Goresan Pena

Pernahkah kita berpikir, bahwa segala hal yang kita miliki hari ini akan dihisab? Termasuk baju yang kita kenakan. Bahka...
09/06/2025

Pernahkah kita berpikir, bahwa segala hal yang kita miliki hari ini akan dihisab? Termasuk baju yang kita kenakan. Bahkan, bukan hanya yang kita pakai, tapi juga yang menumpuk di lemari dan tidak pernah disentuh.

Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa setiap nikmat akan dimintai pertanggungjawaban. Allah berfirman:

"Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu peroleh)." (QS. At-Takatsur: 8)

Bayangkan, satu baju saja akan dihisab:

Dari mana kita membelinya?

Uang halal atau syubhat?

Apakah sudah digunakan untuk hal-hal yang baik?

Sudahkah kita berbagi kepada orang yang membutuhkan?

Sekarang, mari kita jujur. Berapa banyak baju di lemari kita yang hanya dipakai sekali? Bahkan ada yang tidak pernah dipakai sama sekali. Padahal, di luar sana banyak saudara kita yang hanya punya satu-dua baju, dan itulah yang mereka pakai setiap hari.

Rasulullah ﷺ, manusia paling mulia, hidup sangat sederhana. Bajunya sedikit, bahkan ada yang ditambal. Beliau tidak berlebihan, padahal bisa saja hidup mewah. Tapi beliau tahu, semua itu akan ditanya oleh Allah.

Maka, jama’ah sekalian, mari kita renungkan:

Kalau satu baju saja hisabnya panjang, bagaimana dengan tiga lemari?

Mulai hari ini, mari kita jaga gaya hidup kita. Bukan karena tidak boleh punya banyak, tapi karena yang banyak itu berat hisabnya. Dan lebih baik kita kurangi yang memberatkan, daripada menyesal di akhirat nanti.

Semoga Allah memberikan kita taufik untuk hidup sederhana, bersyukur atas yang cukup, dan dermawan kepada sesama. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.





04/06/2025

"Konsumtif, Musuh Dalam Diam"

Di zaman sekarang, sifat konsumtif semakin sulit dikendalikan. Kita sering kali membeli bukan karena kebutuhan, tapi karena keinginan sesaat—entah karena tergoda diskon, ikut-ikutan tren, atau sekadar ingin terlihat “update”. Padahal, tanpa kita sadari, gaya hidup seperti ini bisa menjauhkan kita dari keberkahan dan membuat hati kita terus merasa kurang.

Islam mengajarkan kita untuk hidup sederhana dan merasa cukup. Rasulullah ﷺ bersabda, “Beruntunglah orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya qana’ah terhadap apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim). Qana’ah adalah kunci ketenangan hidup—karena kaya yang sesungguhnya bukan terletak pada banyaknya harta, melainkan pada hati yang merasa cukup.

Jika kita ingin keluar dari jerat sifat konsumtif, mulailah dengan membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Tahan diri saat tergoda belanja, dan ingatkan hati untuk lebih banyak bersyukur. Gantilah kebiasaan belanja impulsif dengan sedekah, karena sedekah tidak akan mengurangi harta, malah menambah keberkahan. Kurangi p**a paparan iklan dan konten sosial media yang menanamkan standar hidup yang tidak perlu.

Mari belajar hidup lebih sederhana, bukan karena kita tidak mampu membeli, tapi karena kita ingin menjaga hati tetap bersih, rezeki tetap berkah, dan hidup lebih dekat dengan Allah. Karena sesungguhnya, hidup yang berkecukupan bukan tentang memiliki segalanya, tapi tentang mensyukuri apa yang telah Allah titipkan kepada kita.










31/05/2025

Emansipasi Yang keliru akan membawa bencana.

"Fenomena istri-istri Akhir Zaman".

Di zaman ini…"
Banyak perempuan merasa harus berjuang untuk 'bebas'.
Banyak istri ingin dihargai… dengan cara menolak perannya.
Padahal… kemuliaan bukan diukur dari pangkat atau suara.
Tapi dari seberapa besar ketaatan kepada Allah.

Lihatlah Maryam binti Imran.
Ia tak pernah jadi pemimpin politik.
Tapi Allah sebut dia sebagai wanita terbaik di muka bumi.
Kenapa?
Karena ia menjaga kehormatan…
Berserah dalam ibadah…
Dan diam dalam tunduk saat dunia menuduhnya tanpa ampun.

“Dan Maryam, yang memelihara kehormatannya. Maka Kami tiupkan ke dalam (rahim)nya ruh dari Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Rabb-nya dan kitab-kitab-Nya, dan dia termasuk orang-orang yang taat (qanitaat).”
— QS. At-Tahrim: 12

Lihat p**a Asiyah, istri Fir’aun.
Ia hidup di istana, bersama tiran paling kejam.
Tapi hatinya tak terpikat dunia.
Ia memilih neraka dunia demi surga yang kekal.
Ia berdoa, bukan untuk dibebaskan dari suami,
tapi untuk rumah di sisi Allah.

"Ya Rabb-ku, bangunkanlah untukku rumah di sisi-Mu di surga..."
— QS. At-Tahrim: 11

Mereka… adalah qanitaat sejati.
Mereka bukan bebas karena keras kepala.
Tapi merdeka… karena tunduk hanya kepada Allah.

🌹 Pesan untuk Istri-istri Akhir Zaman
Wahai muslimah…
Jangan tersesat di antara suara kebebasan yang tanpa arah.

Jadilah seperti Maryam. Seperti Asiyah.
Bukan perempuan yang keras, tapi yang kokoh.

Ketaatanmu bukan kelemahan.
Tapi jalan menuju kemuliaan.


21/05/2025

Wahai saudaraku, jauhilah kebohongan, karena ia adalah pintu menuju dosa-dosa lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda bahwa kebohongan membawa kepada kefajiran, dan kefajiran membawa ke neraka. Tidak ada keberkahan dalam ucapan yang dibangun atas dusta, meskipun tampak menyenangkan di dunia. Ingatlah bahwa setiap kata akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Maka peliharalah lisanmu, jujurlah meski terasa berat, karena kejujuran adalah cahaya yang menyelamatkan di dunia dan akhirat. Jangan tukar ridha Allah dengan penerimaan manusia yang sementara.



Goresan Pena Hari ini Jum'at 16Mei 2025Pendidikan Ala Barak Militer: Antara Solusi dan Bentuk Pesimisme Orangtua dalam M...
16/05/2025

Goresan Pena Hari ini Jum'at 16Mei 2025

Pendidikan Ala Barak Militer:
Antara Solusi dan Bentuk Pesimisme Orangtua dalam Mendidik Anak

Model pendidikan dengan pendekatan ala barak militer, yang menekankan pada disiplin ketat, struktur hierarkis, dan kepatuhan tanpa kompromi, kerap dipilih oleh sebagian orangtua sebagai solusi atas problematika perilaku anak di era modern. Pendekatan ini dianggap mampu membentuk karakter anak yang tangguh, patuh, serta memiliki ketahanan mental dalam menghadapi tekanan hidup.
Kedisiplinan dan karakter softskills lainnya semakin terbukti menjadi hal utama dalam pendidikan. Sehingga, di tengah berbagai kontroversi, pengiriman anak yang dianggap "nakal" ke barak militer disinyalir menjadi jawaban terhadap kebutuhan ini.

Sekolah-sekolah semi-militer atau pesantren dengan sistem kedisiplinan tinggi menjadi opsi favorit orangtua yang mendambakan hasil instan dalam perubahan sikap anak. Namun, pendekatan ini sering diambil bukan semata karena pertimbangan pedagogis, melainkan juga karena dorongan emosional dan keputusasaan orangtua dalam menghadapi anak yang sulit diatur.

Kenakalan remaja memang menjadi persoalan yang mengkhawatirkan. Data UNICEF (2016) mencatat bahwa kekerasan pada sesama remaja di Indonesia diperkirakan mencapai 50 persen. Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan RI (2017), terdapat 3,8 persen pelajar dan mahasiswa yang menyatakan pernah menyalahgunakan narkotika dan obat berbahaya. Dalam konteks ini, pendidikan ala barak militer seolah menjadi intervensi cepat terhadap gejala-gejala sosial tersebut.

Namun di lain pihak, berbagai penelitian menunjukkan bahwa kenakalan anak dan remaja sangat dipengaruhi oleh kondisi pendidikan keluarga dan lingkungan. Maka semestinya, peran keluarga ditingkatkan agar mampu menjadi fondasi utama dalam menahan arus perilaku menyimpang anak dan remaja. Sayangnya, kenyataan menunjukkan arah yang berbeda. Kita menyaksikan fenomena di mana keluarga seolah lepas tangan, menjadikan barak militer sebagai "hukuman" atau "ancaman" yang diberikan ketika anak dianggap menyimpang dari harapan. Padahal, pendidikan seharusnya diawali dari keluarga dan menjadikan orangtua sebagai aktor utama dalam proses pembentukan karakter. Barak militer—seperti metode pendidikan lainnya—dapat menjadi pilihan jika benar-benar dibutuhkan, tetapi tidak boleh menjadi sarana pelarian dari tanggung jawab keluarga.

Uswah sejarah telah menunjukkan bahwa kesalehan seorang anak, seperti Nabi Ismail 'alaihissalam, lahir dari pendidikan kolektif keluarga yang kokoh dalam nilai ketauhidan. Keluarga Nabi Ibrahim 'alaihissalam menunjukkan bahwa kesuksesan pendidikan anak bermula dari kesadaran akan amanah Ilahi dalam membentuk generasi. Kurikulum utama mereka bukanlah prestasi duniawi, melainkan bagaimana semua anggota keluarga terbebas dari api neraka, sebagaimana firman Allah, "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS. At-Tahrim: 6).
Kesalahan orientasi pendidikan keluarga, yang terlalu mengejar prestasi dan perilaku permukaan tanpa menyentuh akar spiritual dan emosional, bisa menjadi awal tergelincirnya anak dari rel yang seharusnya.

Oleh karena itu, revitalisasi pendidikan keluarga merupakan agenda utama dalam membangun generasi yang utuh secara akal, akhlak, dan iman. Pendidikan seharusnya menjadi proses dialogis yang melibatkan hati dan akal, bukan hanya sistem komando satu arah. Dimanapun anak bersekolah—termasuk jika memilih jalur barak militer—maka pendidikan utamanya harus tetap berada dalam bingkai ketaatan kepada Allah dan kebersamaan keluarga. Barak militer mungkin dapat menjadi pilihan pendekatan, namun pendidikan berbasis keluarga dalam ketundukan kepada nilai-nilai Ilahiyah adalah keharusan yang tidak bisa digantikan. Akhirnya, solusi jangka panjang dalam membentuk karakter anak tidak terletak pada institusi eksternal semata, tetapi pada rumah yang menjadi madrasah pertama dan utama.

Semoga bermanfaat sekian dan terimakasih atas perhatiannya.

'at


Menemani Perjalanan, Menawarkan Kesegaran: Botol Minum Ecentio sebagai Gaya Hidup Aktif dan CerdasDalam setiap perjalana...
11/05/2025

Menemani Perjalanan, Menawarkan Kesegaran: Botol Minum Ecentio sebagai Gaya Hidup Aktif dan Cerdas

Dalam setiap perjalanan, baik jauh maupun dekat, ada satu kebutuhan yang tidak boleh dilupakan: hidrasi. Gambar ini menggambarkan suasana yang sangat akrab bagi banyak orang—duduk di dalam mobil di tengah hujan ringan, dengan botol air minum Ecentio berwarna biru cerah tergeletak tenang di atas dashboard. Kesederhanaan momen ini justru menghadirkan pesan kuat: Ecentio bukan sekadar botol air minum, melainkan teman setia dalam setiap langkah kehidupan Anda.

Desain ergonomis dan warna menarik dari botol Ecentio menciptakan kesan segar dan modern. Ini bukan hanya tentang menampung air, tapi tentang menciptakan identitas gaya hidup sehat, aktif, dan sadar lingkungan. Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh distraksi, produk seperti Ecentio hadir sebagai solusi praktis—memastikan Anda tetap terhidrasi, tanpa mengorbankan gaya dan kenyamanan.
Tetesan hujan yang melekat di kaca mobil memberi kesan suasana tenang dan reflektif. Di balik kesederhanaannya, gambar ini menggugah pemikiran: betapa pentingnya hal-hal kecil yang mendukung produktivitas harian. Dalam konteks pemasaran, Ecentio bisa diposisikan bukan hanya sebagai produk, tapi sebagai simbol gaya hidup baru—di mana setiap orang dapat tetap sehat tanpa repot, kapan pun dan di mana pun.

Strategi pemasaran untuk Ecentio bisa memanfaatkan konsep "teman perjalanan
atau hydration on the go, yang sangat relevan dengan tren digital nomad, wisata lokal, hingga aktivitas outdoor. Gambar ini, dengan latar alam dan jalanan yang basah, secara tidak langsung menguatkan nilai produk: siap menemani segala kondisi cuaca dan suasana.

Dengan kemasan yang menarik, nilai fungsional yang tinggi, dan makna emosional yang dalam, botol minum Ecentio layak dipasarkan sebagai produk yang lebih dari sekadar wadah air—melainkan sebagai bagian dari cerita perjalanan hidup konsumennya.

Goresan Pena hari ini
10/05/2025

Goresan Pena hari ini

"Untaian Doa di Pagi hari saat Hujan"Pagi ini langit bersujud,menitipkan rintik hujan sebagai salam dari langit.Setiap t...
07/05/2025

"Untaian Doa di Pagi hari saat Hujan"

Pagi ini langit bersujud,
menitipkan rintik hujan sebagai salam dari langit.
Setiap tetesnya—
seperti doa yang turun diam-diam,
membasahi hati yang tengah menanti.

Kupandangi langit,
seolah di sana kau menitipkan rindu
yang tak sempat terucap dalam kata,
hanya terlantun dalam sepertiga malam
dan reda di pelupuk doa.

Bersama hujan,
aku percaya—
Tuhan sedang menulis takdir,
menyisipkan namamu
di sela takdir yang kusebut dalam diam.




05/05/2025

"Rindu Paling dalam
Adalah yang tak bisa disampaikan, hanya diam-diam disimpan dalam Do'a..

Address

Majalengka

Telephone

+6282118433036

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Goresan Pena posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Goresan Pena:

Share