26/08/2025
Namanya, Dwi Hartono. Ia pengusaha flamboyan dari Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Jambi. Ia pernah dipuja seperti nabi kecil di daerahnya. Lelaki yang lahir di tanah karet itu dianggap pahlawan pendidikan, dermawan sejati, bahkan malaikat yang tak bosan meneteskan beasiswa untuk anak-anak miskin.
Hartono Foundation berdiri megah sebagai simbol kemurahan hati, menyalurkan uang seolah tak terbatas. Ia pernah mengundang artis papan atas ke kampungnya, memanjakan warga dengan hiburan gratis. Bahkan ketika korban penyekapan dan rudapaksa di Lampung Utara butuh uluran tangan, Dwi hadir dengan pengacara flamboyan Hotman Paris, menanggung biaya pendidikan korban hingga S2. Semua itu membuat citranya menjulang, seakan-akan malaikat Jibril sendiri menitipkan amplop amal kepadanya.
Namun takdir berkata lain. Di balik jas mewah, jam tangan branded, dan seminar motivasi yang ia jual di kanal YouTube โKlan Hartonoโ dengan 169 ribu pengikut, terselip sesuatu yang jauh lebih gelap dari lubang sumur tua. Tiba-tiba publik dikejutkan dengan berita. Dwi Hartono disebut sebagai salah satu otak pembunuhan Muhammad Ilham Pradipta, Kepala Cabang Pembantu BRI Cempaka Putih.
Si dermawan yang dulu dianggap surga berjalan kaki, kini diduga maestro kematian yang mengatur penculikan dan pembunuhan dengan dingin. Ironi melompat ke panggung, membuat rakyat tercengang, karena bagaimana mungkin seorang penyelamat pendidikan bisa berubah jadi filsuf darah dingin yang seakan membaca Nietzsche sambil mengasah parang.
Penangkapan itu dilakukan Subdit Jatanras Polda Metro Jaya pada 23โ24 Agustus 2025. Lalu, memboyong Dwi bersama tiga kolega kejahatan, YJ, AA, dan C. Mereka ditangkap di Solo dan Jakarta Utara, jauh dari tanah kelahiran Tebo yang dulu memujanya. Polisi menyebut mereka bukan sekadar eksekutor, tapi aktor intelektual.
Dwi Hartono, nama yang pernah dielu-elukan, kini berubah jadi sumpah serapah. Dari pahlawan sosial menjadi tersangka pembunuhan, dari dermawan menjadi dalang. Ia ibarat bunga flamboyan yang indah dipandang, tetapi ketika akarnya dicabut, yang keluar hanyalah ular berbisa.