31/07/2025
April 1981, tubuh seorang wanita muda ditemukan di parit terpencil Greenlee Road, Newton Township, Ohio. Ia mengenakan ponco kulit bergaya barat busana mencolok yang kemudian menjadi julukannya: “Buckskin Girl.” Rambutnya merah terang dan dikepang dua, wajahnya damai meski kematiannya brutal.
Hasil otopsi menunjukkan korban mengalami trauma parah di kepala dan leher, lalu dicekik hingga tewas. Tak ada tanda pelecehan seksual, tapi sepatunya hilang dan tubuhnya tampak dipindahkan dari lokasi pembunuhan ke tempat penemuan. Usianya diperkirakan awal 20-an. Tak ada identitas, tak ada laporan orang hilang yang cocok. Hanya ponco kulit dan wajah muda yang tak dikenal.
Selama puluhan tahun, berbagai upaya dilakukan: rekonstruksi wajah, pelacakan DNA, dan bahkan analisis serbuk sari serta isotop rambut untuk melacak riwayat geografisnya. Namun semuanya buntu. Ia tetap “Buckskin Girl,” simbol dari kasus dingin yang membeku dalam waktu.
Baru pada tahun 2018, terobosan datang. Teknologi genetic genealogy dan basis data publik GEDmatch mempertemukan DNA korban dengan saudara jauhnya. Dalam hitungan minggu, identitas asli korban akhirnya terungkap: Marcia Lenore King, gadis 21 tahun dari Arkansas yang terakhir terlihat di Pittsburgh, Pennsylvania pada 1981. Ibunya ternyata selama ini tidak pernah mengganti nomor telepon, berharap suatu hari anaknya akan menelepon pulang.
Kini makam Marcia di Riverside Cemetery telah diberi nama yang benar. Namun satu misteri besar masih tersisa: siapa pembunuhnya? Dan mengapa Marcia harus mati di jalan sunyi Ohio, jauh dari rumah?
Investigasi masih terbuka. Tapi untuk pertama kalinya dalam 37 tahun, sang gadis berponco kulit telah mendapatkan kembali nama dan kisahnya.