Halaman Edukasi

Halaman Edukasi Jangan lupa Klik s**a atau Klik ikuti halamannya. Dan silahkan SHARE/BAGIKAN SAJA status kata-kata nya ga perlu izin tapi mohon maaf DILARANG COPAS/SALIN.

Terimakasih pengertiannya 🙏🏻

15/07/2025

IZIN SATU MINGGU YA AKAK 🙏🏻

Aku Menjauh, Bukan Karena Tak SayangTenang saja…kali ini aku benar-benar belajar pergi.Bukan karena aku menyerah,tapi ka...
15/07/2025

Aku Menjauh, Bukan Karena Tak Sayang

Tenang saja…
kali ini aku benar-benar belajar pergi.
Bukan karena aku menyerah,
tapi karena aku sadar:
hadirku bukan lagi kau harapkan.

Aku tahu…
caraku mencintaimu mungkin terlalu keras,
terlalu dekat,
terlalu sering, hingga membuatmu sesak
bukan nyaman.

Maaf…
jika selama ini aku hadir seperti badai,
yang tak tahu kapan harus reda,
yang tak paham bahwa hatimu bukan tempat untuk terus dijejali rindu.

Aku pernah berpikir,
selama aku tulus, maka semuanya akan baik-baik saja.
Ternyata, tidak semua yang tulus bisa dimengerti,
tidak semua yang mencinta pantas untuk dibalas.

Maka kali ini, aku akan pergi pelan-pelan…
tanpa menyalahkan,
tanpa menuntut balasan,
tanpa berharap kau berlari mengejarku.

Aku akan menjauh…
demi kebaikanmu.
Demi ruang lega di dadamu yang tak lagi ingin aku isi.
Demi diriku sendiri, yang juga lelah menunggu
seseorang yang tak pernah betul-betul memintaku tinggal.

Tenang saja…
aku tak akan membuat kepergianku menyakitimu.
Sebab mungkin, kepergianku…
adalah hadiah terakhir yang bisa kuberi untukmu
yang tak pernah benar-benar menginginkanku.

✍🏻 Halaman Edukasi

Mengulang Doa untuk Harapan yang Masih SamaAda doa yang tak pernah usang meski waktu terus berjalan.Doa yang lirihnya sa...
15/07/2025

Mengulang Doa untuk Harapan yang Masih Sama

Ada doa yang tak pernah usang meski waktu terus berjalan.
Doa yang lirihnya sama, tujuannya masih satu, dan namanya pun tak pernah berubah.
Setiap malam, dalam diam yang panjang, aku menyebutnya lagi dan lagi—meski langit belum juga menjawab.

Aku tahu, mungkin terlihat bodoh di mata orang.
Mengapa terus berharap pada sesuatu yang tak pasti?
Mengapa masih setia pada harapan yang bahkan tak memberi tanda akan datang?

Tapi bukankah cinta sejati bukan tentang kepastian,
melainkan tentang kesetiaan pada doa yang tak pernah lelah dipanjatkan?

Setiap aku menengadahkan tangan,
ada gemetar di hati yang mencoba ikhlas,
namun tak bisa bohong bahwa aku masih ingin—
masih ingin dia, masih ingin itu,
masih ingin semua harapan itu jadi nyata, walau hanya sekali saja.

Doaku mungkin tak lantang, tapi ia dalam.
Doaku mungkin tak penuh puisi, tapi ia jujur.
Dan meski aku tahu, mungkin Tuhan sedang berkata “belum”,
aku tetap mengulanginya...
karena itulah satu-satunya cara agar hatiku tetap kuat berdiri.

Mengulang doa untuk harapan yang sama bukan karena aku keras kepala,
tapi karena di situlah jiwaku pernah merasa hidup—
dan entah bagaimana, aku belum sanggup menggantinya.

Biarlah doa ini menjadi saksi,
bahwa aku pernah mencintai dengan seteguh ini,
dan bahwa harapan itu, meski belum jadi nyata,
telah menjadikanku lebih sabar, lebih ikhlas,
dan lebih manusia.

✍🏻 Halaman Edukasi

Ada masa dalam hidup ketika kita lelah menjadi biasa-biasa saja. Ketika janji pada diri sendiri terasa lebih sakral dari...
15/07/2025

Ada masa dalam hidup ketika kita lelah menjadi biasa-biasa saja. Ketika janji pada diri sendiri terasa lebih sakral daripada sekadar motivasi sesaat. Saat itulah aku berdiri, menatap ke depan dengan tekad penuh bara. Bukan lagi untuk membuktikan pada dunia, tapi untuk menepati sumpah pada diriku sendiri.

Aku sudah terlalu sering menunda. Terlalu sering memaafkan kelalaian dan menyebutnya sebagai "manusiawi." Tapi tidak kali ini. Tidak untuk impian yang telah berkali-kali aku kubur hidup-hidup hanya karena takut gagal. Tidak lagi untuk kesempatan yang aku biarkan lewat, hanya karena aku terlalu sibuk bersikap seolah punya waktu tanpa batas.

Targetku kali ini bukan sekadar ambisi, ia adalah harga diriku. Ia adalah bukti bahwa aku tidak menyerah meski telah jatuh berkali-kali. Bahwa aku bukan lagi versi diriku yang dulu—yang takut mencoba, yang mencari alasan, yang menjadikan luka sebagai tameng untuk tidak bergerak.

Tiada lagi masa untuk bermain-main. Hidup tak akan menunggu. Dunia tidak akan memberi ruang bagi yang setengah-setengah. Dan aku... aku memilih untuk habis-habisan. Karena aku tahu, jika aku tidak serius sekarang, maka aku akan selamanya menjadi penonton dalam hidupku sendiri.

Maka lihatlah nanti, bukan hari ini, bukan besok. Tapi suatu saat yang tak lama lagi—aku akan berdiri di puncak pencapaianku dan berkata, "Akhirnya aku menepati janjiku sendiri."

✍🏻 Halaman Edukasi

Suatu hari nanti,saat langkahku tak lagi berpijak di sisimu,kau akan meraba hening dan bertanya,mengapa dunia terasa ber...
14/07/2025

Suatu hari nanti,
saat langkahku tak lagi berpijak di sisimu,
kau akan meraba hening dan bertanya,
mengapa dunia terasa berbeda,
padahal hanya aku yang tiada.

Kau akan menoleh ke sudut-sudut waktu,
mencari jejak-jejakku yang dulu,
dalam tawa yang tak kau simpan,
dalam sabar yang tak kau hargai,
dan dalam cinta yang tak kau kenali.

Aku tak pernah meminta kau mengerti,
hanya berharap kau merasa,
bahwa hadirku bukan sekadar nama,
tapi nyawa kecil yang diam-diam
menguatkanmu tanpa jeda.

Dan bila aku benar-benar pergi,
biarlah angin malam yang menyampaikan,
bahwa aku pernah ada,
dengan luka yang kutelan diam-diam,
demi melihatmu tersenyum tanpa tahu aku terluka.

Suatu hari nanti,
kau akan mengerti:
cinta yang tulus tak selalu keras suara,
ia hanya pergi,
saat tak ada lagi tempat untuk p**ang.

✍🏻 Halaman Edukasi

“Bahagianya Perempuan Itu Sederhana: Kejujuran”Bahagianya perempuan itu sebenarnya tidak rumit.Bukan soal hadiah mahal, ...
12/07/2025

“Bahagianya Perempuan Itu Sederhana: Kejujuran”

Bahagianya perempuan itu sebenarnya tidak rumit.
Bukan soal hadiah mahal, bukan soal janji indah, dan bukan p**a tentang kata-kata manis yang mengalir seperti puisi.
Bahagianya perempuan... cuma satu: kejujuran.

Karena saat perempuan mencintai, ia menyerahkan seluruh hatinya—tanpa sisa, tanpa ragu.
Ia percaya dengan tulus. Ia yakin dengan sepenuh jiwa.
Maka ketika seseorang yang ia percaya mulai berbohong, meski hanya sekali... semuanya berubah.

Seketika, rasa aman itu runtuh.
Sekali kau bohongi dia, maka bukan hanya kebenaran yang hilang, tapi juga ketenangan pikirannya.
Ia mulai bertanya-tanya, mulai curiga, mulai merasa tidak cukup.
Dan tanpa kau sadari, setiap kalimatmu akan ia ulang dalam kepalanya... berkali-kali.
Ia overthinking, bukan karena ia ingin—tapi karena hatinya yang pernah dikhianati tak bisa lagi tidur dengan damai.

Perempuan hanya ingin tenang.
Ia hanya ingin percaya tanpa takut dikecewakan.
Ia hanya ingin mencintai tanpa harus waspada pada setiap gerak-gerikmu.

Maka jangan pernah bohong padanya, walau untuk hal kecil.
Karena luka yang ditinggalkan oleh kebohongan, tidak bisa disembuhkan hanya dengan maaf.
Ia akan selalu membawa rasa ragu, dan dari rasa ragu itulah... cinta perlahan kehilangan makna.

Jangan ambil ketenangannya jika kau mencintainya.
Karena bagi perempuan, kebahagiaan yang paling ia butuhkan adalah hati yang jujur, dan pria yang membuatnya merasa aman—bukan hanya dicintai, tapi juga dihargai.

✍🏻 Halaman Edukasi

“Istiqomah: Di Antara Langit dan Bumi”Istiqomah bukan tentang siapa yang paling cepat sampai, tapi siapa yang tetap berj...
12/07/2025

“Istiqomah: Di Antara Langit dan Bumi”

Istiqomah bukan tentang siapa yang paling cepat sampai, tapi siapa yang tetap berjalan meski berkali-kali ingin menyerah.
Ia adalah pilihan untuk tetap melangkah, meski kaki gemetar dan hati nyaris patah.

Melangitkan doa setiap malam—dengan suara lirih dan mata basah—bukan karena ragu pada takdir, tapi karena kita tahu... hanya kepada-Nya semua harap pantas dititipkan.
Dan saat pagi datang, kita membumikan ikhtiar.
Kita berjuang. Kita jatuh. Kita bangkit lagi.
Kita percaya, sekecil apa pun langkah yang kita ambil, jika diniatkan karena-Nya, pasti akan ada arti.

Istiqomah itu melelahkan, sebab tidak semua orang mengerti betapa kerasnya menahan diri dari menyerah.
Betapa menyakitkannya melihat waktu berlalu, sedangkan harapan belum juga menyapa nyata.
Tapi sesungguhnya, Allah tidak pernah menutup jalan bagi hamba yang terus mengetuk pintu-Nya.

Akan ada titik bahagia—bukan hari ini mungkin, tapi kelak saat sabar kita telah cukup menguat.
Titik di mana kita bisa menoleh ke belakang dan berkata:
"Aku tidak berhenti. Aku tetap bertahan. Dan lihat, Allah benar-benar menyimpan hadiah terindah-Nya di ujung sabarku."

Maka teruslah istiqomah.
Meski langit belum menjawab.
Meski bumi belum memberi.
Karena yakin itu bukan tentang melihat hasil sekarang,
Tapi tentang percaya bahwa Allah takkan pernah mengabaikan usaha hamba-Nya yang setia menunggu dengan sabar.

✍🏻 Halaman Edukasi

“Seribu Pertanyaan di Bawah Langit”Aku ikhlas.Setidaknya itu yang setiap hari aku coba yakinkan pada diriku sendiri. Bah...
12/07/2025

“Seribu Pertanyaan di Bawah Langit”

Aku ikhlas.
Setidaknya itu yang setiap hari aku coba yakinkan pada diriku sendiri. Bahwa semua yang terjadi padaku, baik luka maupun kehilangan, adalah bagian dari skenario Tuhan yang tak pernah salah. Aku tidak lagi bertanya “kenapa”, karena terlalu sering aku lelah mendapatkan tak ada jawaban. Aku tidak lagi melawan takdir, karena terlalu sering aku kalah.

Tapi...
Kadang kala, saat malam begitu sunyi dan langit terbentang luas tanpa batas, aku menatap ke atas dengan dada yang sesak. Ada seribu pertanyaan yang menggantung di sana—di antara bintang-bintang dan awan-awan kelabu.

Semahal itukah kebahagiaan?
Hingga aku harus kehilangan begitu banyak untuk mencicipinya.
Hingga aku harus menangis diam-diam, menahan rindu dan kecewa tanpa bisa bersuara.
Hingga aku harus terlihat kuat, bahkan saat dunia dalamku sedang runtuh.

Aku tahu, hidup bukan tentang siapa yang paling banyak tertawa, tapi siapa yang paling bisa bertahan. Tapi tetap saja... ada hari-hari di mana aku ingin merasakan bahagia tanpa khawatir, tanpa air mata, tanpa merasa tidak layak.

Bukan, aku tidak iri pada mereka yang terlihat bahagia. Aku hanya... lelah bertanya-tanya: kapan giliranku?

Namun meski begitu, aku tetap berjalan. Dengan langkah pelan tapi penuh harap. Sebab mungkin, suatu hari, langit yang kupandang ini akan menjatuhkan satu jawaban: bahwa semua sabarku tidak pernah sia-sia. Bahwa kebahagiaan itu memang mahal, tapi bukan tidak mungkin untuk kumiliki.

Dan sampai hari itu tiba, biarlah aku tetap ikhlas... meski terkadang bertanya dalam diam.

✍🏻 Halaman Edukasi

Pahitnya Kejujuran, Manisnya KebohonganSepahit-pahitnya kejujuran,ia tetap membawa kebaikan.Mungkin saat diucapkan, ia m...
11/07/2025

Pahitnya Kejujuran, Manisnya Kebohongan

Sepahit-pahitnya kejujuran,
ia tetap membawa kebaikan.
Mungkin saat diucapkan, ia melukai.
Mungkin saat didengar, ia menghancurkan harapan.
Tapi kejujuran, seperti obat pahit yang menyembuhkan,
selalu datang dengan niat menyelamatkan,
bukan menyenangkan sesaat.

Kejujuran mungkin membuatmu kehilangan,
mungkin membuat hubungan renggang,
mungkin membuatmu ditinggalkan.
Tapi lihat lebih dalam:
dari kejujuran akan lahir kelegaan, kepercayaan,
dan akhirnya… ketenangan hati.

Karena tidak ada beban lebih berat dari hidup dalam kepura-puraan.
Dan tidak ada luka yang lebih pedih dari kebenaran yang disembunyikan terlalu lama.

Sebaliknya,
semanis-manisnya kebohongan,
ia akan menggiringmu pada kehancuran.
Awalnya terdengar indah, nyaman, membungkus luka dengan senyum palsu.
Tapi lama-lama, topeng akan retak.
Kebohongan akan menuntut kebohongan baru untuk menutupinya.
Dan hidup pun berubah jadi labirin tanpa arah—penuh ketakutan akan terungkapnya kebenaran.

Kebohongan memang menggoda:
ia membuatmu tampak baik di mata orang,
tapi merusakmu perlahan dari dalam.

Jika harus memilih antara menyakiti dengan jujur
atau menyenangkan dengan dusta—
pilihlah kejujuran, meski getir.

Karena hidup yang dibangun di atas kejujuran,
mungkin tak selalu mudah,
tapi ia kuat, bersih, dan akan bertahan.

✍🏻 Halaman Edukasi

Menikahlah dengan pria yang cintanya lebih besar darimu.Karena seumur hidup itu lama, dan cinta yang setengah-setengah t...
11/07/2025

Menikahlah dengan pria yang cintanya lebih besar darimu.
Karena seumur hidup itu lama, dan cinta yang setengah-setengah tak akan cukup untuk melewati badai yang akan datang.
Pilihlah dia yang mencintaimu dengan utuh—yang tak hanya mengucap janji di depan saksi, tapi benar-benar berjuang menepatinya setiap hari.

Menikahlah dengan pria yang mau membelamu di hadapan dunia,
bukan yang hanya mencintaimu dalam diam atau rahasia,
tapi dia yang berani menggenggam tanganmu dan berkata,
"Ini wanita yang aku pilih, yang akan aku jaga,
apa pun kata dunia."

Jangan menikah hanya karena takut sendiri,
atau karena desakan waktu dan sekitar.
Menikahlah dengan pria yang mengusahakan segalanya untuk bersamamu,
yang tidak menjadikanmu pilihan terakhir setelah segalanya gagal,
tapi menjadikanmu satu-satunya tujuan yang ia perjuangkan sejak awal.

Karena cinta yang besar itu nyata:
ia tak diam ketika kamu terluka,
ia tak pergi ketika kamu lemah,
ia tetap tinggal bahkan saat kamu merasa tak layak dicintai.

Menikahlah dengan pria yang tak pernah membiarkanmu merasa sendirian dalam hubungan,
yang menjadikanmu segalanya—bukan sekadar pasangan hidup,
tapi rumah, tujuan, dan alasannya bertahan.

Sebab kelak, di tahun-tahun yang panjang,
di antara tawa yang mulai pelan dan kulit yang mulai keriput,
yang akan tetap bertahan bukanlah cinta yang biasa-biasa saja…
melainkan cinta yang besar, yang tak pernah berhenti tumbuh,
meski waktu terus berjalan.

✍🏻 Halaman Edukasi

Boleh kah aku bertanya, semesta?Kenapa engkau menitipkan rasa yang begitu hebatnya…padahal engkau tahu, kita mustahil un...
11/07/2025

Boleh kah aku bertanya, semesta?

Kenapa engkau menitipkan rasa yang begitu hebatnya…
padahal engkau tahu, kita mustahil untuk bersama?

Aku mencoba mengerti cara kerjamu.
Katanya, segala sesuatu sudah ditakar.
Segala pertemuan, perpisahan, bahkan rasa yang tumbuh, semua dalam kendalimu.
Tapi kenapa harus dia?
Kenapa harus rasa sedalam ini?
Dan kenapa akhirnya… tidak untuk dimiliki?

Apakah rasa hanya sekadar pengingat bahwa aku masih bisa mencintai, meski tak bisa memiliki?
Ataukah kau ingin mengajarkanku tentang ikhlas tanpa pamrih, tentang melepaskan sesuatu yang tak pernah benar-benar kugenggam?

Aku tak marah, semesta.
Hanya lelah menebak-nebak maksudmu.
Hanya sesak memendam rasa yang tak berumah.
Hanya hampa, ketika tiap harapan perlahan kau patahkan sendiri.

Apa ini cara lembutmu menyuruhku belajar menerima kenyataan?
Atau ini hanya bagian dari rencanamu yang tak bisa kumengerti sekarang, tapi suatu saat nanti akan kujadikan pelajaran?

Jika iya, baiklah.
Aku akan menyimpan rasa ini,
bukan lagi untuk dia…
tapi sebagai bukti bahwa aku pernah mencintai dengan tulus.
Meski tak pernah sampai.

Tapi izinkan aku bertanya sekali lagi, semesta:
Jika bukan untuk bersatu, kenapa kau ciptakan perasaan yang begitu menyiksa saat dipisahkan?

Atau jawabannya memang:
Cinta tidak selalu harus memiliki… hanya cukup dirasakan, diam-diam, sekuat-kuatnya.

✍🏻 Halaman Edukasi

"Terbiasa, Tapi Tidak Pernah Selesai"Aku terbiasa menahan sakit,menyembunyikan luka di balik senyum yang tak lagi hangat...
10/07/2025

"Terbiasa, Tapi Tidak Pernah Selesai"

Aku terbiasa menahan sakit,
menyembunyikan luka di balik senyum yang tak lagi hangat.
Terbiasa merapikan puing-puing dalam diam,
berusaha utuh meski nyatanya hampir hancur.

Aku terbiasa melewati hari-hari mengecewakan,
dengan dada sesak dan kepala penuh tanda tanya.
Terbiasa menutup kesepian dengan tawa palsu,
seolah baik-baik saja padahal ingin disapa: "kamu nggak apa-apa?"

Aku terbiasa bertemu wajah-wajah palsu,
yang datang karena butuh, bukan karena peduli.
Dan hanya sedikit…
yang benar-benar hadir, yang memelukku tak hanya dengan tangan,
tapi dengan ketulusan yang tak bisa dibeli.

Jika hari ini aku masih ada,
bukan karena hidup ini ramah,
tapi karena aku tidak pernah benar-benar membiarkan diriku menyerah.
Aku belajar menenangkan badai dalam dada
meski tak ada yang tahu sedang sekuat apa aku bertahan.

Aku berterima kasih…
pada mereka yang tak melepasku
saat aku tak bisa dijadikan sandaran,
pada mereka yang bersabar,
yang memberiku ruang, bukan desakan
untuk menyelesaikan benang kusut dalam diriku yang panjang.

Terima kasih…
karena di tengah kelelahan yang tak selalu tampak,
masih ada yang memilih tinggal
dan percaya…
bahwa aku bisa sembuh, meski pelan-pelan.

✍🏻 Halaman Edukasi

Address

Liwa

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Halaman Edukasi posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Halaman Edukasi:

Share