19/07/2025
SMAN 2 Nubatukan || Terima kasih Pak Albertus Muda Atun, S.Ag atas pengabdian sepuluh tahun di SMA Negeri 2 Nubatukan. Selamat bertugas di tempat baru, SKO San Bernardino -Lewoleba.
Berikut ini adalah ungkapan perasaan pak Alber yang dituangkan dalam sebuah refleksi mendalam.
Selamat membaca !
Melangkah Bersama Tuhan: Menuruni Bukit Menuju Tanah Datar (Sebuah Refleksi)
Sabtu 19 Juli 2025
Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat. Di SMA Negeri 2 Nubatukan, saya tumbuh bersama para siswa, rekan guru dan orang tua. Di sekolah ini, saya belajar tentang kesabaran, tanggung jawab dan cinta yang tanpa pamrih.
Setiap sudut ruang kelas memiliki kenangan tersendiri. Ada tawa ria ketika para siswa memahami materi, ada tangis ketika mereka mengalami kegagalan dan ada semangat ketika mereka bangkit kembali. Di SMA Negeri 2 Nubatukan, saya menemukan diri saya sendiri sebagai guru, pegiat literasi, pendidik iman sekaligus manusia yang rapuh yang terus berusaha mengejar kesempurnaan.
Namun di tahun 2025 ini, Tuhan membawa saya ke jalan baru, SKO San Bernadino Lamahora-Lembata. Setelah lulus tes PPPK Kementerian Agama, saya ditempatkan di sekolah ini. Awalnya, rasa syukur bercampur haru. Namun ada p**a s**a karena perjuangan saya terbayar, meski ada pilu karena harus meninggalkan SMA Negeri 2 Nubatukan yang sudah seperti rumah kedua.
Saya menyadari, bahwa menjadi guru bukan soal di mana saya berada, melainkan bagaimana saya menghidupi panggilan saya sebagai guru, penggerak literasi dan katekis-pendidik iman. Di SMA Negeri 2 Nubatukan saya menabur, di SKO San Bernadino saya diutus untuk kembali menabur dengan cara yang mungkin berbeda. Saya percaya, setiap langkah saya adalah bagian dari rencana Tuhan yang indah.
Di sekolah yang baru, mungkin saya akan menghadapi tantangan berbeda: lingkungan baru, karakter siswa yang beragam dan dinamika rekan kerja yang belum saya kenal. Namun, hati saya mantap. Saya datang bukan hanya untuk mengajar, melainkan untuk mengabdi sekaligus belajar. Saya datang untuk mendampingi generasi muda, memberi mereka harapan dan mengajarkan nilai-nilai hidup.
Saya percaya, Tuhan yang sama yang menyertai saya di SMA Negeri 2 Nubatukan, akan menuntun saya di SKO San Bernadino. Saya berniat, di setiap sapaan pagi, di setiap doa sebelum belajar, di setiap senyum dan teguran penuh kasih, di situlah saya menjadi saksi kasih-Nya.
Menuruni Gunung
Menjelajah perbukitan adalah sebuah petualangan. Tugas saya sebagai guru juga sebuah perjalanan melintasi darat, laut dan udara menjangkau Nusantara. Sebagai guru dan katekis, saya dapat merujuk pada banyak bagian Injil, dimana Yesus sering naik ke gunung untuk berdoa dan menyendiri bersama Bapa. Gunung melambangkan tempat perjumpaan dengan Allah, tempat kontemplasi dan penguatan iman. Namun setelah itu, Yesus selalu turun kembali ke tanah datar, yakni ke tengah-tengah umat-Nya.
Gunung tidak boleh membuat saya berada dalam zona nyaman diri. Saya mesti melihat ke tanah datar untuk menjajaki, menyelidiki berbagai hal tentang manusia, alam dan kehidupannya.
Yesus sendiri juga tidak tinggal diam di ‘gunung doa’, tetapi membawa kekuatan doa-Nya turun kepada umat, mengajar, menyembuhkan, dan mengampuni.
Ruang Kehidupan dan Pelayanan
Tanah datar melambangkan kehidupan sehari-hari.
Tempat orang bekerja, berjuang dan bersosialisasi. Tempat di mana luka batin dan fisik nyata ditemukan. Tempat di mana pengampunan dan kasih perlu dihadirkan secara konkret.
Tindakan Yesus menuruni gunung dan berjalan di tanah datar menegaskan misi Inkarnasi: Allah hadir dan turun dalam realitas manusiawi saya.
Iman bukan hanya tinggal dalam doa dan retret rohani (gunung), tetapi menuntut saya untuk turun menjadi terang dan garam di tempat di mana penderitaan, kebingungan, dan pencarian makna hidup terjadi. Salah satunya adalah di lembaga pendidikan.
Yesus mengajar di tanah datar agar Sabda menjadi hidup bagi diri saya dan sesama, bukan sekadar wacana teologis di ruang ibadat.
Relevansi Pastoral
Sebagai pengikut Kristus, saya dipanggil untuk memiliki saat teduh di gunung doa (keheningan, Ekaristi, retret).
Namun saya juga diutus untuk menapaki tanah datar kehidupan, membawa harapan, pengampunan, dan pengajaran Kristus di keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Iman sejati bukan hanya berhenti di gunung kontemplasi, tetapi berbuah dalam tanah datar kehidupan nyata. Seperti Yesus, saya dan Anda dipanggil untuk menuruni gunung dan menghadirkan Kerajaan Allah di mana pun saya berada secara khusus di tempat pengabdian saya yang baru SKO San Bernadino.
Terima kasih, Tuhan, atas sepuluh tahun perjalanan yang telah saya lalui dalam tawa ria juga kesedihan karena didera sakit. Kini, saya siap melanjutkan langkah di jalan yang baru. Saya ingin tetap menjadi pelita di manapun saya ditempatkan, hingga kelak, ketika masa pengabdian saya usai, saya boleh berkata:
“Saya telah mengajar dengan segenap hati. Saya telah melayani dengan segenap jiwa. Terima kasih, Tuhan, karena Engkau telah memakai hidup saya bagi kemuliaan-Mu. Terima kasih dan selamat tinggal SMAN 2 Nubatukan, sampai jumpa SKO San Bernadino.(*)