22/08/2025
Di sudut Gaza, ada seorang bocah bernama Yasser. Usianya masih belia, namun matanya telah menyimpan cerita yang tak terhitung. Ia sering membagikan kesehariannya di media sosial. Kadang ia tersenyum polos, mencoba menunjukkan kebahagiaan kecil yang masih bisa ia raih. Kadang wajahnya muram, menatap langit yang penuh dentuman dan debu.
Di antara unggahannya, terselip ucapan terima kasih sederhana untuk sepotong roti, sekantong beras, atau sekotak makanan yang ia terima. Sebuah syukur tulus dari hati yang masih murni, meski hidupnya dibatasi reruntuhan dan suara sirine.
Yasser mungkin hanyalah satu dari ribuan anak di Gaza, tapi lewat postingannya, ia seolah berteriak kepada dunia: “Kami masih ada. Kami masih berusaha tersenyum. Jangan lupakan kami.”
Di balik layar, kita mungkin hanya melihat foto atau video singkat. Namun bagi Yasser, itu adalah potongan nyata dari perjuangan hidup yang sesungguhnya—antara harapan dan kehilangan, antara tawa dan air mata.