30/04/2025
💌❤️🍁
*UMMUNA MEMBERI KULIAH BERDAMPAK*
Sang Dewi (42)
_By: Gita Kelana_
❤️ Ummuna guru sejati, guru peduli. Ummuna bahkan berada di atas level guru besar dalam soal tertentu. Beliau tidak mengajarkan buku teks sebagai referensi akan tetapi beliau mengajarkan pelajaran praktis aplikatif sesuai kebutuhan di lapangan. Jiwa mengajarnya didukung oleh jiwa keibuan-keguruan berjalan seiring seirama dengan perhatian kepada murid-muridnya.
Materi kuliah yang disampaikan hampir selalu diperkaya dengan pesan Maulana Syaikh baik secara lisan atau best practice pengalamannya belajar berjuang langsung dari ayahnya. _"Ngne basen Maulana, ngne angkun Maulana,"_ ini bahasa beliau dalam tutur Pancor yang khas. Guru Besar Nahdlatul Wathan ini layaknya buku hidup (living book) tentang diri dan kiprah Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Ummuna pintu pembuka kajian sunnah hasanah Maulana Syaikh.
Ditilik dari subjek keilmuan Ummuna mengajarkan Mata Kuliah Leadership alias kepemimpinan sub kajian Manajemen. Ummuna matang dalam soal manajemen dari teori yang diajarkan ayahnya maupun praktik. Dalam perspektif andragogi beliau dosen. Ummuna mengajarkan orang dewasa. Peserta didiknya para pengurus Nahdlatul Wathan, di jajaran PBNW, PWNW, PDNW, PCNW, para Pimpinan Pesantren, Masyayikh, penguasa wilayah yang ikut _sit in_ dan berbagai kalangan. Pertemuan yang disengaja di moment pembinaan menjadi sekolah perjumpaan bagi mereka dalam perkuliahan terjadwal sesuai kalender PBNW.
_Learning space_ atau area kuliah beliau di berbagai tempat terutama di lembaga pendidikan dan tempat tinggal pengurus. Beliau mendatangi seluruh murid-muridnya di tempat mereka berada. Lalu Irawan Muda Kalsel, TGH. Fahmi Qomar Kaltim, Marwan Nawawi Kaltara, juga Kalteng dan Kalbar, atau TGH Ahyar Sulbar, TGH Abrar Sulteng, juga para penguasa wilayah Sulsel, Sulut, Sultra, Gorontalo semua mahasiswa Ummuna. Tak terkecuali Ust. Saharudin dan Ust. Saefudin Kepri. Ummuna datang menggunakan dana pribadi akan tetapi para pejuang biasanya begitu menghargai Ummuna sehingga kebutuhan dasar Ummuna mereka penuhi.
Ummuna juga secara langsung mengajar _Community Development,_ yakni menggerakkan _charity_ (amal) baik personal maupun komunal. Berjuang di Nahdlatul Wathan itu menyumbang. Ummuna datang dana tergalang, sehingga Ummuna terbantu membeli lahan atau lainnya untuk perjuangan Nahdlatul Wathan bukan hanya dari hibah atau wakaf. Dilihat dari aspek manajemen sumber daya Ummuna tidak hanya menggerakkan otak untuk membangun jiwa tetapi juga membangun raga; membangun lembaga dengan cara beliau sendiri menggerakkan hati demi hati untuk berjuang walaupun dalam keterbatasan keuangan.
Aset hasil kerja cerdas Ummuna untuk NW tersebar luas bukan saja di wilayah pulau Lombok akan tetapi di berbagai provinsi di Indonesia. Ummuna lihai membaca peluang untuk pengembangan kawasan. Di berbagai kawasan strategis pariwisata di Lombok beliau memiliki lahan pengembangan, seperti di Senaru, Gili Meno, Sekotong, kawasan Bandara juga Mandalika. Tercatat dalam jumlah pantastis lahan hasil jerih payah Ummuna di berbagai provinsi di Indonesia.
💘 Aset perjuangan NW yang lahir dari tangan umumnya memang tidak diekspos ke media. Ummuna tokoh pengembang (woman developer) perjuangan Nahdlatul Wathan secara berkelanjutan (sustainable development). Ummuna menyediakan medium pemberdayaan dan menyediakan pejuang pemberdayaan. Ummuna tidak menunggu hasil karya para pengurus saja akan tetapi beliau mengupayakan dari tangannya sendiri untuk mengembangkan NW di setiap sudut negeri. [✓]