
25/08/2025
Ketika mendengar kata gulat, banyak orang mungkin langsung teringat pada sumo dari Jepang yang dikenal luas di dunia. Namun, Indonesia khususnya Jawa Timur juga memiliki tradisi gulatnya sendiri yang tak kalah unik, yaitu gulat okol. Berbeda dengan sumo yang kental dengan ritual Shinto dan filosofi kehormatan, gulat okol lahir dari budaya masyarakat Madura dan Gresik sebagai bagian dari doa, silaturahmi, dan simbol kebersamaan.
Pertandingan gulat okol biasanya digelar di arena berbentuk persegi berukuran 4x4 meter. Dua pemain akan berusaha menjatuhkan lawan hingga punggungnya menyentuh tanah. Meski sederhana, ada aturan khusus yang wajib dipatuhi, seperti larangan memelihara kuku panjang demi keselamatan. Dahulu, gulat ini sering dimainkan di area persawahan pada musim kemarau panjang sebagai permohonan hujan, serta dalam tradisi sedekah bumi. Lebih dari sekadar adu tenaga, gulat okol menjadi ruang kebersamaan dan mempererat ikatan sosial antarwarga.
Meski zaman terus berubah, gulat okol tetap dijaga sebagai warisan budaya masyarakat Jawa Timur. Jika sumo di Jepang menjadi ikon nasional yang mendunia, maka gulat okol adalah identitas lokal yang menyimpan nilai persaudaraan, doa, dan kebersamaan. Melalui tradisi ini, masyarakat tidak hanya melestarikan olahraga, tetapi juga merawat filosofi hidup yang diwariskan leluhur. Gulat okol pun berdiri sebagai pengingat bahwa kekuatan budaya lokal selalu punya tempat di tengah arus modernitas.