22/04/2025
CINTA DI BALIK OMBAK
---
Bab 1: Senja dan Kenangan
Pantai sore itu sepi. Hanya deru ombak dan sesekali suara camar yang mengisi udara. Sipulan duduk di atas pasir yang masih hangat, lututnya ditekuk, kedua tangannya memeluk kaki. Sport bra hitam dan celana pendek abu-abu menempel pas di tubuh atletisnya yang berkeringat setelah jogging ringan. Tapi bukan olahraga yang membuat napasnya tak beraturan—melainkan kenangan.
Sudah dua tahun sejak kejadian itu. Saat dia nyaris terseret ombak karena terlalu asyik memotret senja. Dan dari sekian banyak orang di sekitar, hanya satu yang berlari menolongnya. Seorang cowok berwajah teduh, dengan suara yang menenangkan dan senyum yang entah kenapa masih terus terpatri di benaknya. Ia bahkan tak sempat tahu namanya.
Sejak hari itu, Sipulan sering kembali ke pantai ini. Bukan untuk menunggu—ia bukan tipe cewek yang percaya takdir begitu saja. Tapi ada rasa nyaman yang aneh setiap ia duduk di sini, memandangi laut, membiarkan angin menerpa wajahnya, seolah alam ini menyimpan jejak langkah cowok itu.
"Halah, baper lagi..." gumamnya pelan, tertawa kecil sambil melempar kerikil ke laut.
Tapi hari ini… entah kenapa hatinya berdebar lebih kencang.
Dan ia belum tahu, hari itu akan jadi awal dari babak baru dalam hidupnya.
---
---
Bab 2: Dia Kembali
“Masih s**a duduk sendiri di sini ya?”
Sipulan terkejut. Suara itu… rendah, lembut, dan entah bagaimana terasa familiar. Ia menoleh cepat.
Seseorang berdiri tak jauh darinya. Cowok dengan rambut agak panjang, mengenakan kaos putih polos dan celana pendek khaki. Di tangannya ada tas selempang kecil, dan senyum ramah yang seolah menembus waktu.
“Hah… kamu?” ucap Sipulan tanpa sadar, berdiri perlahan.
Cowok itu mengangkat alis, masih tersenyum. “Kamu inget aku?”
Sipulan mengangguk pelan. “Kamu yang… dua tahun lalu—di ombak—“
“Yang nyelametin cewek ceroboh yang bawa kamera ke laut?” godanya.
Sipulan tertawa kecil, pipinya memerah. “Iya, yang itu…”
“Aku Sattok,” katanya, mengulurkan tangan. “Akhirnya kita ketemu lagi.”
Sipulan menyambut tangan itu. Hangat. Kokoh. Deg-degan.
Mereka duduk bersama di pasir. Sattok membuka botol minum dan menawarkannya, lalu duduk bersila di samping Sipulan seperti dua sahabat lama yang saling kehilangan kabar.
“Aku sering ke sini, loh,” ujar Sipulan. “Tapi nggak pernah liat kamu lagi.”
“Aku juga,” jawab Sattok sambil tersenyum misterius. “Cuma mungkin kita nggak ketemu karena belum waktunya.”
Sipulan diam. Matanya menatap laut, tapi pikirannya mulai penuh dengan tanya. Apakah ini kebetulan? Atau… memang takdir sedang mulai bermain?
---
Bab 3: Nada yang Membuat Jatuh Cinta
Langit mulai berubah warna, dari jingga ke ungu. Pantai semakin sepi. Sipulan dan Sattok masih duduk di tempat yang sama, seolah waktu enggan bergerak ketika mereka bersama.
Tanpa berkata apa-apa, Sattok membuka tas selempangnya dan mengeluarkan sebuah ukulele kecil berwarna cokelat tua. Sipulan melirik dengan penasaran.
“Kamu bawa itu ke mana-mana?” tanyanya sambil tersenyum.
Sattok mengangguk. “Kayak kamu bawa kamera waktu itu. Sama-sama senjata penyelamat mood.”
Dia mulai memetik dawai, nada-nada lembut mengalun. Bukan lagu populer, bukan juga nada acak. Tapi iramanya menenangkan, seperti suara laut yang disulap jadi melodi.
Sipulan terdiam. Matanya perlahan menutup. Ia menikmati setiap nada, setiap detik.
Sattok melirik sekilas. Ia memperhatikan bagaimana angin bermain dengan rambut Sipulan, bagaimana mata cewek itu memejam pelan seperti menikmati mimpi indah.
Lalu Sattok mulai bernyanyi pelan.
> "Di pantai ini, dua tahun yang lalu
Kulihat kamu tenggelam di hatiku
Sekarang kau duduk di sampingku
Masih dengan senyum yang bikin aku rindu…”
Sipulan membuka mata perlahan, menoleh dengan ekspresi campur aduk. Tersentuh. Tertawa kecil. Grogi.
“Lagu itu… kamu buat sendiri?”
“Barusan,” jawab Sattok, mengedip nakal. “Muncul karena inspirasi duduk di sebelah aku.”
Sipulan menggigit bibir bawahnya, lalu menatap ke laut.
Dalam hatinya, dia tahu. Dia sedang jatuh. Bukan ke pasir. Bukan ke laut.
Tapi ke dalam nada yang baru saja dimainkan — dan ke dalam hati seseorang bernama Sattok.
---..BERSAMBUNG...----
LANJUT BAB 4 : KEHADIRAN FARA ORANG KETIGA... terjadinya konflik