02/12/2025
💔 Azan di Bawah Longsor: Azan Terakhir Untukmu, Istriku
Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Tanah ini. Gumpalan lumpur yang dingin dan berat ini. Mereka menelan segalanya. Rumah kami, kenangan kami, dan... kamu, sayang.
Sejak hari itu, sejak bumi bergetar dan menumpahkan isinya, duniaku ikut runtuh. Orang-orang sibuk mencari, sibuk menolong, sibuk membersihkan. Tapi aku? Aku hanya bisa berdiri di sini. Tepat di atas tempat kita biasa tertawa, tempat kita berjanji untuk selalu bersama.
Mereka bilang, "Ikhlaskan, Pak." Mereka bilang, "Sudah takdir, Pak." Aku mencoba. Ya Allah, aku mencoba. Tapi bagaimana aku bisa ikhlas jika aku bahkan belum bisa melihat wajahmu untuk yang terakhir kalinya?
Panggilan dari Hati yang Hancur
Setiap pagi, saat matahari mulai menyentuh puncak bukit, aku datang ke sini.
Aku membawa harapan, sekecil apa pun. Aku membersihkan sedikit demi sedikit lumpur di hadapanku, berharap ada ujung kain, sehelai rambut, apa pun yang menandakan bahwa kamu ada di bawah sana.
Dan saat waktu salat tiba, aku akan berdiri. Di tengah kehancuran ini. Di antara para relawan yang lelah dan debu yang beterbangan.
Aku mengumandangkan azan.
Azan ini... bukan hanya panggilan salat, sayang. Ini adalah panggilan hatiku.
Allahu Akbar... Allahu Akbar...
Aku meneriakkan kebesaran-Nya, berharap kebesaran-Nya mengembalikanmu padaku.
Ashhadu anna Muhammadar Rasulullah...
Setiap baitnya, aku lantunkan dengan air mata yang sudah tak mampu kubendung lagi. Aku berharap suaraku bisa menembus timbunan tanah itu, sampai ke telingamu. Aku berharap azan ini menjadi pelipur lara untukmu, di mana pun kamu berada sekarang.
"Sayang, Pulanglah..."
Setelah azan, aku selalu memanggil namamu. Berulang kali.
"Sayang... Sayangku..."
"Pulanglah. Dengan cara apa pun. Aku tidak peduli. Kembalilah padaku."
Aku tahu ini terdengar gila. Mereka menatapku dengan tatapan kasihan. Tapi mereka tidak mengerti. Ini adalah cinta terakhir yang bisa kuberikan. Wujud dari janji yang kuucapkan di hadapan-Nya, untuk mencintaimu sampai maut memisahkan. Dan kini, maut telah datang, tapi aku belum bisa merelakanmu pergi sendirian.
Aku butuh kamu. Aku butuh tahu di mana kamu. Agar aku bisa memelukmu—walau hanya untuk terakhir kalinya—dan mengucapkan selamat tinggal yang sesungguhnya.
Doa dan Harapan
Ya Allah, berikan aku kekuatan untuk tetap berdiri di sini, untuk terus mencari. Aku tahu Engkau Maha Mendengar. Jika memang ini akhir perjalanannya di dunia, hamba mohon, pertemukanlah jasadnya dengan hamba. Biarkan hamba memakamkannya dengan layak.
Aku hanya ingin kamu tenang, Sayang. Aku janji, begitu kamu kutemukan, aku akan mencoba mengikhlaskanmu. Aku akan menjadi suami yang tegar, yang mendoakanmu tanpa henti dari dunia ini.
Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Aku akan kembali besok pagi, Sayang. Tunggu azan dariku 😭😭