24/11/2024
Rahmat Allah Yang Menyelamatkan Bukan Ibadah
Kita selama ini diperintahkan untuk ikhlas dalam beribadah, dalam setiap perbuatan dan amalan yang kita lakukan. Keikhlasanlah yang akan membuahkan rahmat Allah -Ta'ala bukan semata-mata gerakan ibadah yang kita lakukan.
Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
فإنَّه لَنْ يُدْخِلَ الجَنَّةَ أحَدًا عَمَلُهُ قالوا: ولا أنْتَ؟ يا رَسولَ اللهِ، قالَ: ولا أنا، إلَّا أنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللَّهُ منه برَحْمَةٍ
"Sesungguhnya amal seseorang tidak akan memasukkannya dalam surga." Para sahabat bertanya, "Apakah begitu juga denganmu wahai Rasulullah?", beliau bersabda, "Ya, demikian p**a aku, kecuali Allah memberikan rahmatNya padaku." HR. Muslim
Hadits ini memberi penjelasan bahwa hakikatnya ibadah-ibadah kita tidak memiliki nilai yang sama dengan surga. Sebanyak apapun seorang manusia beramal nilainya tidak sebanding dengan nilai surga. Tapi, karena keikhlasan dalam ibadah, itu yang kemudian mendatangkan Rahmat Allah -Ta'ala- sehingga ia bisa berbuah surga.
Oleh karena itu, ibadah tanpa ada keikhlasan hanya seperti buih yang tidak bernilai. Allah -Ta'ala- tidak menerimanya. Dalam satu hadits Qudsi, Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda, Allah -Ta'ala- berfirman:
من عمل عملاً أشرك فيه معي غيري تركته وشركه
"Siapa yang melakukan satu amalan, dalam amalannya itu ia menyekutukan Aku dengan selainKu, Aku tinggalkan ia dan sekutuannya itu." HR. Muslim
Ikhlas, memaksudkan ibadah hanya pada Allah tanpa menyekutukanNya dengan yang lain. Makanya, sebanyak apapun sholat dilakukan, sebanyak apapun sedekah dikeluarkan, tapi jika masih berbuat syirik, Allah tidak menerima semua ibadahnya itu. Semua ibadahnya menjadi tidak bernilai.
Allah tidak memberi rahmatNya pada orang yang beramal namun masih menyekutukan Allah. Hal itu karena ia belum ikhlas menghambakan dirinya kepada Allah -Ta'ala-. Dan, menghambakan diri merupakan ibadah.
Tapi, jika seorang menjauhkan dirinya dari kesyirikan, sekecil apapun amalan yang dilakukan oleh seseorang, ketika ia ikhlas kepada Allah, maka amalannya menjadi besar karena Rahmat Allah.
Sebagaimana dikisahkan, ada seorang wanita tuna susila di zaman Bani Israil yang mendapati seekor anjing hampir mati karena kehausan. Ia memberi minuman pada anjing itu menggunakan sepatunya, dengan itu wanita itu kemudian mendapatkan ampunan dari Allah -Ta'ala-.
Para ulama mengatakan, boleh jadi ada amalan kecil menjadi besar karena niatnya dan boleh jadi ada amalan besar jadi kecil karena niatnya." Niat ikhlas itu adalah niat melakukan ibadah tanpa menyekutukan Allah di dalamnya.
Intinya, jauhilah kesyirikan. Karena sebanyak apapun manusia beribadah, ibadah itu tidak akan memasukkannya ke dalam surga jika tak disertai keikhlasan pada Allah. Jika ia masih menyekutukanNya, maka ia belum dikatakan ikhlas kepada Allah dalam menyerahkan dirinya sebagai seorang muslim yang menghamba pada Allah.
Oleh: Muhammad Ode Wahyu
(Pembina Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur'an An-Nail Gowa)