27/06/2025
Syaikh Al-Albani, yang pada mulanya berprofesi sebagai perajin servis jam, memiliki ketekunan dan semangat yang luar biasa dalam menekuni hadits di Perpustakaan Adh-Dhahiriyah, Damaskus. Ia menghabiskan hingga dua belas jam setiap harinya di perpustakaan, dengan penuh konsentrasi mempelajari kitab-kitab hadits, hanya berhenti sejenak ketika tiba waktu shalat. Untuk kebutuhan makan, ia hanya membawa bekal sederhana dan secukupnya. Pengabdian dan kecintaannya terhadap ilmu ini menggerakkan hati pengelola perpustakaan untuk menyediakan sebuah ruangan khusus baginya. Lebih dari itu, ia bahkan dipercaya memegang kunci perpustakaan, sehingga Syaikh Al-Albani dapat dengan bebas dan leluasa menyelami berbagai sumber ilmu secara otodidak.
Diceritakan bahwa ada seseorang dari Mahami yang bertanya kepada Syaikh Albani: “Apakah anda ahli hadits (Muhaddits)?”
Syaikh Albani menjawab: “Ya!”
Ia bertanya lagi: “Tolong riwayatkan 10 hadits kepada saya beserta sanadnya!”
Syaikh Albani menjawab: “Saya bukan ahli hadits penghafal, saya ahli hadits kitab.”
Orang tadi berkata: “Saya juga bisa kalau menyampaikan hadits ada kitabnya.”
Lalu Syaikh Albani terdiam."
📚 Tabyin Dhalalat Al Albani: 6
Pengertian otodidak:
(الصحفي) من ياخذ العلم من الصحيفة لا عن استاذ
(المعجم الوسيط ١/ ٥٠٨ تاليف ابراهيم مصطفى واحمد الزيات وحامد عبد القادر ومحمد النجار)
"(Ash-Shahafi/otodidak) adalah orang yang mengambil ilmu dari lembaran tulisan (sahifah), bukan dari seorang guru."
📚 Al-Mu’jam Al-Wasith, 1/508, karya Ibrahim Mustafa, Ahmad Az-Zayat, Hamid Abdul Qadir, dan Muhammad An-Najjar
📌 Kritikan dari Ulama besar
Al-Hafidz Imam Adz-Zahabi berkata:
قال الوليد كان الاوزاعي يقول كان هذا العلم كريما يتلاقاه الرجال بينهم فلما دخل في الكتب دخل فيه غير اهله وروى مثلها ابن المبارك عن الاوزاعي. ولا ريب ان الاخذ من الصحف وبالاجازة يقع فيه خلل ولا سيما في ذلك العصر حيث لم يكن بعد نقط ولا شكل فتتصحف الكلمة بما يحيل المعنى ولا يقع مثل ذلك في الاخذ من افواه الرجال
(سير اعلام النبلاء للذهبي ٧/ ١١٤)
“Al-Walid mengutip perkataan al-Auza’i: “Ilmu ini adalah sesuatu yang mulia, yang saling dipelajari oleh para ulama. Ketika ilmu ini ditulis dalam kitab, maka akan dimasuki oleh orang yang bukan ahlinya.” Riwayat ini juga dikutip oleh Ibnu Mubarak dari al-Auza’i. Tidak diragukan lagi bahwa mencari ilmu melalui kitab akan terjadi kesalahan, apalagi dimasa itu belum ada tanda baca titik dan harakat. Maka kalimat-kalimat menjadi rancu beserta maknanya. Dan hal ini tidak akan terjadi jika mempelajari ilmu dari para guru.”
📚 (Siyar A’lam an-Nubala’, karya Imam adz-Dzahabi, 7/114)
📌 Kritikan dari Syaikh Utsaimin
Syaikh al-Utsaimin pernah gusar dengan fatwa Syaikh al-Albani dalam persoalan azan Jum’at antara 2 kali dan 1 kali. Syaikh al-Utsaimin menilai adzan dua kali adalah sunnah, namun Syaikh al-Albani menganggap bid’ah. Syaikh Al-Albani dalam kitabnya [al-Ajwibah al-Nafi’ah], menilai azan sayyidina Utsman ini sebagai bid’ah yang tidak boleh dilakukan.
Tentu saja, pendapat Syaikh al-Albani yang kontroversial ini mendapatkan kritikan balik.
Dengan pandangannya ini, seolah-olah syaikh al-Albani menganggap seluruh sahabat dan ulama salaf yang shaleh telah melakukan bid’ah. Syaikh al-’Utsaimin sendiri, keberatan dengan fatwa syaikh al-Albani, sehingga dalam salah satu kitabnya menyinggung syaikh al-Albani kritikan keras dan menilainya tidak memiliki pengetahuan agama sama sekali:
“ثم يأتي رجل في هذا العصر، ليس عنده من العلم شيء، ويقول: أذان الجمعة الأول بدعة، لأنه ليس معروفاً على عهد الرسول صلي الله عليه وسلم، ويجب أن نقتصر على الأذان الثاني فقط ! فنقول له: إن سنة عثمان رضي الله عنه سنة متبعة إذا لم تخالف سنة رسول الله صلي الله عليه وسلم، ولم يقم أحد من الصحابة الذين هم أعلم منك وأغير على دين الله بمعارضته، وهو من الخلفاء الراشدين المهديين، الذين أمر رسول الله صلي الله عليه وسلم باتباعهم."
“Ada seorang dewasa ini yang tidak memiliki pengetahuan agama sama sekali mengatakan, bahwa azan Jumat yang pertama adalah bid’ah, karena tidak dikenal pada masa Rasul, dan kita harus membatasi pada azan kedua saja! Kita katakan pada laki-laki tersebut (syaikh Al Bani): sesungguhnya sunahnya Utsman Radhiallahu 'Anhu adalah sunnah yang harus diikuti apabila tidak menyalahi sunah Rasul Shallahu 'Alaihi Wasallam dan tidak ditentang oleh seorangpun dari kalangan sahabat yang lebih mengetahui dan lebih ghirah terhadap agama Allah dari pada kamu (al-Albani). Beliau (Utsman Radhiallahu 'Anhu) termasuk Khulafaur Rasyidin yang memperoleh petunjuk, dan diperintahkan oleh Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wasallam untuk diikuti."
📚 Syarh al-’Aqidah al- Wasîthiyyah, hlm. 638
📌 Kritikan dari pengikut Syaikh Al Bani
Pada umumnya tatkala kita membuka kitab-kitab biografi para ulama, di depan mukaddimah terdapat sejarah tentang perjalanan menuntut ilmu dan para gurunya. Namun hal ini tidak terjadi dalam buku-buku biografi Albani, justru yang disebutkan oleh pengikutnya adalah untaian kalimat miris berikut ini:
عرف الشيخ الالباني رحمه الله بقلة شيوخه وبقلة اجازاته. فكيف استطاع ان يلم بالعلوم ولا سيما علم الحديث وعلم الجرح والتعديل على صعوبته؟
(ثبت مؤلفات الألباني لعبد الله بن محمد الشمراني ٧)
"Dikenal bahwa Syaikh Al-Albani rahimahullah memiliki sedikit guru dan ijazah. Lantas, bagaimana ia mampu menguasai berbagai ilmu, khususnya ilmu hadits dan ilmu jarh wa ta’dil, meskipun dengan segala kerumitannya?"
📚 Tsabat Muallafat Al-Albani oleh Abdullah bin Muhammad Al-Shamrani, hal. 7
Kritik juga datang dari Abdullah ad-Dawisy, karena menurutnya syaikh Albani dinilai sering "Tanaqudh" (kontradiksi) dan juga memberi peringatan kepada para penelaah kitab syaikh Albani agar tidak tertipu dengan penilaian syaikh Albani tentang kedhaifan hadits.
Berikut pernyataannya:
اما بعد: فهذه احاديث واثار وقفت عليها في مؤلفات الشيخ محمد ناصر الدين الالباني تحتاج الى تنبيه منها ما ضعفه ولم يتعقبه ومنها ما ضعفه في موضع وقواه في موضع اخر ومنها ما قال فيه لم اجده او لم اقف عليه او نحوهما، ولما رايت كثيرا من الناس ياخذون بقوله بدون بحث نبهت على ما يسرني الله تعالى. فما ضعفه وهو صحيح او حسن ولم يتعقبه بينته وما ضعفه في موضع ثم تعقبه ذكرت تضعيفه ثم ذكرت تعقيبه لئلا يقراه من لا اطلاع له في الموضع الذي ضعفه فيه فيظنه ضعيفا مطلقا وليس الامر على ما ظنه
(تنبيه القارئ على تقوية ما ضعفه الألباني عبدالله بن محمد الدويش ٥)
"Amma ba’du: Berikut adalah sejumlah hadits dan atsar yang saya temukan dalam karya-karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, yang memerlukan penjelasan. Di antaranya terdapat hadits yang beliau lemahkan tanpa memberikan catatan lanjutan, ada p**a yang beliau lemahkan di satu tempat namun dikuatkan di tempat lain, serta ada yang beliau nyatakan tidak menemukannya atau belum mengetahuinya, atau semisalnya. Ketika saya melihat banyak orang mengambil pendapat beliau tanpa melakukan penelitian lebih lanjut, saya merasa terpanggil untuk menjelaskan apa yang telah dimudahkan oleh Allah Ta’ala. Hadis yang beliau lemahkan padahal sahih atau hasan tanpa catatan lanjutan, saya jelaskan keadaannya. Adapun yang beliau lemahkan di satu tempat lalu memberikan catatan lanjutan, saya sebutkan pelemahan tersebut disusul dengan catatan lanjutannya, agar pembaca yang tidak memiliki wawasan mendalam tidak hanya membaca bagian pelemahan dan menganggap hadits tersebut lemah secara mutlak, padahal hakikatnya tidak demikian."
📚 [Tanbih Al-Qari’ ‘ala Taqwiyat Ma Dha’afahu Al-Albani], Abdullah bin Muhammad Al-Duwaisy, hal. 5
📝 Admin OKD Islami
Wallahu a'lam, semoga bermanfaat.
Bagikan keteman, saudara atau sanak famili anda agar mereka juga menambah ilmu.