
01/07/2025
"Kita punya rumah sendiri mas, kenapa kita masih tinggal di sini?? Ini udah satu bulan, sudah cukup kita tinggal di sini," ucapku pada Mas Davin. Aku harus segera membawa suamiku pergi dari sini karena aku merasa benar-benar tidak nyaman dengan tingkah Dinar yang semakin hari semakin tidak masuk akal.
"Tapi--"
"Kalau mas masih mau tinggal di sini, itu terserah mas. Aku akan tetap pergi dari sini," tegasku. Tidak perduli apapun yang terjadi, aku sudah tidak nyaman di tempat ini.
"Baiklah, kita akan pergi dari sini besok, tapi malam ini kita di sini dulu, nggak enak kan sama Mama dan yang lainnya kalau kita pergi malam-malam, apa kata mereka?? Mereka akan berpikir kalau kita sedang bertengkar."
Baiklah, aku menyetujui saran dari mas Davin dan tetap tidur malam ini dirumah orang tuanya, karena aku tidak mau orang-orang mengira kami sedang bertengkar.
Keesokan paginya, aku dan Mas Davin bersiap untuk pamit pada semua keluarga.
"Loh, kalian mau kemana??" Tanya Mama heran ketika sedang bersiap untuk sarapan.
"Aku ... Sama Mas Davin mau pamit ma."
Semua orang diam.
"Aku dan Khalisa mau pamit p**ang ke apartemen kami sendiri ma. Sudah cukup lama kami tinggal di sini."
"Itu terserah kalian, kalian juga punya kehidupan sendiri. Mama nggak keberatan," ujar Mama.
Mama mertuaku itu sangat baik dan menyayangiku sejak dulu dan aku sangat bersyukur karena memiliki ibu mertua seperti Mama.
"Kalau Davin pergi dari sini, terus yang jagain Dinar siapa?? Kalau Dinar sedih, siapa yang mau menghiburnya??" Mbak Sila angkat bicara.
"Dinar bukan an ak kecil lagi. Dia sudah dewasa dan pasti bisa mengatasi semuanya sendiri," jawabku. Lagi p**a kenapa juga kami yang harus memikirkan Dinar?? Wanita itu sudah dewasa dan tidak mungkin terus bergantung pada suamiku.
"Tapi yang bisa menenangkan Dinar itu cuma Davin. Kalau nanti terjadi sesuatu yang bu ruk pada Dinar karena dia sedih bagaimana??"
"Itu bukan tanggung jawab suamiku. Dia bukan istri suamiku, kenapa mas Davin yang harus menenangkan Dinar??"
"Karena cuma Davin yang bisa membuat Dinar melupakan kesedihannya karena kehilangan Fandi. Kamu ngerti sedikit kenapa sih? Eg ois banget jadi orang!!" Mbak Sila terlihat em osi.
"Mbak ... Maaf kalau aku lan cang jawab ucapan mbak, tapi mas Davin itu udah punya istri dan kewajiban mas Davin itu cuma sama aku, bukan sama kakak iparnya."
"Sudah ... Sila, Khalisa benar. Dia dan Davin tidak punya tanggung jawab pada Dinar, jadi biarkan mereka kembali ke apartemen mereka sendiri. Mereka sudah menikah dan mereka juga punya kehidupan mereka sendiri."
"Iya ma ... Tapi kan kondisi Dinar belum pulih betul, dia masih sedih karena kehilangan Fandi, nanti kalau dia sedih dan nggak ada Davin bagaimana??" Kakak iparku itu tetap ngo tot dengan keinginannya yang menginginkan mas Davin tetap di sini.
"Nanti Mama yang akan nemenin Dinar, jadi nggak perlu khawatir. Mama yang akan menghiburnya," kata Mama.
"Sebelum p**ang, kalian sarapan dulu ya."
Baru saja aku dan Mas Davin ingin duduk di kursi, tiba-tiba saja kami mendengar suara berde bum di luar.
"Mbak Dinar!!!!" Pe kik asisten rumah tangga Mama saat itu. Semua orang bangkit dan berlari ke asal suara.
"Mbak Dinar lom pat dari lantai atas!!" Jerit Bibi asisten rumah tangga Mama di sana.
"Dinar!!"
"Dinar!!"
Semua orang me me kik kaget ketika melihat Dinar tergeletak tak sadarkan diri dengan da-rah yang mengalir di sana.
"Dinar!!" Mas Davin ingin berlari tapi aku menahan tangannya.
"Ada Papa dan mas Irfan disini, biar mereka yang membawa Dinar mas," ucapku.
Bukan aku egois dan tidak mementingkan keselamatan orang lain, tapi di sini ada beberapa pria, kenapa harus mas Davin yang menolong Dinar??
"Kamu nggak wa-ras!!! Kamu nggak lihat keadaan Dinar saat ini?? Dia se ka rat dan kamu masih bers*kap keka nak-ka nakan!!" Untuk pertama kalinya mas Davin bicara ka sar dan memben takku, cuma karena Dinar. Kenapa aku merasa Dinar sangat spesial untuk mas Davin??
Aku pun melepaskan tangan mas Davin yang saat itu berlari dan menolong Dinar. Dinar dilarikan kerumah sakit oleh mas Davin dan meninggalkan aku disini.
Hatiku sakit, sangat sakit, kenapa mas Davin sangat perhatian pada Dinar? Dan kenapa Dinar selalu saja membuat ulah ketika aku ingin bersama mas Davin??
"Mungkin aku p**ang sore karena Dinar masih harus di rawat dan menjalani berbagai pemeriksaan," ucap Mas Davin melalui samb**gan telepon saat itu.
"Bukannya kita mau p**ang ke apartemen mas??"
"Ya Tuhan ... Khalisa, Dinar sedang kritis, bagaimana bisa kamu masih memikirkan untuk p**ang ke apartemen?? Kenapa sekarang kamu berubah jadi nggak punya hati nurani??"
*
*
Baca selengkapnya di KBM
Judul: Diam-diam Kita sudah mantan
Aplikasi: KBM
Penulis: Nafisa ica