Mama Fatta

Mama Fatta ✅ Review Produk
✅ BERBAGI INFO
✅ Berbagi Resep
✅ Quotes (Hanya Konten, jangan BAPER‼️)
💥💥OPEN JASPRO YANG MINAT BISA INBOX💥💥

Part 15POV Fadil“Maaf, pernikahan tetap tidak bisa dilaksanakan ....”Kalimat itu menghantam telingaku begitu saja pelan,...
21/11/2025

Part 15

POV Fadil

“Maaf, pernikahan tetap tidak bisa dilaksanakan ....”

Kalimat itu menghantam telingaku begitu saja pelan, tapi tajam, seolah menembus dada.

Aku refleks menoleh ke arah sumber suara, meskipun hanya berdiri di balik tirai ruang IGD yang setengah terbuka.

Suara itu milik seorang perempuan paruh baya yang terlihat sangat tegas, tapi nada suaranya bergetar campuran antara sedih dan ragu.

Aku tak tahu siapa dia, tapi dari cara orang-orang memanggilnya “Bu,” aku bisa menebak, dia pasti ibunya calon pengantin pria.

Dan yang sedang duduk di samping ranjang pasien itu.

Aku sempat melihat sekilas, perempuan berkebaya putih, kepalanya berhijab dihias dengan bunga melati yang mulai layu.

Raras.

Ya Tuhan. Jadi ini benar-benar dia.

Aku berdiri terpaku beberapa detik, dada terasa sesak. Sampai suara seseorang memanggilku dari luar ruang IGD.

“Pak Fadil! Ini formulirnya udah selesai, tanda tangan dulu!”

Aku berbalik cepat. Seorang petugas rumah sakit membawa map berisi surat keterangan, mobilku baru saja diserempet mobil rombongan pengantin pria di tikungan dekat pasar.

Mobilku rusak di bagian depan, tapi aku selamat tanpa luka.

Kata polisi tadi, aku nggak salah posisi. Mobil pengantin yang hilang kendali. Dan karena mobil mereka terguling sebagian, aku yang ada di jalur berlawanan otomatis kena imbasnya.

Sialnya, siapa sangka rombongan itu ternyata rombongan calon suami Raras.

Aku bahkan belum sempat pulih dari kaget saat mendengar perawat di meja depan berkata pelan,

“Kasihan, ya. Katanya pengantinnya perempuan sampai ke sini juga. Sudah dirias, tapi pernikahannya nggak jadi.”

Kupikir dia bercanda. Tapi ternyata… bukan.

Dan sekarang, aku mendengar sendiri kalimat yang mengonfirmasi semuanya.

“Maaf, pernikahan tetap tidak bisa dilaksanakan.”

Itu jelas suara ibunya Bagas.

Aku nggak tahu konteks lengkapnya. Tapi kupikir, dari nadanya yang tegas, semuanya sudah jelas yaitu pernikahan batal.

Raras gagal menikah.

Beberapa menit kemudian aku duduk di kursi tunggu rumah sakit, menatap ke arah pintu IGD yang tertutup.

Di dalam sana, Raras masih duduk di samping ranjang lelaki yang kukira bernama Bagas.

Aku menatap punggungnya tadi sekilas.

Gaun pengantin putihnya kusut di beberapa bagian, tapi anehnya tetap membuatnya terlihat anggun.

Aku menelan ludah. Tiga tahun aku mengenalnya, dan hari ini aku baru sadar betapa cantiknya dia saat benar-benar berusaha bahagia.

Tak lama kemudian, aku sudah pulang ke rumah.

Mobil masih di bengkel, tapi setidaknya luka di mobil tidak separah luka di ego.

Begitu masuk, Mirna langsung menyambut dengan wajah cemberut.

“Kamu ke mana aja, A? Udah jam segini baru pulang.”

Aku menaruh kunci mobil di meja. “Tadi habis urus kecelakaan.”

Mirna melotot. “Kecelakaan? Kamu kenapa?!”

“Nggak kenapa-napa. Mobilku yang kena. Diserempet sama rombongan pengantin di tikungan pasar.”

Wajahnya menegang. “Astaghfirullah… terus sekarang gimana?”

Aku mengangkat bahu. “Udah diurus. Tapi kamu tahu siapa rombongan itu?”

“Siapa, A?”

Aku menatapnya lama sebelum menjawab, “Raras.”

Ekspresinya langsung berubah.

Selengkapnya baca di sini aplikasi KBM app
Judul : Dibuang PNS Dipinang Petani Sultan
Penulis: Queensunrise

Cuplikan bab premium Sentuhan Pertama dan Terakhir Inge Lezta “Sampai kapan kamu mau tinggal di sini?” Zayden menatap Na...
21/11/2025

Cuplikan bab premium
Sentuhan Pertama dan Terakhir
Inge Lezta

“Sampai kapan kamu mau tinggal di sini?” Zayden menatap Nayanika, seperti kesal atau risih atau semacamnya yang tak terlalu s**a ada gadis asing di rumah ini.

Rasanya ada yang terusik ketika ada orang yang bukan anggota keluarga kita berada dalam satu rumah dan sering bertemu di situasi yang terkadang tidak terduga. Kehidupan yang tadinya tenang, kemudian muncul riak gelombang. Meski pelan, terasa mengganggu di perasaan. Seperti sebuah danau dengan permukaan yang tenang, kemudian dilempar kerikil. Airnya memercik, berisik.

“Tanya sama Mama kamu. Aku disuruh tinggal di sini sama Tante Davi.” Nayanika sudah lelah dan malas sekali menghadapi pria-pria dingin dan ketus seperti ini. Sudah kenyang perutnya menghadapi Renan yang tak pernah menganggapnya ada selama satu tahun ini.

“Mama sih orangnya nggak enakan. Kamunya harusnya yang tahu diri d**g. Tamu jangan berlama-lama menumpang.”

Nayanika mengembuskan panjang napasnya. Kelopak matanya berkedip cepat seraya menahan kesal. “Kalau mau bicara seperti itu, usahakan pas ada Tante Davina. Berani atau tidak? Jangan beraninya pas ada aku aja.”

Kedua belah bibir Zayden menganga mendengar ucapan Nayanika yang begitu lancang. “Kau!”

“Apa?” Nayanika mengedikkan wajahnya. Semenjak berpisah dengan Renan, ia seolah memiliki keberanian agar tak ditindas lagi seperti dulu. Apalagi oleh pria dingin yang ucapannya kasar dan ketus. Harus ia lawan. Tak ingin mengulang kesalahan yang sama, Nayanika kini lebih berani bicara.

“Hhhhh.” Zayden menatap sinis Nayanika. Napasnya berembus kasar ke udara. Kedua tangannya bersedekap di depan dada. “Kata Mama kamu janda ya? Pantas saja dicerai suamimu. Mulutmu tajam begitu. Mana ada pria yang betah jadi suamimu.”

Mendengarnya, kedua telapak tangan Nayanika mengepal. Giginya gemerutuk menahan amarah. “Tahu apa kamu tentang mantan suamiku dan rumah tanggaku dulu?” Tatapan matanya penuh api berkilat, siap membakar Zayden beserta mulutnya yang tajam itu.

Sudah dibilang bahwa status janda adalah suatu hal yang masih terbilang tabu di kalangan masyarakat negeri ini. Identik dengan wanita yang tidak taat suami, berselingkuh, tidak menerima pemberian suami, s**a melawan dan lain sebagainya.

Andai Zayden tahu bagaimana ia sampai menikah dengan Renan, lalu bagaimana Renan memperlakukannya dalam rumah tangga, maka pria itu tak akan sembarang bicara.

“Apalagi yang buat seorang suami menceraikan isterinya selain istri yang tidak taat? Kalau kamu taat sama suami, nggak akan kamu jadi janda begini.”

Sungguh, saat ini ingin sekali Nayanika menampar pria ini. Lancang sekali ucapan tak berdasar itu.

Tidak taat suami?

Kurang taat apa Nayanika kepada Renan? Semua kebutuhan pria itu dilayani dari mulai makan, mandinya, kenyamanannya, pakaian yang rapi, keluarganya pun dilayani, bahkan kebutuhan biologis pria itu juga ia beri meski hanya satu kali.

Dan pria lancang satu ini malah menuduhnya tidak taat kepada suami?

“Bagaimana kalau dia yang nggak bisa melupakan cinta pertamanya? Bagaimana kalau dia yang menjalin hubungan di belakang dengan wanita yang masih sangat dicintainya? Bagaimana dengan dia yang menikah lagi dengan cinta pertamanya itu saat aku yang menutupi semua kebutuhan rumah tangga dengan uangku sendiri? Apa itu bukan alasan yang cukup untuk aku minta cerai?”

Kristal bening itu terlihat berkumpul di bola mata Nayanika. Ia menatap tajam Zayden dengan sisa rasa sakit yang ada. Bibirnya sampai bergetar menahan segala kesakitan itu. Ia tersinggung. Ia sakit hati akan ucapan Zayden yang menghakimi tanpa memahami. Bulir bening itu hampir runtuh tatkala Nayanika tak segera berbalik pergi. Daripada ia sakit hati lebih dalam lagi, segera saja ia meninggalkan pria ini yang entah menyadari atau tidak bahwa ia sudah sangat menghakimi Nayanika dengan tuduhan-tuduhan tak berdasar yang hanya berdasar asumsinya saja.

Judul : Sentuhan Pertama dan Terakhir
Napen : Inge Lezta
Baca selengkapnya di aplikasi KBM app

Bianglala baru saja berhenti. Seseorang memanggil kita dari arah sepuluh meter. Aku kaget Aisyah juga kaget. Aku langsun...
21/11/2025

Bianglala baru saja berhenti. Seseorang memanggil kita dari arah sepuluh meter. Aku kaget Aisyah juga kaget. Aku langsung bergeser memberikan jarak diantara kita. Dan tangan yang tadi berpegangan, harus ditarik begitu saja oleh Aisyah.

"Ai kita ketahuan siapa lagi ini?" Kataku sambil nyengir. Entahlah sekarang tidak terlalu takut akan ketahuan. Seperti sudah pasrah saja. Meski aku masih mencoba untuk sembunyi-sembunyi kalau masih bisa disembunyikan.

"Kamu sih!"

"Aku kenapa?"

"Salah mau berduaan sama istri," ucapku dengan polosnya. "Gak usah tegang lah Ai. Biasa saja." Lanjutku lagi.

Pengacau emang nih!

Kenapa saat waktu seperti ini rasanya cepat sekali waktu berlalu. Baru juga muter-muter sebentar perasaan. Udah selesai saja. Dan, rasanya hidupku ini tak pernah terasa damai.

Ada saja yang tiba-tiba memergoki aku saat dengan Aisyah. Kemarin Darma sekarang siapa lagi. Duh emang yah, yang namanya kebohongan itu sulit sekali untuk di sembunyikan. Ujung-ujungnya ketahuan lagi.

'Tapi kalau semua anak KKN tahu, apa gak pusing gue. Udah punya istri spek kayak Aisyah malah selingkuh sama Sherin.'

Begitu pasti kesimpulan mereka. Dan setiap hari Aku bakalan jadi bahan sindiran anak-anak di posko. Sekarang aja belum apa-apa. Aku kena terus.

“Ngapain Rey?” Pertanyaan itu datang lagi.

Aku dan Aisyah turun dari Bianglala. Yang memergoki kita ternyata Zayyan. Huah, makin panas aja nih keadaan. Lumayan bikin kepalaku tegang.

“Syah!” Aisyah menjauh. Sorot mata Zayyan melihat padaku. Penuh kemarahan. Sepertinya dia kesal sama aku malam ini.

Dan benar saja, dia melangkah mendekat padaku. Sorot matanya tajam.

“Rey?Brengs3k lo yah? Ngapain kamu sama Aisyah? Kamu ambil kesempatan buat deketin Aisyah. Kamu paksa dia pasti. Sampai dia mau naik bianglala sama kamu. Inget Rey, kamu sudah punya pacar.”Tangan Zayyan mendorongku. Aku menyeringai tersenyum dengan santai. Kembali mendekat pada Aisyah, sambil memegang tangannya. Salahku apa, dia istriku.

*

*

*

Judul KKN Dengan Suami
Penulis Qasya
Baca lebih panjang di KBM

Jam 10 rilis yah 🌹🌹😁😁😁😁
21/11/2025

Jam 10 rilis yah 🌹🌹😁😁😁😁

Part 14“A Bagas di mana?!” tanyaku dengan suara tercekat.Perawat itu menatapku, mungkin terkejut melihat seorang perempu...
20/11/2025

Part 14

“A Bagas di mana?!” tanyaku dengan suara tercekat.

Perawat itu menatapku, mungkin terkejut melihat seorang perempuan berbaju pengantin di rumah sakit. Tapi dia segera menunjuk ke dalam.

“Yang luka di pelipis? Ruang UGD nomor dua.”

Aku langsung berlari masuk.
Begitu kulihat Bagas di atas ranjang besi itu, tubuhku lemas.
Pelipisnya diperban, pipinya memar, bibirnya pecah. Tapi matanya terbuka.

“Raras...” suaranya parau, hampir seperti bisikan. “Kamu... cantik banget.”

Air mataku langsung tumpah. Aku mendekat, menggenggam tangannya yang dingin.

“A… kenapa nggak hati-hati? Aku pikir Aa nggak mau datang…”

Dia berusaha tersenyum. “Aku berangkat, kok. Cuma... nasib. Mobil depan remnya blong, aku kena benturan di sisi kanan.”
Dia menarik napas pendek. “Maaf ya, Raras. Harusnya hari ini kamu bahagia.”

Aku menggeleng cepat, menggenggam tangannya lebih erat.

“Nggak apa-apa, A. Aku nggak peduli pestanya batal. Aku cuma mau Aa selamat. Kalau perlu ... kita nikah di sini aja.”

Dia menatapku, terkejut. “Di sini?”

Aku mengangguk, mata basah. “Iya. Sekarang. Aku bisa panggil penghulu, Ayah juga udah datang. Kita bisa akad di sini. Yang penting, kita sah.”

Senyum itu kembali muncul, tipis tapi hangat. “Kamu ini, ya... keras kepala banget.”

Aku nyaris tertawa di tengah tangis, tapi suara itu terputus begitu terdengar suara lain di belakangku, dingin, pelan, tapi penuh kuasa.

“Nggak bisa.”

Aku menoleh cepat.
Di pintu, berdiri Ibu Bagas, wajahnya pucat tapi sorot matanya tajam. Di sampingnya, Ayah Bagas tampak diam, wajahnya kaku menahan khawatir.

Aku langsung berdiri, membungkuk sopan. “Bu, aku—”

Beliau mengangkat tangan perlahan, menghentikanku. Tatapannya menusuk tapi tidak marah, hanya terlalu tenang untuk situasi sepenting ini.

Suara beliau pelan tapi tegas, setiap katanya menancap dalam. “Maaf, pernikahan tetap gak bisa dilaksanakan ....”

Degh...

Selengkapnya baca di aplikasi KBM app
Judul : Dibuang PNS Dipinang Petani Sultan
Penulis: Queensunrise

Gara gara 700 perak harus bayar denda 500 ribu biar bisa bekerja lagi
20/11/2025

Gara gara 700 perak harus bayar denda 500 ribu biar bisa bekerja lagi

Spoiler Bab 26Bibir Andra hampir menyentuh bibir Raya. Degup jantung Raya terasa seperti mau meledak. Seluruh tubuhnya m...
20/11/2025

Spoiler Bab 26

Bibir Andra hampir menyentuh bibir Raya. Degup jantung Raya terasa seperti mau meledak. Seluruh tubuhnya menegang, dan udara di sekeliling seakan berhenti. Tapi… tiba-tiba saja bunyi dering ponsel memecah momen itu.

Andra menghela napas frustrasi, dengan berat hati ia menarik wajahnya menjauh. Raya spontan menunduk, pipinya panas, dada berdebar kencang. Ia grogi parah.

Andra melihat layar ponselnya, ternyata itu panggilan dari Mamanya. Setelah itu, ia menoleh ke Raya. “Diam dulu, ya? Ini Mama telfon,” ujarnya pelan. Raya mengangguk cepat, menautkan kedua jemarinya di pangkuan, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

“Hallo, Ma,” suara Andra terdengar hangat.

“Hallo Ndra, syukurlah panggilannya diangkat,” terdengar suara helaan nafas lega dari sebrang telfon.

“Ya pasti diangkat lah Ma. Emang pernah Andra nggak angkat telfon dari Mama?”

“Hehe... Enggak pernah sih. Anu Ndra, kok tumben pas hari libur begini kamu nggak pulang, Nak? Biasanya kamu pasti pulang ke rumah,” tanya sang Mama.

Andra menghela napas pelan. “Lagi banyak kerjaan, Ma. Maaf ya. Minggu depan Andra usahakan pulang,” jawab Andra. “Tapi Mama sehat kan?” lanjutnya.

“Mama sehat kok. Atau Mama yang ke sana aja kalau kamu sibuk?” tawar Mama Andra.

Andra menelan ludah. Jarak rumah orang tuanya jauh, perjalanan bisa melelahkan. “Nggak usah, Ma. Nanti Mama capek di jalan.”

“Ah, gapapa kok. Mama cuma pengen main sekali-kali aja. Boleh ya?” suara Mama Andra terdengar penuh harap.

Andra pasrah, tak bisa menolak. “Ya sudah, tapi di sini kan aku cuma ngekos, Ma. Nggak begitu luas tempatnya. Apa Mama nggak apa-apa?”

“Gapapa kok, Nak. Mama cuma pengen ketemu sebentar,” jawab sang Mama.

Andra menghela napas panjang. “Ya sudah, Ma. Hati-hati di perjalanan, ya.”

Panggilan pun berakhir. Andra menoleh ke Raya. “Mama mau ke sini,” ujarnya.

Raya mengangguk kecil, masih menunduk. Rasa grogi dalam dirinya masih belum juga hilang. “Aku… aku duluan ya, Om. Aku mau ganti baju dulu,” ucapnya pelan, suaranya terdengar gemetar.

Andra menatapnya sebentar, lalu tiba-tiba berkata, “Apa... saya boleh mampir?”

Raya spontan terkejut. “Hah?” Tapi di detik selanjutnya, ia mengangguk. Tidak ada alasan untuk menolak, apalagi sekarang Andra adalah suaminya.

Mereka turun dari mobil dan masuk ke kos-kosan Raya. Pintu ditutup perlahan di belakang mereka. Suasana terasa lebih privat, tapi ketegangan tetap menyelimuti udara di antara mereka.

Raya segera masuk ke kamar, masih merasakan deg-degan parah. “Om… aku mau ganti baju dulu,” ujarnya.

Andra mengangguk, melepaskan jas hitamnya, lalu menggantungnya di cantelan di dinding ruang tamu. Ia duduk di karpet, bersandar santai sambil memainkan ponsel, tapi sesekali menatap pintu kamar Raya, menunggu gadis itu selesai.

Di dalam kamar, Raya menurunkan hijab dan membuka gamisnya. Tangannya gemetar, dadanya juga berdebar. Ia terhenti sebentar saat matanya menangkap jemarinya sendiri. Cincin pernikahan terpasang di jari manisnya. Cincin yang tadi disematkan Andra setelah prosesi ijab kabul.

“Sekarang aku udah resmi jadi istrinya Om Andra,” gumamnya pelan. Hatinya campur aduk antara grogi, haru, dan bingung. Ia bahkan tak tahu bagaimana harus bersikap sebagai seorang istri di depan pria yang selama ini menjadi guru sekaligus sosok yang membuatnya jatuh hati diam-diam.

Raya cepat-cepat menuntaskan mengganti baju, memilih pakaian sederhana tapi nyaman. Detak jantungnya masih kencang. Bayangan kejadian di masjid tadi masih terpatri jelas di kepalanya.

Setelah selesai, Raya membuka pintu kamar dan melangkah keluar. Pandangannya langsung bertemu Andra, yang menatapnya lembut.

Andra tersenyum tipis. “Sudah selesai?”

Bersambung...

Baca lengkapnya di KBM App ya gaes...
Jodohku Muridku
By. Brata Yudha

Tega banget 🥺🥺🥺💔Uang Hasil Jualan di Curi, Abah Ana di Usir Dari Kontrakan dan Hidup DijalananAbah Suhana atau dikenal d...
20/11/2025

Tega banget 🥺🥺🥺💔

Uang Hasil Jualan di Curi, Abah Ana di Usir Dari Kontrakan dan Hidup Dijalanan
Abah Suhana atau dikenal dengan panggilan abah Ana ini berusia 82thn, berjualan tisue keliling sudah 10thn lamanya. Istri meninggal, Abah Ana kini hidup sebatang kara andalkan hasil berjualan.
Tak sengaja bertemu Abah di jalanan, dengan raut wajahnya yang tampak begitu lelah, duduk di depan salah satu kampus yang berada di Bandung. Abah terbiasa berjualan di pinggir pinggir jalan hingga banyak orang yang sudah mengenal Abah dari lama. Walaupun dengan kondisinya yang tampak tak sehat serta sudah tak lagi bugar seperti sedia kala, namun Abah tetap semangat berjualan untuk bertahan hidup.
Setiap hari Abah pulang pergi naik angkot untuk berjualan, terkadang Abah juga harus berjalan kaki apabila Abah tak bisa menjual satupun tisuenya, banyak orang yang beli karena rasa iba kepada Abah yang sudah tua, Abah juga tak dapat berbicara ataupun mendengar dengan jelas, sehingga saat itu kami harus berbicara dengan nada yang lantang agar Abah mendengar, begitupun juga dengan tetangga Abah.
Abah tinggal di kontrakan kecil dengan ukuran 2mx2m dengan lingkungan yang kumuh dan tak sehat dengan biaya sewa 400rb perbulan. Setiap hari Abah hanya makan dengan nasi dan kecap saja, terkadang abah juga membeli kerupuk untuk makan beliau. Kondisi rumah Abahp un juga terlihat kotor dan sedikit bau yang tak sedap di dalamnya.
Abah pernah bekerja sebagai penjual kerupuk, tukang sapu, menjadi tukang sol sepatu, hingga kini menjadi tukang jual tisue keliling untuk bertahan hidup hingga menua.
Abah juga pernah tertidur di jalanan saat berjualan, saat itu abah menggunakan tas kecil yang diikat diperutnya untuk menyimpan uang, akan tetapi saat abah tertidur dengan lelap, ada orang jahat yang membawa kabur uang abah, disitu abah merasa sedih karena dari pagi hingga sore abah bekerja tak bisa membawa pulang uangnya padahal uang tersebut akan ia gunakan untuk bayar kontrakan karena sudah 3 bulan menunggak, kini abah diusir dari kontrakannya dan hidup dijalanan tidak punya tempat berteduh. Sementara abah harus setor uang tisunya ke toko, jika laku dari satu tisu abah baru mendapatkan keuntungan 5rb.
Abah berharap bisa membeli alat untuk ia mendengar, dan abah juga ingin bisa membuka usaha tisue nya sendiri dengan modal Abah, agar abah tak perlu setor ke orang lain.

Part 13“Ya Allah…” hanya itu yang bisa kuucapkan berulang kali.Aku menatap keluar jendela, orang-orang menatap, beberapa...
20/11/2025

Part 13

“Ya Allah…” hanya itu yang bisa kuucapkan berulang kali.

Aku menatap keluar jendela, orang-orang menatap, beberapa bahkan sempat mengangkat ponsel, mungkin merekam pengantin yang berlari menuju takdir yang tak pasti. Aku tak peduli.

Air mataku jatuh satu-satu. Aku hapus cepat, tapi percuma. Wajahku kini bukan lagi wajah pengantin bahagia.

“Ayah …” suaraku nyaris tenggelam oleh suara mesin. “A Bagas nggak apa-apa, kan?”

Ayah menatap ke depan tanpa menoleh. “Kita berdoa, Teh. Semoga cuma luka ringan.”

Belum sempat aku menjawab, ponsel di tanganku tiba-tiba bergetar.
Layar menyala, menampilkan satu nama yang membuat dadaku berdenyut, Mirna.

Kupikir mau apa lagi dia di hari sepenting ini? Dengan tangan gemetar, aku membuka pesan itu.

[ Kasihan kamu, Ras. Katanya nikah megah, eh malah batal? 😂 ]

[ Makanya, jangan sok tinggi. Petani ya petani aja. Ngaca dikit boleh, kan? ]

Mataku menatap tulisan itu lama.
Untuk sesaat, aku tak tahu rasanya harus marah, sedih, atau hanya tertawa getir.

Di luar sana, klakson mobil kami bersahut-sahutan menembus jalanan sempit, tapi di dalam mobil, waktu seperti berhenti.
Satu sisi diriku ingin membalas, ingin menulis sesuatu yang bisa menampar wajahnya dari jarak jauh. Tapi jari-jariku tak bergerak.

Aku hanya menatap pesan itu sekali lagi, lalu menghapusnya. Tidak, hari ini bukan tentang Mirna. Bukan tentang orang-orang yang senang melihatku jatuh.

Aku menatap layar ponsel yang kini kosong, menggenggamnya erat di dada.
“Dia boleh ketawa hari ini,” gumamku pelan, “tapi aku tahu… Tuhan nggak pernah tidur.”

Angin siang masuk lewat celah jendela, membuat renda di rambutku berkibar pelan. Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.

Di depan, Ayah masih fokus ke jalan, dan aku kembali memandang keluar jendela, desa yang biasanya terasa damai kini seperti bergerak terlalu cepat.

Setiap guncangan mobil membuat hatiku berdegup semakin kencang.
Aku tahu, di ujung perjalanan ini, yang menungguku bukan pelaminan, melainkan kenyataan pahit yang belum sanggup kubayangkan.

Tapi satu hal pasti, aku tak akan berhenti berharap. Bahkan ketika dunia sedang menertawakanku.

Begitu sampai di rumah sakit, suasananya kacau. Beberapa orang berdiri di depan ruang gawat darurat. Ada yang duduk lemas di lantai, ada juga yang menangis memegang baki seserahan yang sudah peyok.

Aku turun dari mobil, sepatu hak tinggi membuat langkahku goyah, tapi aku terus berlari ke arah perawat yang berjaga di depan pintu.

“A Bagas di mana?!” tanyaku dengan suara tercekat.

Selengkapnya baca di aplikasi KBM app
Judul : Dibuang PNS Dipinang Petani Sultan
Penulis: Queensunrise

20/11/2025

Beberapa peluang tidak pernah mengetuk dua kali.

Sentuhan Pertama dan Terakhir Cuplikan bab premium Suasana menjadi hening. Nayanika terdiam di balik pintu. Ternyata ibu...
20/11/2025

Sentuhan Pertama dan Terakhir
Cuplikan bab premium

Suasana menjadi hening. Nayanika terdiam di balik pintu. Ternyata ibunya telah menyumbangkan satu ginjalnya untuk Tante Davina. Pantas saja, ibunya tidak boleh kelelahan. Ibunya selalu bisa mengatur tenaga di mana saat sudah meras lelah, ia akan berhenti bekerja. Sungguh sulit bagi seorang single parent jika harus begitu.

Kini Nayanika paham, mengapa Tante Davina bersikukuh membantunya dan meras berhutang jasa begitu banyaknya. Terjawab sudah rasa penasaran Nayanika selama tujuh bulan ini.

Setelah dirasa aman, Nayanika ke luar kamar kemudian langsung menuju teras di mana Zayden dan Tante Davina sudah menunggunya.

“Udah siap, Nay?” tanya Tante Davina.

Nayanika mengangguk. “Sudah, Tante.”

“Kita berangkat sekarang?”

Nayanika mengangguk kembali.

Mereka pun berangkat ke Jakarta berempat. Zayden tampak diam sepanjang perjalanan. Tak ketus dan tak mendengus kesal seperti biasa setiap ada Nayanika. Pria itu seperti menjelma menjadi orang yang berbeda.

Tiba di rumah Nayanika, mereka berempat turun. Menuju rumah Restiana sebab transaksi akan dilakukan di rumah Restiana.

Mereka disambut hangat. Sedikit berbincang sembari menunggu kedatangan pembeli rumah Nayanika.

Restiana dan ibunya sedang mengusap perut Nayanika ketika ketukan pintu terdengar. Mereka semua menoleh ke arah pintu.

Nayanika terkesiap tatkala melihat siapa yang datang. “Mas Renan ....” Ia tercekat. Menelan kasar saliva.

Renan pun tercengang. Tatapannya tertuju ke arah perut Nayanika. “Nay ... kamu ... kamu ha-hamil?”

Seolah mendapat ancaman, Nayanika sontak memeluk kandungannya yang besar itu. Bias netra beningnya berpendar tatkala mendapati Renan di hadapan mendekat. Ia menggeleng cepat. “Tidak! Berhenti!” teriaknya, tak mau didekati oleh Renan. Bahkan tangannya terulur ke depan pertanda agar Renan berhenti.

Seperti seorang anak kecil yang melindungi makanan yang dimiliki agar tak diminta orang lain, Nayanika mengambil bantal sofa kemudian menutup perutnya. “Dia milikku! Bukan milikmu!” Kepalanya menggeleng terus menerus, begitu ketakutan.

Restiana dan Tante Davina bergegas mendekat kemudian memeluk Nayanika yang kini menangis hebat.

Pun dengan Zayden yang sedikit menggerakkan tubuhnya. Refleks melindungi wanita yang sudah tinggal di rumahnya selama tujuh bulan ini.

Melihat reaksi Nayanika yang begitu ketakutan, tentu saja malah membuat Renan mengernyitkan keningnya dalam. “Nay.” Benaknya bergemuruh riuh kemudian. Secepat mungkin otak mampu berpikir dengan perhitungan, pada akhirnya Renan tertuju pada satu kesimpulan. “Nay ..., dia milik kita 'kan?”

Judul : Sentuhan Pertama dan Terakhir
Napen: Inge Lezta
Baca selengkapnya di aplikasi KBM app

Address

Makassar

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Mama Fatta posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Mama Fatta:

Share