31/08/2025
BANGUN KOMITE AKSI BERSAMA DENGAN BARIKADE PERTAHANAN DIRI BERSENJATA
"Demonstrasi atau pemogokan politik sebagai pertarungan tunggal angkatan muda tidak akan pernah memiliki bobot sosial atau daya ungkit ekonomi yang kuat tanpa keterlibatan aktif kaum buruh. Udara yang dihirup di jalan-jalan raya, tempat-tempat kerja, dan pemukiman-pemukiman rakyat pekerja saat ini bukan lagi suasana keputusasaan dan kekecewaan kosong tapi telah berkembang menjadi suasana kemarahan yang terkonsentrasi dan mencari cara dan jalan keluar untuk aksi-aksi revolusioner. Untuk membakar Indonesia Gelap dengan sebuah pemogokan umum sebagai senjata utama perjuangan kelas revolusioner, mobilisasi massa tidak saja harus dimulai di kota-kota sebagai tempat utama peristiwa revolusioner tapi terutama harus dimulai di pabrik-pabrik dan gudang-gudang sebagai titik awal dari pemogokan politik yang dahsyat. Sebuah periode revolusioner yang akan menyediakan kondisi untuk kediktatoran proletariat hanya akan terbuka ketika kaum buruh—yang dimulai dari garda terdepannya—memasuki medan aktivitas politik revolusioner dan mengulurkan tangan solidaritas dan persaudaraan kelas kepada lapisan terluas kaum terhisap dan tertindas."
- Kaum Bolshevik
Dalam babak pertama ledakan Gerakan Indonesia Gelap, pemikiran orang-orang yang sebelumnya sangat primitif berubah menjadi sangat rakus dalam melakukan analisis politik. Slogan-slogan dan tuntutan-tuntutan radikal sudah tidak lagi membuat laki-laki dan perempuan takut. Kesadaran massa menyerap setiap seruan, kecaman, penolakan dan ketidakpercayaan terhadap struktur birokrasi borjuis dan keseluruhan sistem kapitalisme bagaikan spons yang menyerap substansi cair. Tidak ada program dan kebijakan pemerintah yang tidak disorot dan digugat. Setiap kesalahannya dibongkar dan diekspos luas. Siaran-siaran mengenai prospeknya ditanggapi ejekan dan ancamannya menimbulkan kebencian. Perasaan-perasaan yang terpendam terus-menerus mencari jalan keluar dan pikiran-pikiran banyak orang berubah menjadi tindakan. Kekacauan situasi dunia yang tiba di Indonesia dengan meningkatnya pencabutan subsidi telah menghancurkan standar hidup rakyat pekerja dengan beban yang meraksasa. Ancaman mati kelaparan dalam kondisi kemiskinan dan pengangguran umum bergelayut di cakrawala politik borjuasi, menutup segalanya dengan meningkatkan cengkereman badan orang-orang bersenjata dalam kehidupan laki-laki dan perempuan biasa. Lapisan sosial yang paling pasif dan lembam, yang sebelumnya tidak membicarakan persoalan-persoalan politik dan tidak berhubungan dengan elemen-elemen sadar-kelas dan maju, dihantam oleh goncangan peristiwa untuk keluar dari rutinitas dan keyakinan lamanya.
Kini babak baru Gerakan Indonesia Gelap telah dibuka. Gerakan mahasiswa dan pelajar yang membawa percikan radikalisasi dalam kemampuan mobilisasinya yang menyebar secepat kilat di kampus-kampus dan sekolah-sekolah, sangat ditakutkan oleh kelas penguasa akan prospeknya untuk menyentuh gerakan buruh. Meningkatnya represi negara melalui kebrutalan polisi dan tentara yang ditujukan terhadap kaum muda dan buruh menunjukan ketakutan itu. Di masa-masa normal atau relatif damai, kelas penguasa menjalankan kendali atas negara dengan menanam keyakinan naïf melalui institusi-institusi pendidikan dan demokrasinya. Namun dalam periode-periode pra-revolusioner atau revolusioner, persoalan-persoalan mengenai negara akan terungkap dalam metode-metode yang paling kasar. Dalam memadamkan kobaran Indonesia Gelap, langkah-langkah militer adalah yang digunakan pemerintahan borjuis. Setiap kali kelas penguasa yang telah memegang kekuasaan selama berabad-abad, berhadapan langsung dengan kebangkitan massa yang dapat mengarah pada perenggutan kekuasaan dari tangannya, nalurinya untuk berkuasa menjadi semakin sensitif. Tapi dalam krisis sosial dan politik di zaman kita, suasana hati masyarakat ini—yang terekspresikan dalam gerakan angkatan muda sebagai barometer paling akuratnya—telah dipenuhi dengan kebencian mendalam terhadap korupsi dan kebrutalan seluruh aparat birokrasi dan badan khusus orang-orang bersenjatanya. Polisi dan tentara yang mewakili kekuatan represif negara borjuis, inti pertahanan bagi kepemilikan pribadi dan hak istimewa kelas borjuis, tidak akan pernah berhasil merintangi jalannya kaum muda yang sedang bangkit. Dalam melawan teror tentara-polisi, gerakan pelajar dan mahasiswa telah membentuk barikade secara mendadak. Namun ini tidak cukup. Barikade pertahanan diri yang kuat tidak sekedar menuntut angkatan muda untuk berlatih dan membiasakan diri menggunakan senjata, tetapi terutama harus melibatkan perjuangan revolusioner untuk mempersenjatai pekerja sebagai nukleus dari kediktatoran proletariat. Perlawanan terhadap badan khusus orang-orang bersenjata, melawan polisi dan tentara reguler yang terorganisir, tidak mungkin dilakukan tanpa pengorganisasian milisi rakyat pekerja sebagai badan kolektif pelindung gerakan massa. Hanya lapisan massa bersenjata yang dapat memberi perlindungan yang paling nyata di hadapan gempuran kekuatan reaksi. Perjuangan massa untuk kediktatoran proletariat adalah menyangkut bentuk negara yang akan menghancurkan kediktatoran borjuis—negara dan demokrasi borjuis.
Saat ini pengaruh reformisme dan sentrisme dalam perjuangan massa menjadi kendala dalam pembentukan blok organisasi-organisasi proletar dan semi-proletar. Tendensi-tendensi reformis dan sentris tidaklah memiliki tinjauan yang utuh tentang negara: kaum reformis berpikir dapat memperbaiki dan mempertahankan negara dengan segala alat-alat represinya untuk melayani kepentingan massa; kaum sentris mengira bisa mengakhiri krisis masyarakat dengan mencampur-adukan teori yang bertentangan secara prinsipil atau menolak kekuasaan negara secara umum sehingga menyangkal kebutuhan kelas pekerja akan negara yang bersifat sementara. Negara borjuis bagi kedua tendensi ini bukan untuk ‘dihancurkan’ dan ‘digantikan’ dengan melancarkan perjuangan untuk revolusi sosialis yang akan membangun negara buruh yang berangsur-angsur ‘melenyap’. Hanya perjuangan revolusioner massa yang mempunyai taring dan cakar dalam menghadapi kekuatan reaksi tentara-polisi dan seluruh birokrasi kekerasan borjuasi, yang akan menghancurkan dan menggantikan badan khusus orang-orang bersenjata dengan mendirikan badan kolektif di bawah kontrol demokratis kelas pekerja yang melindungi hak-hak dan keselamatan massa. Sekarang serangkaian kondisi untuk perjuangan revolusioner itu sedang berkembang. Ini ditandai dengan ledakan pembuka energi revolusioner kaum muda, yang dalam perkembangannya menghadapi serangan-balik borjuasi yang seketika mengajukan pertanyaan mengenai kekuatan, dan menuntut dijawab dengan kemampuan gerakan muda untuk menyebar ke dalam kelas buruh demi mengaktifkan kekuatan raksasa yang masih tertidur. Dalam babak kedua Gerakan Indonesia Gelap, perjuangan massa melawan militerisme harus didekati sebagai perjuangan kelas yang berkait-erat dengan perjuangan untuk mengkahiri kemiskinan, pengangguran, dan serangan terhadap rakyat pekerja secara umum. Dengan pendekatan inilah gerakan pelajar dan mahasiswa dapat didorong menuju demonstrasi, pendudukan, pemogokan umum dan pemberontakan bersenjata yang akan menarik seluruh kelas pekerja dalam melawan kelas penguasa. Aksi-aksi protes dan mobilisasi yang meluapi jalanan dan fasilitas publik mesti diulang tapi berdasarkan koordinasi bersama elemen-elemen gerakan buruh. Dialog harus digelar untuk mengundang serikat-serikat buruh ke dalam pendirian Komite Aksi Bersama. Pembentukan komite-komite pemogokan di tempat-tempat kerja, belajar, dan lingkungan sekitar adalah langkah pertama yang wajib ditempuh. Ini membutuhkan kepemimpinan politik yang mempunyai program yang dapat menghubungkan gerakan melawan kekerasan polisi dan tentara dengan tuntutan-tuntutan mengenai perbaikan taraf hidup mayoritas laki-laki dan perempuan; menentang pemiskinan dan pengangguran umum; menaikan upah minimum, gaji pensiun dan tunjagan. Energi revolusioner angkatan muda harus dihubungkan dengan kepentingan gerakah buruh secara luas. Yang menuntut diakhirinya kebijakan pemotongan dan penghematan, penghapusan semua peraturan yang membatasi hak mogok dan berserikat serta penyampaian pendapat di muka umum. Ini mesti dihubungkan dengan tuntutan-tuntutan yang melarang diterobosnya universitas dan sekolah-sekolah oleh polisi dan tentara. Semua aparat represif mesti ditendang keluar dari segala aktivitas politik massa, organisasi-organisasi proletar dan semi-proletar. Tidak boleh ada brutalitas dan militerisasi dalam aktivitas-aktivitas kaum muda dan kelas pekerja. Namun tuntutan vital ini takkan pernah mungkin dipenuhi oleh pemerintahan reaksioner borjuasi yang ada. Inilah mengapa slogan utama yang paling memadai untuk memperbesar Gerakan Indonesia Gelap haruslah menggaungkan: "Bubarkan DPR!", “Gulingkan Rezim Otoriter Prabowo-Gibran!”, "Bubarkan DPR", "Bangun Komite Aksi Bersama Buruh dan Rakyat!"
Selengkapnya:
https://percikanapi.data.blog/2025/04/28/untuk-sebuah-percikan-yang-akan-membakar-indonesia-gelap/
https://percikanapi.data.blog/2025/02/24/tugas-angkatan-muda-dalam-kegelapan-dunia-kapitalisme/
Bangun Kepemimpinan Revolusioner "Bolshevisme" sekarang juga: https://revolusioner.org/bergabung/