Lombok Friendly

Lombok Friendly Your Guide to everything Lombok & Beyond. Temukan inspirasi liburan terbaik di Lombok dan sekitarnya! Your guide to everything Lombok & Beyond
(274)

Lombok Friendly menyajikan informasi wisata dalam format vlog dan berita tentang destinasi wisata: alam, sejarah, budaya, kuliner, dan event seru.

12/11/2025

Tempat pijat refleksi terbaru di Kota Mataram, Lamèy Reflexology.

berat

Kenapa Lombok Dijuluki Pulau Seribu Masjid?Salah satu keunikan Lombok dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia yang ma...
12/11/2025

Kenapa Lombok Dijuluki Pulau Seribu Masjid?

Salah satu keunikan Lombok dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia yang mayoritas berpenduduk Muslim adalah jumlah masjidnya yang luar biasa banyak. Hampir di setiap sudut desa, kubah dan menara menjulang megah, menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap budaya dan spiritual masyarakat Sasak.

Menurut data Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2023, terdapat 5.584 masjid di seluruh Pulau Lombok yang tersebar di 598 desa. Artinya, setiap desa rata-rata memiliki sembilan hingga sepuluh masjid. Jumlah itu belum termasuk ribuan mushola kecil yang hampir selalu hadir di setiap dusun, bahkan di tingkat RT.

Angka tersebut bahkan melampaui Provinsi Aceh, yang dikenal sebagai Serambi Mekah, dengan sekitar 4.450 masjid. Fenomena ini tentu tidak muncul begitu saja. Di balik deretan kubah dan menara yang menghiasi setiap desa, tersimpan jejak panjang perjalanan Islam di tanah Sasak.

Julukan “Pulau Seribu Masjid” pun bukan tanpa dasar. Gelar ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970 oleh Effendi Zarkasih, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, yang terkesan melihat begitu banyaknya masjid di seluruh penjuru Lombok.

Kuatnya pengaruh Islam di Lombok diyakini telah berakar sejak masa kerajaan, terutama setelah kedatangan Sunan Prapen dari Giri Kedaton pada abad ke-16. Semangat religius masyarakat Sasak juga tampak dari tingginya minat mereka untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.

Sejarawan Denys Lombard (1995) mencatat bahwa pada abad ke-19, meski Lombok berada di bawah kekuasaan kerajaan Hindu dan tekanan kolonial Belanda, umat Muslim Sasak tetap tekun mengirim jamaah haji setiap tahun. Lombok bahkan termasuk wilayah dengan jumlah jamaah haji terbanyak di Hindia Belanda.

Catatan Adrian Steenbrink, yang mengutip laporan pejabat Belanda Karel Frederik Holle, menyebut bahwa pada tahun 1888 jumlah jamaah haji asal Lombok mencapai 162 orang — angka yang sangat tinggi untuk masa kolonial dengan segala keterbatasannya.

Dua tahun setelah Indonesia merdeka, surat kabar Nieuwe Courant edisi 23 September 1947 melaporkan bahwa Lombok kembali mencatat rekor nasional: 1.100 jamaah haji diberangkatkan melalui Pelabuhan Ampenan menggunakan dua kapal, SS Phrontis dan SS Ocean.

Tak heran bila media Hindia Belanda kala itu sering menyebut Lombok sebagai “Mekah Kecil”, sebagai bentuk pengakuan atas keteguhan iman masyarakat Sasak dan kedekatan spiritual mereka dengan dunia Islam. (LF).

Pengantin viral!Seorang pria asal Pagutan, Lombok Tengah menikahi wanita Australia dan menggelar resepsi adat nyongkolan...
11/11/2025

Pengantin viral!
Seorang pria asal Pagutan, Lombok Tengah menikahi wanita Australia dan menggelar resepsi adat nyongkolan khas suku Sasak, Sabtu (8/11/2025).

Momen sakral bernuansa budaya lokal itu sontak viral di media sosial, menampilkan perpaduan unik antara kearifan tradisi Sasak dan pesona internasional.

Sumber: Berita Indonesia
🎥: Ghaza Pradipta

 Air terjun mangku Sakti, Sembalun.
11/11/2025


Air terjun mangku Sakti, Sembalun.

Bersama Mantan Presiden Soeharto dan Gus Dur, Sultan Muhammad Salahuddin Dianugerahi Gelar Pahlawan NasionalJakarta — Se...
10/11/2025

Bersama Mantan Presiden Soeharto dan Gus Dur, Sultan Muhammad Salahuddin Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Jakarta — Setelah bertahun-tahun diusulkan tanpa hasil, Sultan Muhammad Salahuddin, Sultan ke-14 Kerajaan Bima, akhirnya resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto dalam upacara di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025).

Penganugerahan ini menjadi bentuk penghormatan negara atas jasa para tokoh bangsa yang berkontribusi besar bagi perjuangan dan kemerdekaan Indonesia. Tahun ini, sebanyak 10 tokoh, termasuk mantan Presiden Soeharto dan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), menerima gelar Pahlawan Nasional 2025.

Sultan Muhammad Salahuddin dikenal sebagai pemimpin visioner yang memperjuangkan kemerdekaan dan kesejahteraan rakyat Bima di masa kolonial.

H. M. Soeharto, Presiden ke-2 RI, dianugerahi gelar Pahlawan Nasional atas jasanya dalam menjaga stabilitas dan memimpin pembangunan nasional. Gelar tersebut diterima secara simbolis oleh dua anaknya, Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut) dan Bambang Trihatmodjo.

Sementara itu, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga dianugerahi gelar Pahlawan Nasional atas perannya memperjuangkan demokrasi, pluralisme, dan toleransi di Indonesia.

Sumber: Tribun Palembang, BBC Indonesia

Masalah Lombok: Antara Ambisi, Tipu Daya, dan Perlawanan“Membandingkan Lombok dengan Aceh atau Flores adalah kebodohan b...
10/11/2025

Masalah Lombok: Antara Ambisi, Tipu Daya, dan Perlawanan

“Membandingkan Lombok dengan Aceh atau Flores adalah kebodohan besar!

Demikian penggalan kutipan pernyataan yang termuat dalam berita opini De Locomotief edisi 21 Juni 1892, dalam sebuah kolom berjudul De Lomboksche Kwestie sebagai gambaran Pandangan Kolonial tentang Lombok

“Di sini kita berhadapan dengan rakyat yang makmur, wilayah yang mudah dijangkau, dan jalan-jalan yang baik, tidak seperti kawasan pegunungan di Flores atau hutan-hutan Aceh.” Lanjutnya.

Dalam artikel tersebut, penduduk Lombok digambarkan sebagai masyarakat yang pada dasarnya bersahabat dan berpotensi menjadi “sekutu alami” Belanda. Namun, loyalitas mereka telah disesatkan oleh raja Mataram yang sangat cerdik berpolitik.

“Orang-orang Lombok adalah sekutu alami kita; namun sayang, karena pengaruh rajanya, mereka kini menjadi musuh kita. Raja itu tahu benar bahwa ia tidak dapat bertahan tanpa dukungan rakyatnya dan lingkungan istananya.”

Penulis juga menyinggung potensi ekonomi Lombok, terutama kemungkinan adanya sumber daya alam yang belum dieksploitasi. Dalam teks disebutkan bahwa pulau itu “kaya akan bahan tambang” (delfstoffen), sesuatu yang disebut tidak dimiliki oleh Flores:

Akhirnya, penulis menekankan bahwa para pejabat kolonial yang ditugaskan di Lombok harus memiliki kemampuan memerintah dengan bijak, seolah menegaskan perlunya pemerintahan kolonial yang kuat dan terarah.

Sebulan kemudian, De Locomotief edisi 21 Juli 1892 menulis bahwa Lombok menjadi perhatian utama karena konflik antara penguasa Bali-Lombok dan rakyat Sasak yang tertindas. Ketegangan ini dijadikan alasan untuk intervensi kolonial.

Catatan Dr. Jacob dan perwira kapal perang Ardjuno menunjukkan Lombok telah lama diperhitungkan dalam strategi militer Belanda. Menurunnya wibawa Belanda di kawasan timur pun mendorong seruan untuk bertindak tegas melalui ekspedisi militer dan penempatan kekuasaan langsung di bawah kolonial.

Rencana pengasingan Raja Lombok ke Karangasem dan pemindahan pusat pemerintahan dari Buleleng ke Ampenan pun disusun. Pejabat seperti Resident Dannenberg dan tokoh ahli, Liefrinck mendesak tindakan tegas atau ekspedisi militer sebagai satu-satunya solusi. (LF).

Sumber:
Colonial Archive—Leiden Univ. Library
De Lomboksche Kwestie (De Locomotief, 21 juni 1892 dan 21 juli 1892).

berat

Tiga Gili Diusulkan Berubah StatusPemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah memproses perubahan status Gili T...
10/11/2025

Tiga Gili Diusulkan Berubah Status

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah memproses perubahan status Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air dari kawasan konservasi menjadi kawasan bukan konservasi. Hingga kini, usulan tersebut belum disahkan pemerintah pusat karena terkendala anggaran.

Kepala Bappeda NTB, Iswandi, mengatakan ketiga gili di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara itu masih berstatus hutan konservasi, meski telah lama menjadi kawasan wisata dan pemukiman.

“Keterlambatan disebabkan minimnya anggaran dan perubahan struktur di pemerintah pusat,” ujarnya, Jumat (7/11/2025).

Pemprov NTB berharap sinergi dengan Pemkab Lombok Utara dan pemerintah pusat dapat mempercepat penyelesaian administrasi. Iswandi menegaskan, perubahan status penting dilakukan agar aktivitas ekonomi dan investasi di kawasan Gili Indah tidak lagi berstatus ilegal.

Sumber: TVRI

10/11/2025

A new place to go for a good massage in Mataram — ✨️

Air terjun Benang Stokel, Lombok Tengah
09/11/2025

Air terjun Benang Stokel, Lombok Tengah

Dapur MBG Murbaya Dorong Gairah UMKM dan Geliat Supplier LokalDi tengah geliat ekonomi desa yang perlahan bangkit, kehad...
08/11/2025

Dapur MBG Murbaya Dorong Gairah UMKM dan Geliat Supplier Lokal

Di tengah geliat ekonomi desa yang perlahan bangkit, kehadiran Dapur MBG Murbaya menjadi titik terang baru bagi pelaku usaha kecil dan penyedia bahan pangan lokal di Desa Murbaya dan sekitarnya. Lebih dari sekadar dapur produksi, MBG Murbaya tumbuh sebagai ruang kolaborasi yang menyalakan semangat kemandirian ekonomi dari akar rumput.

Saat ini, Dapur MBG Murbaya mempekerjakan 48 karyawan tetap dan 4 tenaga harian, sebagian besar merupakan warga sekitar. Mereka menjadi tulang punggung operasional yang memastikan setiap proses berjalan sesuai standar dan tetap produktif. Dari dapur utama hingga lini distribusi, seluruh tim bergerak dalam harmoni kerja yang saling mendukung.

Tak hanya membuka lapangan kerja, MBG Murbaya juga menjadi ekosistem baru bagi lima UMKM lokal. Masing-masing melibatkan sekitar lima pekerja, sehingga puluhan warga desa kini merasakan manfaat langsung dari berputarnya roda ekonomi yang lebih sehat.

“Dulu saya hanya membuat kue di rumah dan menjualnya di warung sekitar sekolah dengan omset sekitar lima puluh ribu per hari,” tutur Sri Wartini, salah satu pelaku UMKM mitra MBG.

“Sekarang, berkat Dapur MBG Murbaya, produksi kami meningkat, pasar kami lebih jelas, dan omset bisa mencapai lebih dari empat juta per minggu. Kami sangat bersyukur atas kehadiran Dapur MBG di desa kami.”

Tak berhenti di situ, dapur ini juga menggandeng sembilan supplier pangan lokal yang memasok berbagai kebutuhan, mulai dari daging, telur, sayur, kacang-kacangan, buah, bumbu, hingga susu segar. Kolaborasi ini tidak hanya memastikan pasokan tetap stabil dan berkualitas, tetapi juga menghidupkan kembali pasar bagi petani dan peternak di sekitar wilayah Murbaya.

Halawi, supplier sayur dari Dusun Dasan Baru, turut merasakan dampaknya.

“Biasanya kami menjual hasil panen ke pasar dengan omset sekitar dua ratus ribu per hari. Sekarang, berkat kerja sama dengan Dapur MBG Murbaya, omzet kami bisa mencapai dua puluh juta per minggu,” ujarnya.

Bagi Ahmad Zaini, mitra sekaligus penggerak program MBG, kehadiran dapur ini bukan sekadar peluang usaha, tetapi sebuah gerakan untuk menggerakkan ekonomi desa secara berkelanjutan.

“Salah satu misi utama kami adalah menghidupkan ekonomi lokal. Kami ingin uang yang berputar di sini kembali ke masyarakat sekitar, menciptakan siklus yang sehat dan saling menguatkan,” jelasnya.

Dengan melibatkan tenaga kerja lokal, memberdayakan UMKM, dan memperkuat rantai pasok dari desa, Dapur MBG Murbaya menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dapat tumbuh dari dalam dengan berlandaskan kerja sama dan kepercayaan.

Lebih dari sekadar dapur, MBG Murbaya adalah wadah bagi mimpi bersama. Seperti yang disampaikan Ahmad Zaini menutup perbincangan:

“Dapur MBG bukan hanya tempat memasak makanan, tetapi ruang bagi kami untuk ‘memasak’ masa depan desa kami dengan bahan utama: kebersamaan,” tutupnya.

AA Gde Ngurah: Raja Hindu yang Memeluk Umat IslamRaja terakhir Kerajaan Mataram Lombok, AA Gde Ngurah Karangasem, dikena...
08/11/2025

AA Gde Ngurah: Raja Hindu yang Memeluk Umat Islam

Raja terakhir Kerajaan Mataram Lombok, AA Gde Ngurah Karangasem, dikenal sebagai pemimpin bijak yang menanamkan nilai toleransi lintas agama selama 24 tahun pemerintahannya (1870–1894). Di masa kepemimpinannya, umat Islam menikmati kebebasan beribadah yang luas, bahkan di dalam lingkungan istana, sesuatu yang jarang terjadi di masa itu.

Pernikahannya dengan Dende Aminah, seorang perempuan Muslim asal Kalijaga, menjadi simbol harmoni dan penghormatan antarumat beragama.

Catatan para peneliti seperti Henri Chambert-Loir (2013), R Van Eck dalam ‘Schetsen van het eiland Bali’ (1878), dan CJ Leendertz dalam ‘De Debacle van Lombok’ (1894) menunjukkan bahwa sang raja bukan hanya menghormati, tetapi juga melindungi dan memfasilitasi kehidupan umat Islam.

Raja AA Gde Ngurah Karangasem bahkan mewakafkan tanah untuk pembangunan sejumlah masjid di Lombok, termasuk Masjid Cakranegara, Ampenan, Kediri, dan Sesela. Dua di antaranya; Masjid Kediri dan Sesela, masih menyimpan surat wakaf asli hingga hari ini. Ia juga mempermudah proses keberangkatan haji dengan menunjuk Haji Abdul Majid sebagai perwakilan resmi di Jeddah untuk membantu jamaah haji asal Lombok.

Tak berhenti di sana, sang raja turut membangun rumah singgah haji di Mekah, yang diduga menjadi salah satu yang pertama di Nusantara. Dalam urusan pemerintahan, ia menunjuk Sayyid Abdullah sebagai penasihat untuk menjembatani hubungan antara kerajaan dan masyarakat Sasak yang mayoritas Muslim.

Kedekatan raja dengan tokoh-tokoh Islam seperti Guru Bangkol, H. Majid, H. Ali Batu, H. Ahmad Kediri, dan H. Abdul Gafur terekam dalam banyak sumber sejarah. Bahkan, banyak yang meyakini sosok ulama misterius yang diabadikan dalam bentuk patung bersorban di Bale Kambang, Taman Mayura adalah H. Abdul Gafur— sebagai simbol persahabatan lintas keyakinan dan sekaligus pondasi toleransi umat beragama.

Dari garis keturunan sang raja, lahir Datu Pangeran atau Imam Sumantri, cucu sang raja yang memeluk Islam atas restu langsung kakeknya. Sejak kecil, ia belajar mengaji pada TGH Muhammad Yasin dari Kelayu, naik haji di usia 10 tahun, dan berguru pada Guru Bangkol di Praya. Ia dikenal sebagai sosok yang dicintai masyarakat Sasak karena dianggap sebagai jembatan antara dua identitas besar: Sasak dan Bali, Islam dan Hindu.

Setelah kekalahan kerajaan pada 1894 dan pengasingan sang raja ke Batavia, Datu Pangeran ikut menanggung nasib pahit. Meski sempat berada di bawah perlindungan Guru Bangkol, ia akhirnya ditangkap Belanda dan diasingkan ke Buitenzorg (Bogor) karena dituduh terlibat dalam pembunuhan Jenderal Van Ham—peristiwa yang, menurut beberapa sumber, justru dilakukan oleh Gusti Ayu Praba, putri raja, bersama Dende Aminah (berdasarkan tulisan Sandy Amaq Rinjani yang merujuk Buku Lombok Abad XIX karya I Gede Parimartha).

Namun tidak sedikit pendapat lainnya yang membantah klaim tersebut, karena berdasarkan catatan Belanda, Jenderal Van Ham tewas akibat tembakan peluru, bukan tikaman belida yang dibawa Gusti Ayu Praba.

Sebagai bagian dari proses politik dan hukum kolonial, Datu Pangeran kemudian menjalani pemeriksaan resmi oleh pemerintah Hindia Belanda di Bogor pada Juli 1895. Arsip rahasia yang kini telah ditemukan dengan kode Mail No. 16542 dan Mail No. 1634/412, menggambarkan bagaimana cucu sang raja duduk di hadapan Residen Batavia, Jonkheer von Schmidt auf Altenstadt, dalam menjalani sidang pemeriksaan rahasia (Proces-Verbaal).

Dalam catatan itu, Datu Pangeran menyebut identitasnya dengan nama Pangeran Abdul Madjid, dan menjelaskan silsilahnya sebagai cucu Raja AA Gde Ngurah Karangasem. Ia menuturkan lahir di Puri Cakranegara, tinggal terakhir di Praya bersama Guru Bangkol, dan kini hidup dalam pengasingan di Buitenzorg.

Ketika ditanya mengenai tuduhan keterlibatan dalam serangan terhadap Belanda pada 26 Agustus 1894, ia menjawab tenang: sehari setelah peristiwa itu, Anak Agung Made Djelantik datang mengajaknya bergabung, tetapi ia menolak dan memilih menjauh. Namun, perintah ayahnya Anak Agung Ketut Karangasem memaksanya kembali ke Mataram, momen yang kelak menyeret namanya dalam pusaran konflik dan pengasingan panjang.

Kisah ini menjadi potret bagaimana lintasan sejarah Lombok bukan hanya tentang peperangan dan politik kekuasaan, tetapi juga tentang toleransi, keyakinan, dan keteguhan moral yang diwariskan lintas generasi. Dari seorang raja Hindu yang memeluk erat umat Islam, hingga teladan dari cucunya—seorang muslim yang mampu menghadapi tekanan kolonial dengan kepala tegak. Sejarah ini menegaskan bahwa kehormatan tidak ditentukan oleh kekuasaan, tetapi oleh sikap dan nilai yang dijaga di tengah badai zaman.

Tulisan ini dirangkum dari hasil kajian dan ulasan sejumlah pemerhati sejarah Lombok: Muhammad Nursandi Amaq Rinjani, Ali Lombok, Dian Latif, Gegen, dan Lombok Heritage and Science Society.

📷 Foto: AA Gde Ngurah Karangasem bersama AA Made Djelantik, AA Gde Rai, AA Ketut Oka, dan AA Gde Oka. (Sumber: KITLV)

07/11/2025

Keren!
Dapur ini bisa memproduksi lebih dari 3600 porsi menu MBG setiap hari.

berat

Address

Pringgarata, Lombok Tengah
Lombok
83562

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Lombok Friendly posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Lombok Friendly:

Share

Lombok Friendly

Your free guide to everything Lombok - Sumbawa and Beyond