
11/08/2025
Part 9
"Bicara apa kamu, Darren?" Ibu Renata menanggapi pertanyaan anak semata wayangnya sambil melengos. Tidak menunggu anaknya menjawab. Sorot mata ibu Renata tetap tajam, melotot tak s**a atau mungkin gengsi.
Darren hanya mengulum senyum, menggelengkan kepala melihat Ibu Renata yang melenggang masuk ke dalam rumah. Darren tahu kalau Ibu Renata gengsi mengungkapkan rasa s**anya terhadap Sabrina. Namun, hati Darren semakin yakin kalau suatu saat atau mungkin sebentar lagi Ibu Renata akan menyukai istri keduanya.
Darren masuk ke dalam rumah, langkah kakinya menuju dapur. Samar-samar terdengar suara Ibu Renata yang meng-introgasi wanita yang dicintainya.
"Memangnya kamu kursus masak dan bikin kue di mana?"
Intonasi ibu Renata masih terdengar ketus. Sabrina tersenyum sebelum menjawab pertanyaan wanita yang sangat disegani di rumah ini. Sabrina berusaha menunjukkan s*kap tidak takut pada Ibu Renata.
"S-saya enggak pernah kursus, Nyonya."
Ibu Renata tampak tak percaya kalau Sabrina tidak kursus memasak atau membuat kue.
"Benarkah? Kamu pasti berbohong!" Cetus Ibu Renata memalingkan wajah.
Salah satu asisten rumah tangga membuatkan teh hijau untuk Ibu Renata tanpa diperintah. Mereka berdua sudah mengerti jika jam-jam segini Ibu Renata selalu ingin dibuatkan teh hijau.
"Enggak bohong, Nyonya. Saya bicara jujur," jawab Sabrina sambil membuat olahan cake.
"Terus, kamu bisa dari mana?" tanya Ibu Renata lagi, mengangkat cangkir berisi teh hijau.
"Dulu waktu di desa, saya kerja di salah satu rumah makan dan s**a membantu membuat pesanan kue tetangga. Kadang mereka memesan cake, brownis atau kue bolu."
Jawaban Sabrina membuat kening Ibu Renata mengkerut. Wanita yang usianya sudah lebih dari setengah abad tidak percaya dengan jawaban Sabrina.
"Kamu jangan bohongi saya. Masa orang desa s**a makanan kota?"
Sangat angkuh ucapan Ibu Renata. Seolah merendahkan orang-orang yang tinggal di desa. Sabrina tidak marah, ia semakin bersemangat menunjukkan keahliannya di depan Ibu Renata.
"Saya enggak bohong, Nyonya. Zaman sekarang kan hampir semua masyarakat punya handphone. Mereka jadi tau makanan atau masakan orang kota seperti apa. Biasanya saya pelajari itu semua sambil melihat youtube," jawab Sabrina merunduk, tersenyum.
Ibu Renata semakin terkejut. "Kamu hanya nonton youtube, enggak kursus masak atau membuat kue-kue?"
"Enggak, Nyonya," jawab Sabrina tegas.
"Kenapa?"
"Enggak ada uang, Nyonya."
Ibu Renata menggelengkan kepala mendengar jawaban Sabrina.
"Oh iya ya. Jangankan buat kursus, buat kamu makan juga pasti susah."
Sabrina tak menimpali ucapan merendahkan Ibu Renata.
Tiba-tiba Darren datang sambil berdehem. Sedari tadi lelaki itu mendengar obrolan antara Ibu Renata dan Sabrina.
"Darren, ngapain kamu di dapur? Ayok sana! Ayookk!"
Tangan Darren ditarik paksa Ibu Renata agar menjauh dari dapur.
"Ma, jangan tarik-tarik tanganku kayak gini. Aku bukan anak kecil, Ma." protes Darren berusaha melepaskan cekalan tangan wanita yang telah melahirkannya.
"Kamunya ngeyel!" Ibu Renata melotot, menatap anak semata wayangnya. "Sekarang kamu masuk kamar! Inget kata Mama, seharian ini jangan ganggu Sabrina! Paham, Darren?" Lagi, kedua mata Ibu Renata seperti mau melompat. Darren tersenyum menganggukkan kepala. Perintah Ibu Renata bagianya, awal mula yang baik untuk pendekatan dengan Sabrina.
Darren masuk kamar, Ibu Renata kembali ke dapur. Wanita tua itu duduk di kursi, memerhatikan Sabrina dan dua asisten rumah tangganya sedang membuat cake.
Tidak dapat dipungkiri, melihat Sabrina yang cekatan membuat cake, hati Ibu Renata cukup bahagia. Paling tidak, sekarang dia memiliki menantu yang sesuai keinginannya. Tidak seperti Angelica yang hanya bisa makan, tidur, foya-foya, sungguh menantu tak ada guna.
"Wow, ada apa ini? Tumben sekali Mama ada di dapur?"
Orang yang baru saja berada dalam lamunan Ibu Renata, kini muncul di hadapan mata.
"Kamu nyindir Mama, Angelica?" Ibu Renata bertanya dingin. Tatapan tak s**a terhadap menantu pertamanya itu tak bisa disembunyikan.
"Bukan nyindir, Ma ... aku tuh nanya. Mama ngapain duduk di dapur? Enggak takut badan Mama bau dapur?" tanya Angelica berusaha tidak terpancing emosi. Wanita itu duduk di kursi samping ibu mertua.
"Lebih baik badan bau dapur ketimbang bau alkohol kayak kamu," tandas ibu Renata menatap lekat Angelica. Istri pertama Darren itu menelan saliva, memutar bola mata malas. Bibirnya menyeringai seolah mengejek Ibu Renata.
Sabrina yang mendengar obrolan mereka hanya melirik. Tidak berani melihat langsung apalagi nimbrung dalam pembicaraan menantu dan mertua itu.
"Wajarlah, aku s**a minum-minuman. Siapa yang enggak stres, punya suami tapi kayak enggak punya suami. Gimana aku mau punya anak, usaha membuatnya saja jarang banget."
"Diam kamu, Angelica!" sentak Ibu Renata tak s**a mendengar ucapan yang mengarah dalam privasi hubungan rumah tangga.
"Kenapa aku harus diam, Ma. Itu fakta! Harusnya Mama ngebujuk Darren supaya mau meny3ntuhku bukan justru nyuruh nikah lagi sama dia!" Emosi Angelica tak bisa dikendali. Sebagai perempuan, Angelica sangat tidak terima suaminya menikah lagi hanya karena tidak bisa memberinya keturunan.
Ibu Renata tak langsung menjawab. Napasnya turun naik karena menahan amarah yang semakin memuncak.
"Kenapa, Ma? Benar kan apa kataku? Mama mulai merasa bersalah sama aku? Mau minta maaf? Boleh ...."
Angelica merasa di atas awan. Bibirnya menyunggingkan senyum, pandangannya beralih pada Sabrina yang tengah sibuk membuat cake atas permintaan ibu Renata.
"Mulutmu makin kurang ajar, Angelica. Kamu benar-benar wanita yang enggak tau diri! Harusnya kamu berpikir, apa yang membuat Darren tidak ingin menyentuhmu?"
Senyum yang sebelumnya mengembang di bibir Angelica seketika redup. Kepalanya menoleh, membalas tatapan sang ibu mertua.
"Mama tetap nyalahin aku?" Kali ini, intonasi suara Angelica rendah.
"Kamu memang pantas disalahkan, Angelica. Baiklah, sekarang Mama akan kasih tau kamu alasan Darren enggan menyentuhmu."
Raut wajah Angelica berubah pias. Sikapnya mendadak salah tingkah. Dia takut kalau ibu mertua mengetahui kelakukannya di luar sana. Alasan Darren tak ingin menyentuhnya. Darren sendiri pernah mengungkapkan itu. Ternyata Darren sudah tahu kelakuan Angelica yang s**a bergonta-ganti pasangan di luar sana. Ia yang sering datang ke club malam, yang s**a mabuk-mabukan, selalu melakukan hubungan int1m dengan laki-laki yang baru dikenalinya malam itu. Bagaimana Darren tidak jijik melihat kelakuan istrinya yang sudah sangat biasa bers3lingkuh dan melakukan hubungan yang semestinya hanya dilakukan oleh suami istri?
"Sudahlah, Ma. Aku mau istirahat. Lama-lama aku semakin stres tinggal di sini. Suami enggak perhatian, nikah lagi, eh mertua bawel sekali!"
Angelica benar-benar ngelunjak. Ibu Renata tak tahan lagi, mengatakan aib menantunya itu.
"Perlu kalian tau, anakku Darren enggak mau menyentuh dia karena tau kalau istrinya bers3lingkuh dengan banyak lelaki di luar sana. Jadi, wajar saja kalau Darren merasa jij1k menyentuh daging yang dinikmati banyak lelaki. Benar begitu, Angelica?"
Penulis: Syatizha2
Judul: Rahim Dua Ratus Juta
Tamat di KBM App