26/11/2022
.
Setelah sholat shubu,aku segera masuk kedalam kamar,ntahlah,aku kefikiran dengan Cahaya terus,senyum dan tingkahnya begitu menggemaskan.
Setibanya di kamar,nampaknya Umi sedang bermain dengan Cahaya,mereka nampak begitu akrab,Cahaya lompat kesana kemari,dan Umi yang kerepotan mengejarnya.
"Ngapain berdiri di situ,sinibantuin Umi" tutur Umi sambil berkacak pinggang dengan nafas ngos ngosan.
"Sayang sudah ya mainya,kasian mbahnya capek" ucapku sambil menggendong Cahaya.
Wajah polos dan mungil itu terus tertawa,Masya Allah senyumnya sangat menyejukkan.
"Cahaya?" ucap Abi mematung sambil menatap Cahaya di gendonganku.
"Ini Cahaya?" ucap Abi lagi sambil mendekat padaku.
"iya bi"jawab Umi sambil memegang bahu Abi.
"Masya Allah nak" bisik Abi.
Abi menatapku seakan menghawatirkan sesuatu," tenang aja Bi,insyah Allah,apa yang Abi takutkan ngga akan terjadi kok, Cahaya akan terus bertumbuh sampai usianya seperti 5 tahun, setelah itu Cahaya akan tumbuh seperti anak normal lainya, aku sudah bicara di telfon dengan pak Kyai di pesantren" tuturku.
Abi mengangguk mengerti,sebenarnya sebelum terlelap,batinku bertanya'tanya,sama seperti Abi,aku takut jika Cahaya,tidak akan seperti anak-anak pada umumnya,dan aku memutuskan menelfon kak Yuyun dan kebetulan di pesantren ternyata ada pak kyai Hamza.
Beliau menjelaskan padaku, dan karna itu juga kak Yuyun penasaran dan ingin balik kekampung 2 hari lagi bersama Kyai Hamza,katanya beliau ingin memagari Cahaya,agar tidak menjadi jahat di kemudian hari.
Aku merespon baik usul itu,dan akan aku usahakan agar malam nanti mahluk itu hilang selamanya dari kampung ini.
Cahaya yang sedari tadi di gendonganku,terus menunjuk botol susunya.
"Fis,kayaknya Cahaya lapar?" ucap Umi
Aku mengangguk,"tapi susunya sudah habis Mi," tuturku.
"Habis?" tanya Umi dengan mata melotot heran.
Kembali kujawab dengan anggukan.
"Cahayakan sudah seperti anak seumuran setahun,bahkan giginya juga sudah tumbuh 6 biji,berarti dia sudah bisa maam ya sayang" ucap Abi sambil mencubit pelan p**i Cahaya.
Cahaya tersenyum sambil mengangguk,seakan dia sangat mengerti dengan perkataan Abi.
"Ya sudah kalau gitu,sini mbah gendong,biar kita maam dulu"ajak Umi lalu meraih Cahaya dari gendonganku.
"Fis kamu jangan lupa kewarung ko Aceng,beli popok,susu,dan biskuit buat Cahaya,jangan lupa cemilan sekalian,dan ingat!!!!!!, susunya harus yang 1 tahun plus" tutur Umi.
Aku mengangguk sambil tersenyum,aku sudah begitu lama sekali tidak pernah melihat Umi begitu sibuk dan sebahagia ini,makasi Cahaya karna kehadiranmu telah menjadi Cahaya bagi kami di rumah ini.
"Tunggu apa lagi Fis? apa kamu mau Umimu menggerutu lagi,kalau masih melihat kamu ada di sini?" tegas Abi sambil menepuk bahuku.
Aku menoleh sambil mengangguk," Iya Bi,boleh minta tambahan duit ngga?" pintaku sambil nyengir kuda.
Tidak lama kemudian Abi merogok sakunya dan memberiku 3 lembar uang merah," segini cukup?".
"mmmmm,insyah Allah lebih dari cukup Bi,lagian kalau ngga cukup,Hafis juga punya beberapa lembar" timpalku.
"Ya sudah,sana buru"
"Baiklah Bi,Assalamualaikum "pamitku sambil bertakzim.
Aku segera keluar sambil mengendarai motor matic milik Abi,sekilas desa ini terlihat sangat asri juga damai.
Sepanjang perjalanan,pemandangan begitu memanjakan mata,beberapa warga desa,berjalan sambil bercakap menuju sawah masing-masing,ada juga yang sedang asik mengcangkul perairan sawah, mungkin ketika orang luar masuk kedesa kami,mereka akan takjub dengan keindahan di sini,padahal,desa kami desa yang angker di bungkus dengan rapi oleh keindahan alamnya.
Sebeb itu p**ah Abi juga Umi mengirim aku dan kak Yuyun keluar dari desa ini,berbeda dengan kak Yuyun, aku di sekolahkan tinggi keagaamaan,karna Abi memang ingin aku menyelamatkan desa ini.
Seperti omongan Umi jika almarhum mbahku berpesan kalau anak laki-laki dari keluarga merekalah yang akan mengalahkan mahluk itu.
Rimba sudah mengganggu keluargaku sedari dulu,ketika dia tidak mampu mendapatkan kak Yuyun maka dia mencuri kak Yuna,setelah bosan dengan kak Yuna maka dia mencuri Zea,Aku bersyukur karna aku bisa menyelamatkan Zea tepat waktu.
Ngomong-ngomong tentang Zea,mungkin sebentar sore aku akan kerumahnya,mempersiapkan semuanya.
Setelah beberapa menit,akhirnya aku sampai juga di warung klontong milik ko aceng,tidak menunggu lama,akupun segera membeli semua kebutuhan Cahaya,sesuai apa yang di pesan Umi.
Setelah dari warung ko Aceng,akupun melajukan motorku ketoko pakaian di pinggiran desa, di sana banyak sekali di jual pakaian anak.
Aku membelikan beberapa pasang baju buat Cahaya,dia pasti akan terlihat sangat cantik,tidak lupa p**a aku membelikan baju yang sedikit agak besar.
Jika mengingat perkataan kyai Hamza,maka setiap malam Cahaya akan tumbuh satu tahun,maka dalam lima malam dia akan tumbuh 5 tahun dan setelah itu barulah pertumbuhanya normal.
Akupun memutuskan membelikanya baju 2 lembar di setiap pergantian usianya,jadi aku membelikannya 10 lembar.
"Assalamualaikum nak Hafis," sapa om Wahyu.
"Waalaikumussalam om,mau kemana?" tanyaku.
"Ini mau jalan-jalan kerumahmu,mau nengok cucu" Jawab Om Wahyu sedikit berbisik ketelingaku.
"Ya sudah om,sini biar Hafis bonceng" tuturku mempersilahkan.
"Habis ngeborong ya nak?" tanya Om Wahyu sembari naik kemotor.
"Hehehehe iya ni pak,kebutuhan Cahaya"
"Cahaya?,Cahaya siapa nak Hafis"
"Cahaya,nama bayi itu Cahaya om," jawabku sengaja tidak menyebut nama Zea,karna di sekitaran banyak warga yang lalu lalang.
"Oh,Masya Allah,nama yang sangat cantik nak".
Hening,kamipun menyeusuri jalan,yang difikiranku saat ini,kira-kira bagaimana reaksi om Wahyu ketika melihat Cahaya, mungkin difikiranya saat ini Cahaya masih bayi.
"Semoga saja om Wahyu ngga pingsang" batinku.
Setelah 5 menit perjalanan,akhirnya kamipun sampai di rumah.
"Assalamualaikum "salam om Wahyu, yang kayaknya sudah ngga sabar ingin ketemu Cahaya,terlihat jelas karna dia mendahuluiku.
Kubiarkan saja masuk duluan,sedangkan aku masih mengangkat belanjaan Cahaya.
Aku sengaja ngga memberitahu om Wahyu tentang Cahaya,karna takut jika warga sekitar mengetahuinya.
Batingku biar nanti di rumah baru kami jelaskan.
Lama om Wahyu di depan pintu,namun ngga ada jawaban.
"Kenapa om?" tanyaku sedikit berteriak.
"Ngga ada jawaban nak,"
"oh,mungkin Umi dan Abi di dalam om,main dengan Cahaya" tuturku sambil menyusul om Wahyu.
Kulihat om Wahyu nampak mengangguk pelan.
"Ayo om silahkan masuk" tuturku mempersilahkan setelah pintu kubuka.
"Assalamualaikum Umi,Om duduk aja dulu biar aku panggilkan Abi sama Umi"
"iya nak"
Akupun masuk,bener saja Umi dan Abi lagi asik bermain dengan Cahaya di belakang rumah sambil melihat bu rung yang terbang kesana kemari.
"Abi Umi,om Wahyu ada di ruang tamu" ucapku.
Merekapun beralih menatapku.
"Bawa Cahaya kedepan Mi"
Umi menarik nafas lalu menggendong Cahaya.