11/12/2025
Lima Tokoh Besar di Belakang KH Zulfa Mustofa Pj Ketum PBNU
Kita lanjutkan Prahara PBNU season dua. Namun, sebelumnya kita mendudukkan kepala untuk korban Bencana Tanda Tangan di tanah Sumatera yang sudah mencapai 967 jiwa. Alfatehah untuk mereka. Simak narasinya sambil seruput Koptagul, wak!
Rapat Pleno Syuriyah PBNU yang โtertutupโ itu entah kenapa suasananya lebih ramai dari konser band nostalgia. Di sinilah, KH Zulfa Mustofa melangkah sebagai Penjabat Ketua Umum PBNU dengan iringan lima tokoh besar. Lima orbit yang mempertegas pusat gravitasi kekuasaan malam itu.
Kalau ini film laga, mereka masuk dengan slow motion. Kalau ini sinetron, mereka adalah karakter-klimaks yang muncul menjelang episode terakhir. Mari kita buka satu-satu.
1. Khofifah Indar Parawansa, โSrikandi Hijau Lembayung, Sang Pengendali Angin Selatanโ
Khofifah masuk lobi dengan batik hijau dan kerudung kuning, perpaduan warna yang langsung membuat suhu ruangan naik dua derajat. Wartawan waspada, pengamat politik menegakkan spion laptop, dan para kader langsung pasang mode hitung arah angin.
Sebagai Ketua Muslimat NU dan Gubernur Jatim, kehadirannya bukan simbol lagi, tapi deklarasi diam-diam. Kalau Zulfa itu kapal, Khofifah adalah arah angin yang menentukan kapal itu akan menuju dermaga atau badai.
2. Habib Luthfi bin Yahya, โSang Penjaga Aura, Ulama yang Bisa Menenangkan Rapat Hingar-bingarโ
Habib Luthfi tidak perlu membuka suara. Cukup hadir, dan semua orang langsung merasa sedang berada di majelis zikir. Politik yang tadinya panas langsung turun menjadi hangat seperti teh tarik. Kalau ini film mafia, beliau adalah The Godfather versi sufi, cukup tatapan halus untuk menghentikan gaduh.
3. Gus Ipul (Saifullah Yusuf), โMenteri Sosial Sekaligus Menteri Sinyalโ
Datang dengan gaya sederhana, kemeja putih, peci hitam, senyum tipis. Tapi makna kedatangannya tidak sederhana. Gus Ipul adalah jembatan antara bahasa langit Syuriyah dan bahasa realpolitik duniawi. Kalau orang bingung membaca keputusan rapat, biasanya mereka menunggu siapa? Ya, menunggu Gus Ipul memberikan footnote.
4. Prof. Nasaruddin Umar, โImam Besar, Narator Besarโ
Begitu beliau masuk, suasana langsung jadi formal sekaligus filosofis. Suaranya saja sudah cukup menjadi narator. Tidak perlu tampil terus, tapi getaran kehadirannya terasa. Kalau rapat ini adalah opera, beliau adalah voice over yang membacakan prolog dengan wibawa kenegaraan.
5. KH Miftachul Akhyar, โRais โAam: Pemegang Palu, Penentu Takdirโ
Inilah figur sentral. Rais โAam yang anggukannya setara dengan bab penentu sejarah. Beliau adalah titik akhir semua mata memandang. Satu ucapan beliau bisa mengubah arah hari, satu restu mengubah arah organisasi. Beliau bukan hanya wasit, beliau pemilik stadionnya.
Lima tokoh ini bukan sekadar menambah dekorasi rapat. Kehadiran mereka adalah penegasan. Dalam tradisi NU, simbol itu lebih keras dari pengeras suara. Malam itu, simbol-simbol besar berkumpul di satu ruangan, membentuk garis tebal di belakang nama KH Zulfa Mustofa.
Hotel Sultan pun malam itu bukan sekadar hotel. Ia berubah menjadi panggung tempat politik, spiritualitas, dan aroma kopi tubruk menyatu menjadi sebuah cerita besar yang akan dibahas warung kopi dari Cakung sampai Kebomas.
Seperti semua drama yang memiliki episode tambahan, PBNU juga punya bab khusus, perebutan administratif. Begitu keputusan diumumkan, suasana berubah drastis. Kursi kantor dihitung. Lemari diinventarisir. Gembok mulai jadi isu. Remot AC dijaga seperti artefak.
Karena dalam ekosistem PBNU, siapa yang menguasai kantor duluan, dialah yang dinilai paling sah oleh warga yang sedang kebingungan membaca situasi. Lalu datanglah bab kedua,
perebutan stempel. Stempel ini, wakโฆNilainya mungkin tidak sampai 200 ribu. Tapi di dunia NU? Ia adalah Infinity Stone. Dengan stempel, keputusan hidup. Tanpa stempel, keputusan hanyalah angin.
Bab terakhir, yang paling menentukan, adu cepat menuju Kemenkum. Dalam organisasi, legitimasi tertinggi bukan hanya baiat, tapi siapa yang duluan nongol di database resmi Kemenkum. Faksi yang lambat akan sibuk kirim broadcast WA berisi โKesabaran adalah kunci.โ Sementara faksi yang cepat sudah update status, โAlhamdulillah, SK sudah terbit.โ Hahaha, gitulah kira-kira drama saat ini di tubuh PBNU.
DiNU, wak, kadang kebenaran itu bukan soal siapa yang paling benarโฆtapi siapa yang paling cepat menyalakan mobil dan berangkat ke Kemenkum. โBang, infonya Pak Menteri Supratman Andi Agtas itu s**a damaikan pihak yang bertikai. Bisa saja beliau akan damaikan dua kubu ini.โ
โBisa jadi begitu. Cuma, di kubu KH Zulfa ada dua menteri. Ah..sudahlah, sing penting warga NU tetep semangat ngurus masyarakat awam disekitarnyaโ