10/02/2025
Cerita tentang lebaran lagi ya.
Satu hari sebelum lebaran, setiap tahun, tugasku adalah menjadi asisten mama menyiapkan makanan utk lebaran esok. Ketupat, buras, opor ayam, sambal goreng hati, capcay goreng, krupuk, acar, kue kering, kacang goreng, semua jadi hidangan wajib.
Jangan tanya penampakanku di hari itu. Mulai pagi sibuk nyabutin bulu ayam, motong2 sayuran, bungkus buras, dll. Sebenarnya nyabutin bulu ayam itu pekerjaan enteng. Klo ayamnya cuma satu. Lebih praktis lagi kalo beli saja di pasar, langsung dipotong bersih.
Tapi hari2 jelang lebaran, biasanya sdh ada beberapa ekor ayam kampung di parkiran. Entah dari mana saja. Itulah enaknya tinggal di kampung, selalu ada yg datang membawakan ayam. 😄
Enyah kenapa, suatu hari jelang lebaran, sementara memotong buncis dan wortel di samping mamaku, tiba2 aku berpikir, gimana ya kalau tahun depan Mama tidak ada? Apakah lebaran akan tetap sama? Saat itu papaku sudah berpulang duluan.
Aku langsung istighfar dan berusaha menepis pikiran2 itu. Tapi tidak bisa. Sesekali aku mencuri pandang menatap mama. Perempuan kuat yg aku tahu perjalanan hidupnya tidak mudah. Sebagian diriku adalah bentukan dari perjalanan hidupnya.
Dan tahun berikutnya, aku dan adik2ku benar2 berlebaran tanpa mama dan papa. Lengkap sudah. Kami masuk di Komunitas Anak Yatim Piatu Indonesia. 😩
Terasa banyak yg hilang. Tidak ada lagi momen masak2 bersama. Aku lebih s**a memesan dan membeli jadi semua masakan. Emoh merepotkan diri di dapur. Selain krn tidak pandai memasak, tentunya.
Dan begitulah. Lebaran bersama mama, papa dan ketupat tidak pernah ada lagi. Aku sering menatap langit saat sholat Id. Bertanya2, apa yg mereka lakukan saat lebaran seperti ini? Apakah merindukan anak dan cucu2nya jg?
Semoga mereka bahagia setelah berkumpul kembali di rumah barunya.