. Ia membuka pintu tabayun selebar-lebarnya. Ia tidak meminta pembenaran, tetapi pemeriksaan. Sebuah sikap yang langka di tengah zaman ketika tuduhan sering dijawab dengan tuduhan, dan klarifikasi kalah cepat dari fitnah.

Lebih dari itu, ia menegaskan bahwa sejak awal, yang ia kehendaki hanyalah Islah. Islah yang berpihak pada kebenaran, bukan kompromi dengan kebatilan.

Di titik ini, taslim bukan kelemahan. Taslim adalah kekuatan spiritual yang hanya dimiliki oleh mereka yang yakin bahwa kebenaran tidak lahir dari suara paling keras, melainkan dari proses yang paling sahih.

Dengan menyatakan patuh pada keputusan PWNU, PCNU, dan tafsir Mustasyar, K.H Yahya sesungguhnya sedang mengirim pesan penting: bahwa kepemimpinan di NU bukan soal siapa di depan, tetapi siapa yang paling siap taat pada aturan.

Upayanya untuk terus menerus menghubungi Rais Aam, permohonan untuk bertemu, dan kesediaannya menunggu batas waktu tiga kali dua puluh empat jam, menunjukkan satu hal: bahwa Islah tidak cukup diucapkan, ia harus diperjuangkan dengan kesabaran. Bahkan bila kesabaran itu harus diuji oleh sunyi dan ketiadaan jawaban.

Lirboyo mengajarkan satu pelajaran penting: bahwa konflik boleh datang dan pergi, tetapi AD/ART harus tetap berdiri. Ia bukan sekadar pasal dan ayat, melainkan penjaga adab, penuntun jalan, dan panglima terakhir ketika semua argumen telah dikeluarkan. Di hadapan konstitusi, semua sama. Baik yang memimpin maupun yang dipimpin.

Jika Islah tercapai, NU menang tanpa sorak juga sorai. Jika Muktamar Luar Biasa harus ditempuh, NU tetap menang karena setia pada aturannya sendiri. Sebab dalam tradisi besar Nahdlatul Ulama, kemenangan sejati bukan ketika lawan tumbang, melainkan ketika jamโ€™iyyah tetap tegak, utuh, dan bermartabat.

Dan di Lirboyo, pada Ahad yang hening meski hujan turun deras sekali itu, NU diingatkan kembali: bahwa jalan pulang selalu tersedia, selama kita mau tunduk pada panglima bernama AD/ART dan bersujud pada hikmah bernama taslim.

21/12/2025

Panjenengan layak memimpin NU kembali Yai.

Semoga Allah SWT memberi kesempatan lagi ๐Ÿคฒ๐Ÿป

Pernyataan GY sebagai Ketum :1. Taslim dan menerima Keputusan Muskub PP. lirboyo. 2. Bersedia diperiksa dan memberi klar...
21/12/2025

Pernyataan GY sebagai Ketum :

1. Taslim dan menerima Keputusan Muskub PP. lirboyo.

2. Bersedia diperiksa dan memberi klarifikasi terhadap semua tuduhan yg ditujukan kepada beliau, dengan cara apapun, baik terbuka maupun tertutup.

3. Hari ini langsung melaksanakan keputusan Muskub PP. lirboyo dengan Menghubungi Rois Am meminta waktu Sowan menghadap secepatnya sesuai Arahan Para Kyai Mustasyar dan Kyai pesantren.

Lirboyo, 21 Desember 2025

Lirboyo dan Ploso memiliki pengaruh dominan di tingkat PC dan PW.Kekuatan kultural ini sangat menentukan arah dan nasib ...
21/12/2025

Lirboyo dan Ploso memiliki pengaruh dominan di tingkat PC dan PW.

Kekuatan kultural ini sangat menentukan arah dan nasib NU, karena NU pada hakikatnya bertumpu pada kultural.

Rois Awam Miftahul Ambyar Cs Ngumpet ๐Ÿ˜…Apa artinya ini ?
21/12/2025

Rois Awam Miftahul Ambyar Cs Ngumpet ๐Ÿ˜…

Apa artinya ini ?

Isu zionis cuma pemanisIsu tambang sudah hilangMerusak tradisi demi ambisiMenabrak aturan demi keangkuhanMemvonis tanpa ...
19/12/2025

Isu zionis cuma pemanis
Isu tambang sudah hilang
Merusak tradisi demi ambisi
Menabrak aturan demi keangkuhan
Memvonis tanpa lege artis
Menolak islah demi berpisah

Duh NU ku
Nasibmu kini
Diobrak abrik mereka yang numpang hiduo dalam naunganmu

Gus Ulil Bersuara: "Penetapan Muhammad Nuh Jadi Katib Aam PBNU Tidak Sah" ๐Ÿฅด๐Ÿฅด
16/12/2025

Gus Ulil Bersuara: "Penetapan Muhammad Nuh Jadi Katib Aam PBNU Tidak Sah" ๐Ÿฅด๐Ÿฅด

IRONI BUGHOT-BUGHOT ORGANISASIDalam sebuah panggung pelantikan PWNU Jawa Timur, Rais โ€˜Aam KH Miftachul Akhyar berdiri pe...
14/12/2025

IRONI BUGHOT-BUGHOT ORGANISASI

Dalam sebuah panggung pelantikan PWNU Jawa Timur, Rais โ€˜Aam KH Miftachul Akhyar berdiri penuh wibawa, seolah sedang memberi wejangan abadi tentang bagaimana NU harus dijaga dari gejolak, intrik, dan kudeta internal. Dengan suara tenang beliau memperingatkan bahaya Musyawarah Luar Biasa yang โ€œakan melahirkan bughot-bughot organisasiโ€. Saat itu seakan-akan beliau sedang menasihati orang lainโ€”atau mungkin, tanpa ia sadari, sedang bernubuat tentang dirinya sendiri.

Karena kini, di tahun 2025, sejarah NU justru mencatat sebuah ironi yang terlalu telanjang untuk ditutupi: pemakzulan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dilakukan bukan lewat MLB yang dulu beliau anggap berbahaya, melainkan melalui mekanisme yang lebih berbahayaโ€”rapat ad-hoc Syuriyah yang tidak pernah tercantum dalam AD/ART, tidak memiliki legitimasi struktural, dan tidak memiliki landasan konstitusi organisasi apa pun. Seolah bughot yang paling ditakuti itu meloncat bukan dari celah MLB, tapi dari ruang rapat yang dipimpin orang yang dulu memperingatkan bahaya itu.

Di pidatonya, beliau mengatakan bahwa mandat lima tahun tidak boleh diganggu gugat. โ€œJanji mandat itu lima tahun,โ€ katanya. โ€œTidak boleh berhenti di tengah jalan.โ€ Kalimat itu terdengar seperti pegangan moral tertinggi: janji adalah janji; amanah adalah amanah; periode adalah periode. Namun dalam kenyataannya, periode Ketua Umum diputus sebelah tangan, mandat lima tahun digunting sebelum waktunya, dan prinsip yang beliau kumandangkan sendiri dikhianati oleh tindakan yang beliau restui. Bila mandat lima tahun adalah janji sakral, maka sakralitas itu koyak justru oleh penjaganya.

Kemudian ada ucapan tentang makom: bahwa makom Rais Aam adalah makom mahmud, tak bisa ditukar dengan Wapres, bahkan RI 1 pun โ€œkurangโ€ bagi beliau. Kalimat ini awalnya terdengar seperti laku zuhud seorang ulama besar. Namun ketika langkah politik internal memuncak dan struktur organisasi dipaksa berbelok mengikuti keputusan sepihak, makom yang katanya tak bisa ditukar itu mendadak tampak bukan lagi puncak kemuliaan, tetapi menjadi alat legitimasi untuk menggeser kepemimpinan yang sah. Bila makom itu memang begitu mulia, mengapa ia digunakan untuk menghalalkan proses yang tak mulia?

Rais Aam juga pernah berbicara panjang tentang ketaatan kepada Syuriyah. Tentang tongkat dan ular. Bahwa bila para kiai meminta seseorang menjadi ular, maka ia harus siap. Dan bila para kiai meminta kembali menjadi tongkat, maka ia wajib taat. โ€œYang ada hanya samiโ€™na wa athaโ€™na,โ€ begitu katanya. Namun yang terjadi dalam dinamika PBNU 2025 justru sebaliknya: mayoritas kiai sepuh, dari Ploso hingga Tebuireng, dari Mustasyar hingga ulama pesantren besar, menyerukan bahwa pemakzulan Ketua Umum melanggar AD/ART dan tidak boleh dilakukan. Alih-alih โ€œsamiโ€™na wa athaโ€™naโ€, suara para kiai justru disingkirkan. Diabaikan. Dibelokkan. Tongkat dipaksa jadi ular, dan ularnya tidak mau kembali jadi tongkat meski para kiai memintanya. Padahal itu metafora yang beliau buat sendiri.

AD/ART NU 2022 jelas seperti matahari: terang benderang. Pemakzulan Ketua Umum hanya dapat dilakukan melalui Muktamar Luar Biasa. Bukan rapat Syuriyah. Bukan pleno darurat. Bukan forum hotel. Tidak ada istilah โ€œrapat jajaran Syuriyahโ€ sebagai lembaga pemecat Ketua Umum. Tidak ada jalur pintas. Tidak ada lorong rahasia. Namun justru lorong rahasia itulah yang dipakai. Dan ketika segala sesuatu yang tak tercantum dalam AD/ART tiba-tiba muncul sebagai dasar tindakan organisasi, maka inilah definisi paling klasik dari bughot organisasi: tindakan yang memunggungi konstitusi tetapi mengaku demi penyelamatan organisasi.

Ironi paling getir justru terletak pada ucapan beliau sendiri: bahwa MLB bisa melahirkan bughot. Ternyata sejarah mencatat: bughot itu lahir bukan dari MLB, tetapi dari mekanisme yang menyalahi MLB. Bukan dari kader yang gelisah, tetapi dari pucuk kepemimpinan yang merasa berhak menafsirkan ulang konstitusi. Bukan dari massa, tetapi dari tangan yang pernah mengangkat kitab AD/ART dan berkata: โ€œini barometer kitaโ€.

Sungguh satu babak satire organisasi keagamaan yang tak perlu ditulis ulang oleh pengarang drama mana pun. Karena ia sudah sangat satir dengan sendirinya. Rais โ€˜Aam memperingatkan bughot, tetapi tindakannya justru menimbulkan apa yang ia takutkan. Beliau memagari amanah, tetapi justru menjadi pelanggar pagarnya. Beliau menolak politik, tetapi langkahnya berefek politik paling besar dalam tubuh NU satu dekade terakhir. Beliau menyanjung Syuriyah sebagai kolektif, tetapi menggunakan Syuriyah seperti palu.

Dan pada akhirnya, sejarah organisasi akan menulis kalimat pendek yang pedih:
bahwa bughot-bughot dalam tubuh NU tidak datang dari rakyat organisasi, tetapi dari Rais โ€˜Aam sendiri.

Sungguh satu babak satire organisasi keagamaan yang tak perlu ditulis ulang oleh pengarang drama mana pun. Karena ia sudah sangat satir dengan sendirinya. Rais โ€˜Aam memperingatkan bughot, tetapi tindakannya justru menimbulkan apa yang ia takutkan. Beliau memagari amanah, tetapi justru menjadi pelanggar pagarnya. Beliau menolak politik, tetapi langkahnya berefek politik paling besar dalam tubuh NU satu dekade terakhir. Beliau menyanjung Syuriyah sebagai kolektif, tetapi menggunakan Syuriyah seperti palu.

Dan pada akhirnya, sejarah organisasi akan menulis kalimat pendek yang pedih:
bahwa bughot-bughot dalam tubuh NU tidak datang dari rakyat organisasi, tetapi dari Rais โ€˜Aam sendiri.

Nyomot dari mas Najmi Fuady

12/12/2025

Mustasyar (sesepuh) NU sepakat dua pihak iumpul, Adakan Muktamar..

Eh.. Kok malah KH Miftahul Akhyar Ngeyel. Pilih Sendiri Ketum PBNU. Duh Gusti... NU jadi pecah lagi..

Lima Tokoh Besar di Belakang KH Zulfa Mustofa Pj Ketum PBNUKita lanjutkan Prahara PBNU season dua. Namun, sebelumnya kit...
11/12/2025

Lima Tokoh Besar di Belakang KH Zulfa Mustofa Pj Ketum PBNU

Kita lanjutkan Prahara PBNU season dua. Namun, sebelumnya kita mendudukkan kepala untuk korban Bencana Tanda Tangan di tanah Sumatera yang sudah mencapai 967 jiwa. Alfatehah untuk mereka. Simak narasinya sambil seruput Koptagul, wak!

Rapat Pleno Syuriyah PBNU yang โ€œtertutupโ€ itu entah kenapa suasananya lebih ramai dari konser band nostalgia. Di sinilah, KH Zulfa Mustofa melangkah sebagai Penjabat Ketua Umum PBNU dengan iringan lima tokoh besar. Lima orbit yang mempertegas pusat gravitasi kekuasaan malam itu.

Kalau ini film laga, mereka masuk dengan slow motion. Kalau ini sinetron, mereka adalah karakter-klimaks yang muncul menjelang episode terakhir. Mari kita buka satu-satu.

1. Khofifah Indar Parawansa, โ€œSrikandi Hijau Lembayung, Sang Pengendali Angin Selatanโ€

Khofifah masuk lobi dengan batik hijau dan kerudung kuning, perpaduan warna yang langsung membuat suhu ruangan naik dua derajat. Wartawan waspada, pengamat politik menegakkan spion laptop, dan para kader langsung pasang mode hitung arah angin.

Sebagai Ketua Muslimat NU dan Gubernur Jatim, kehadirannya bukan simbol lagi, tapi deklarasi diam-diam. Kalau Zulfa itu kapal, Khofifah adalah arah angin yang menentukan kapal itu akan menuju dermaga atau badai.

2. Habib Luthfi bin Yahya, โ€œSang Penjaga Aura, Ulama yang Bisa Menenangkan Rapat Hingar-bingarโ€

Habib Luthfi tidak perlu membuka suara. Cukup hadir, dan semua orang langsung merasa sedang berada di majelis zikir. Politik yang tadinya panas langsung turun menjadi hangat seperti teh tarik. Kalau ini film mafia, beliau adalah The Godfather versi sufi, cukup tatapan halus untuk menghentikan gaduh.

3. Gus Ipul (Saifullah Yusuf), โ€œMenteri Sosial Sekaligus Menteri Sinyalโ€

Datang dengan gaya sederhana, kemeja putih, peci hitam, senyum tipis. Tapi makna kedatangannya tidak sederhana. Gus Ipul adalah jembatan antara bahasa langit Syuriyah dan bahasa realpolitik duniawi. Kalau orang bingung membaca keputusan rapat, biasanya mereka menunggu siapa? Ya, menunggu Gus Ipul memberikan footnote.

4. Prof. Nasaruddin Umar, โ€œImam Besar, Narator Besarโ€

Begitu beliau masuk, suasana langsung jadi formal sekaligus filosofis. Suaranya saja sudah cukup menjadi narator. Tidak perlu tampil terus, tapi getaran kehadirannya terasa. Kalau rapat ini adalah opera, beliau adalah voice over yang membacakan prolog dengan wibawa kenegaraan.

5. KH Miftachul Akhyar, โ€œRais โ€˜Aam: Pemegang Palu, Penentu Takdirโ€

Inilah figur sentral. Rais โ€˜Aam yang anggukannya setara dengan bab penentu sejarah. Beliau adalah titik akhir semua mata memandang. Satu ucapan beliau bisa mengubah arah hari, satu restu mengubah arah organisasi. Beliau bukan hanya wasit, beliau pemilik stadionnya.

Lima tokoh ini bukan sekadar menambah dekorasi rapat. Kehadiran mereka adalah penegasan. Dalam tradisi NU, simbol itu lebih keras dari pengeras suara. Malam itu, simbol-simbol besar berkumpul di satu ruangan, membentuk garis tebal di belakang nama KH Zulfa Mustofa.

Hotel Sultan pun malam itu bukan sekadar hotel. Ia berubah menjadi panggung tempat politik, spiritualitas, dan aroma kopi tubruk menyatu menjadi sebuah cerita besar yang akan dibahas warung kopi dari Cakung sampai Kebomas.

Seperti semua drama yang memiliki episode tambahan, PBNU juga punya bab khusus, perebutan administratif. Begitu keputusan diumumkan, suasana berubah drastis. Kursi kantor dihitung. Lemari diinventarisir. Gembok mulai jadi isu. Remot AC dijaga seperti artefak.

Karena dalam ekosistem PBNU, siapa yang menguasai kantor duluan, dialah yang dinilai paling sah oleh warga yang sedang kebingungan membaca situasi. Lalu datanglah bab kedua,
perebutan stempel. Stempel ini, wakโ€ฆNilainya mungkin tidak sampai 200 ribu. Tapi di dunia NU? Ia adalah Infinity Stone. Dengan stempel, keputusan hidup. Tanpa stempel, keputusan hanyalah angin.

Bab terakhir, yang paling menentukan, adu cepat menuju Kemenkum. Dalam organisasi, legitimasi tertinggi bukan hanya baiat, tapi siapa yang duluan nongol di database resmi Kemenkum. Faksi yang lambat akan sibuk kirim broadcast WA berisi โ€œKesabaran adalah kunci.โ€ Sementara faksi yang cepat sudah update status, โ€œAlhamdulillah, SK sudah terbit.โ€ Hahaha, gitulah kira-kira drama saat ini di tubuh PBNU.

DiNU, wak, kadang kebenaran itu bukan soal siapa yang paling benarโ€ฆtapi siapa yang paling cepat menyalakan mobil dan berangkat ke Kemenkum. โ€œBang, infonya Pak Menteri Supratman Andi Agtas itu s**a damaikan pihak yang bertikai. Bisa saja beliau akan damaikan dua kubu ini.โ€

โ€œBisa jadi begitu. Cuma, di kubu KH Zulfa ada dua menteri. Ah..sudahlah, sing penting warga NU tetep semangat ngurus masyarakat awam disekitarnyaโ€

18/11/2025

Benar2 kasihan si Helwa jadi korban Bahar Smith ๐Ÿ˜ฐ

Address

Kwanyar

Telephone

+6282333995777

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when TOMBO ATI posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to TOMBO ATI:

Share