Kajian Sunah

Kajian Sunah kump**an kajian sunah kunjungi d tiktok nya juga yg

kajian sunah

23/09/2025

📚 Fawaid Pagi Hari Ini :

*BATAS PANJANG BAGIAN BAWAH PAKAIAN SEORANG MUSLIM*

_Saudaraku kaum Muslimin rohimakumulloh ….._

Ketahuilah, bahwa salah satu kewajiban seorang muslim adalah *meneladani Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam semua perkara*, termasuk dalam masalah berpakaian.

Rosulullaloh shollallohu alaihi wa sallam telah memberikan batasan-batasan syar’i (ketentuan syari’at) terhadap pakaian seorang muslim, *terutama batasan paling bawah,* pada baju, celana, atau sarung yang dipakai.

Ya, *batasan panjangnya hanyalah sampai di atas mata kaki, tidak boleh lebih dari itu.*

Perhatikan hadits-hadits berikut ini :

a. Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إزرَةُ المُسلِمِ إِلى نصْفِ السَّاقِ، وَلاَ حَرَجَ أَوْ لاَ جُنَاحَ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الكَعْبَيْنِ،فَمَا كانَ أَسْفَلَ منَ الكعْبَينِ فَهَوُ في النَّارِ، ومَنْ جَرَّ إِزارهُ بَطَرًا لَمْ يَنْظرِ اللَّه إِلَيْهِ.

_“Sarung seorang muslim itu (panjangnya) adalah hingga setengah betis. Tidaklah berdosa bila memanjangkannya antara setengah betis hingga di atas mata kaki. Dan apa yang turun dibawah mata kaki (melebihi hingga menutupi mata kaki), maka itu adalah (bagian) di neraka. Barangsiapa yang menarik/menyeret pakaiannya karena sombong (hingga melebihi mata kaki, bahkan sampai menyentuh tanah), maka Alloh tidak akan melihatnya (nanti pada hari kiamat).”_

[HR *Abu Dawud* no. 4093, *Ibnu Majah* no. 3573, *Ahmad* (3/5), *Malik* dalam Al-Muwattho’ no. 12. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh dalam *Al-Misykah* no. 4331]

*As-Syaikh Syaroful Haq Al-Azhim Abadi* rohimahulloh berkata :

_“Hadits ini menunjukkan, bahwa yang disunnahkan (diajarkan oleh Nabi shollallohu alaihi wa sallam) *hendaklah sarung seorang muslim itu (panjangnya) hingga setengah betis. Dan dibolehkan turun dari itu hingga di atas mata kaki. Apa saja yang dibawah mata kaki, maka hal itu terlarang dan haram hakumnya.“*_ ( *Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud*, 11/103)

b. Dari *Hudzaifah* rodhiyallohu ‘anhu, beliau berkata :

أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَسْفَلِ عَضَلَةِ سَاقِي أَوْ سَاقِهِ فَقَالَ هَذَا مَوْضِعُ الْإِزَارِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَأَسْفَلَ فَإِنْ أَبَيْتَ فَأَسْفَلَ فَإِنْ أَبَيْتَ فَلَا حَقَّ لِلْإِزَارِ فِي الْكَعْبَيْنِ

_“Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam memegang otot betisku, lalu beliau bersabda : *“Ini adalah tempat batas bagian paling bawah kain sarung (yakni pada pertengahan betis).*_

_Jika engkau enggan, maka boleh lebih bawah lagi. Jika engkau masih enggan juga, maka tidak ada hak bagi sarung pada mata kaki (yakni tidak boleh melewati/melebihi mata kaki, hingga menutupinya).”_

[HR *At-Tirmidzi* no. 1783, *Ibnu Majah* no. 3572, *Ahmad* (5/382), *Ibnu Hibban* no. 1447. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh dalam *Ash-Shohihah* no. 1765]

Dua hadits tersebut di atas dan yang lainnya, *mengisyaratkan/menunjukkan bahwa panjang pakaian seorang muslim itu (apakah itu sarung, celana atau baju/jubah), tidak boleh melebihi kedua mata kaki, dan yang paling utama adalah hingga setengah betis,* sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya yang sangat banyak.

c. Dari *Abi Juhaifah* rodhiyallohu ‘anhu dia berkata :

_“Aku melihat Nabi keluar dengan memakai Hullah Hamro’, seakan-akan saya melihat kedua betisnya yang sangat putih (karena kain sarung beliau sampai setengah betisnya, sehingga nampak betisnya yang putih, wallohu a’lam).”_

[HR *At-Tirmidzi* dalam Sunannya no. 197, dan juga dalam *Syamail Muhammadiyah* no. 52, dan *Ahmad* (4/308) ]

d. *‘Ubaid bin Kholid* rodhiyallohu ‘anhu berkata :

_“Tatkala aku sedang berjalan di kota Madinah, tiba-tiba ada seorang di belakangku sambil berkata : “Tinggikan kain sarungmu ! Sesungguhnya hal itu lebih mendekatkan kepada ketakwaan !”_

_Ternyata dia itu adalah Rosululloh. Aku pun bertanya kepada beliau : “Wahai Rosululloh, ini Burdah Malhaa (pakaian yang mahal)."_

_Rosululloh menjawab : “Tidakkah pada diriku terdapat teladan ?”_

_Maka aku melihat kepada sarung beliau, (ternyata panjangnya) hingga setengah betis.”_

[HR *At-Tirmidzi* dalam Syamail no. 97, *Ahmad* (5/364). Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh dalam *Mukhtashor Syamail Muhammadiyah*, hal. 69]

*Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah* rohimahulloh pernah ditanya tentang seseorang yang memanjangkan celananya hingga melebihi mata kaki.

Beliau menjawab : _“Panjangnya gamis (baju), celana dan seluruh pakaian, hendaklah tidak melebihi kedua mata kaki, sebagaimana telah tetap dari hadits-hadits Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam.”_ ( *Majmu’ Al-Fatawa,* 14/22)

*Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani* rohimahulloh berkata :

_“ Walhasil, (berdasarkan hadits-hadits yang ada tentang batasan pakaian atau celana atau sarung), ada dua keadaan bagi laki-laki, yaitu :_

_• dianjurkan menurunkan kain sarung/celana hingga setengah betis,_

_• dan boleh p**a (lebih rendah dari itu) yaitu hingga di atas kedua mata kaki (tidak boleh melebihinya)._

_Demikian p**a bagi wanita ada dua keadaan (yang berbeda dengan kaum laki-laki) :_

_• dianjurkan menurunkan kain bajunya di bawah mata kaki, hingga sejengkal (agar betis dan kakinya tidak terlihat)_

_• dan dibolehkan p**a memanjangkannya hingga sehasta.”_

(sebagaimana hal itu ditunjukkan dalam hadits Ummu Salamah rodhiyallohu anha, pada pembahasan lainnya insya Alloh).

(lihat : *Fathul Bari Syarh Shohih Al-Bukhori*, 10/320)

*Demikianlah batasan ukuran pakaian seorang Muslim, sebagaimana yang disunnahkan (dicontohkan/diajarkan) oleh Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam.*

Demikian p**a batasan tentang *ketentuan pakaian yang dipakai seorang Muslim sejati, yang benar-benar berusaha mengikuti dan meneladani Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam.*

Yakni, *panjangnya adalah hingga pertengahan betisnya, atau di atas mata kaki, tidak boleh melebihinya, apalagi sampai menutupi mata kakinya !*

*Faedah atau pelajaran penting* yang bisa kita ambil dari hadits-hadits Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam dan penjelasan para ulama tersebut di atas :

1. *Menunjukkan sempurnanya syariat agama Islam ini.*

Ya, sampai-sampai urusan adab berpakaian pun diatur sedemikian rupa, agar seorang muslim itu tampil rapi, sopan, dan terjaga dari kesombongan.

2. Hadits-hadits tersebut menunjukkan tentang *pentingnya Tarbiyah hati (pendidikan bagi hati kita).*

Yakni, melatih seorang muslim untuk rendah hati (tawadhu'), tidak sombong dan tidak bergaya hidup yang berlebihan.

3. *Hendaknya kita bisa membedakan antara batasan pakaian yang sesuai sunnah (tuntunan Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam), dan batasan yang dilarang/diharamkan !*

• Yang sesuai Sunnah adalah, batasannya sampai setengah/pertengahan betis kaki.

• Yang dibolehkan adalah sampai di atas mata kaki.

• Yang dilarang/diharamkan adalah lebih rendah di bawah mata kaki, hingga menutupi mata kaki.

4. *Menjauhkan diri dari sifat sombong.*

Ketahuilah, bahwa menyeret pakaian (yakni membiarkan panjang hingga menutupi mata kaki, bahkan sampai seperti menyeretnya di atas tanah) adalah *salah satu bentuk perbuatan orang-orang yang angkuh/sombong.*

(Sebagaimana akan ditunjukkan pada hadits-hadits yang lainnya, insya Alloh lain waktu akan disebutkan)

5. *Isyarat adanya kehormatan terhadap pakaian yang kita pakai.*

Yakni, pakaian itu tidak layak (tidak sepantasnya) dibiarkan dengan menjuntai ke bawah hingga menyeret di atas tanah, sehingga menyebabkan mudah kotor atau bisa diinjak-injak oleh kita sendiri.

6. Hadits-hadits tersebut di atas juga menunjukkan *motivasi/dorongan kepada kita kaum Muslimin semuanya (terutama kaum laki-laki) agar ber-ittiba’ (mengikuti) sunnah Nabi shollallohu alaihi wa sallam dalam semua perkara yang bisa kita lakukan, termasuk dalam hal berpakaian.*

Bahwa seorang muslim yang mengamalkan sunnah dalam hal-hal yang nampaknya kecil dan sepele, insya Alloh dia akan mudah menjaga perkara-perkara yang besar dalam agama Islam ini.

Jika perkara yang kecil dan nampak sepele saja sudah diremehkan dan ditinggalkan, bagaimana mungkin dia akan bisa menjaga syari'at agama yang lebih besar lainnya ?

Karena itulah, mulailah dengan memuliakan dan mengamalkan hal yang kecil dan sederhana, insya Alloh akan mudah bagi kita mengamalkan yang lebih besar lagi, _bi idznillaahi ta'ala (dengan izin dari Alloh ta'ala)._

_Wallohu a'lamu bis showwab ....._

Semoga Alloh subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan hidayah dan Taufiq-Nya kepada kita, agar bisa mengamalkan sunnah (tuntunan/ajaran) Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, sekecil apapun. Diantaranya adalah dalam masalah pakaian, sebagaimana penjelasan di atas

_Nas-alulloha At-Taufiq wal Istiqomah …….._

Semoga bermanfaat bagi kita semuanya.

23/09/2025

بسم الله الرحمن الرحيم

BERITA DUKA

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله أما بعد
بلغنا في هذا اليوم وفاة فضيلة الشيخ العلامة مفتي عام المملكة العربية السعودية الشيخ عبدالعزيز بن عبدالله آل الشيخ رحمه الله تعالى ورفع درجته وتجاوز عن زلته
وقد أثرى في الدعوة والخير فأحسن الله عزاء المسلمين فيه وأخلف الله خيرا منه وإنا لله وإنا إليه راجعون.

أبو محمد عبدالحميد الزُّعكري
١ ربيع الآخر ١٤٤٧

Segala puji bagi Alloh, sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rosululloh. Amma ba’du.

Telah sampai kepada kami pada hari ini berita wafatnya Fadhilah Asy-Syaikh Al-Allamah, M***i ‘Aam Kerajaan Arab Saudi,

Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdulloh Âl asy-Syaikh –

semoga Alloh merahmatinya, mengangkat derajatnya, dan mengampuni kesalahannya.

Beliau telah banyak memberi kontribusi dalam dakwah dan kebaikan.

Semoga Alloh memberikan kesabaran kepada kaum muslimin atas musibah ini dan menggantinya dengan yang lebih baik.

Sesungguhnya kita milik Alloh dan hanya kepada-Nya kita akan kembali.

✍ Abu Muhammad Abdulhamid Az-Zu‘kury
1 Robi‘ul Akhir 1447 H

📲 Channel Fawa'id Dzahabiyah
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Ust. Abu Sholih Muslih hafidhohullooh Madiun

23/09/2025

🔎BAHAYA UJUB (BANGGA DIRI) DENGAN APA YANG IA MILIKI.

Seseorang hamba tidak boleh merasa dirinya besar, bagaimanapun titel yang ia sandang, bagaimanapun martabatnya dan bagaimanapun jabatannya yang ia peroleh, bagaimanapun nasabnya, bagimanapun kayanya dia, maka semua hal demikian tidak bisa memberikan manfaat untuknya.

🖋️Berkata Imam al-Auza'i rahimahullah :

إنّ مِن الناس مَن يُحب الثناء عليه ؛ وما يساوي عند الله جناح بعوضة

Sesungguhnya ada diantara manusia yang s**a dipuji, padahal dia disisi ALLAH tidaklah lebih berat dari sayap seekor nyamuk.

📘hilyah ( 8/255)

Dan diantara doa yang dipanjatkan oleh sahabat Utbah bin Ghazwan rodhiyallahu'anu agar terhindar dari penyakit 'ujub.:

أعوذُ بالله أن أكونَ في نَفْسِي عظيمًا وعند الله صَغيرًا !!

Artinya :

Aku berlindung kepada ALLAH dari sifat merasa besar dalam jiwaku dan kecil disisi ALLAH. (HR Muslim 2967).

Pada hadits tersebut memberikan pelajaran yang berharga:

Hendaklah seorang hamba waspada dari sikap merasa sombong atau hebat pada dirinya dan merasa bangga dengan keadaan serta amalannya, sementara ia lalai akan pemuliaan dan pengangungannya terkadap Rabb Nya sehingga ia menjadi orang yang merugi.

Dan doa yang dipanjatkan oleh sahabat utbah Bin Ghazwan punya makna yang mendalam yakni seseorang merasa besar pada dirinya, sementara kecil di sisi Allah.

Maka yang menjadikan patokan adalah kedudukan seseorang hamba di sisi Allah Ta'ala dan kedudukan ini tidak akan ada terlaksana dengan banyaknya harta, dan bukan p**a dengan banyaknya anaknya, bukan p**a dengan bentuk rupanya dan keadaanya, dan bukan p**a dengan kefasihannya dalam berbicara dan bukan p**a pada rumah yang ditinggalinya atau semisal itu.

Maka hendaknya seseorang mengarahkan maksudnya dan keinginannya untuk menggapai keridhaan Allah dalam perkara yang ia datang dengannya dan juga dari perkara yang dia tinggalkan, dan jika seorang hamba berbolak balik dalam keridhaan Allah, maka tidak akan membahayakan dirinya dari apa yang telah ia luput dari dunia.

🖋️ Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah :

لا تفعل شيئا من أنواع العبادات والقرب لأجلهم لا رجاء مدحهم ولا خوفا من ذمهم بل ارج الله ولا تخفهم في الله فيما تأتي وما تذر بل افعل ما أمرت به وإن كرهوه.

Janganlah engkau mengerjakan suatu dari jenis jenis ibadah dan dari perkara yang bisa mendekatkan dirimu kepada Allah karena mereka!

Tidak karena mengharap pujian mereka, tidak p**a karena takut dari celaan mereka.

Bahkan berharaplah kepada Allah dan jangan takut kepada mereka ketika beribadah kepada Allah pada perkara yang engkau kerjakan maupun yang engkau tinggalkan! Bahkan lakukanlah perkara yang diperintahkan kepadamu, meskipun mereka tidak menyukainya!

📚 Majmu' Al-Fatawa 1/51

🖊Berkata As_Syaikh Al_Allamah Al_Mu'allimi Al_Yamani rahimahullah:

فالعاقل لا يوجِّه همَّته إلَّا إلى رضا الله عز وجل، وإذا حصل على ذلك لا يهمه غيره .

"Maka orang berakal tidak akan mengarahkan keinginannya atau ambisinya kecuali kepada keridhaan Allah Azza wa Jalla, dan apabila telah terwujudkan di atas hal itu, maka selainnya tidak akan membuatnya sedih".

📚 Raf'ul Isytibah l1/521.

Dan pada kebanyakan keadaan dan kondisi dimana seseorang berhias dihadapan manusia dalam keadaan ia ingin mencari kedudukan di sisi mereka, apakah dengan mencurahkan harta yang ia miliki, atau menampakkan ibadahnya atau menampakkan ilmunya atau selain dari itu dari perkara yang ia cari didalamnya agar ia dimuliakan dan mendapatkan kedudukan dihati mereka dan ia pun senang manusia memujinya. Dan inilah penyakit yang akan membinasakannya.

Wal 'Iyadzubillah

🖊 Berkata Imam Ibnu Qudamah rahimahullah Ta’ala :

واعلم: أن أكثر الناس إنما هلكوا لخوف مذمة الناس، وحب مدحهم، فصارت حركاتهم كلها على ما يوافق رضى الناس، رجاء المدح، و خوفاً من الذم، و ذلك من المُهلِكَات، فوجبت معالجته.

*”Ketahuilah bahwa mayoritas manusia, mereka itu binasa dikarenakan takut celaan manusia, dan senang dengan pujian mereka. Sehingga seluruh gerakannya di atas apa yang sesuai dengan ridha manusia, karena mengharapkan pujian dan takut terhadap celaan mereka*

*Ini termasuk perkara yang membinasakan. Maka ini wajib untuk diobati.”*

📚Mukhtashar Minhajil Qashidin 213.

🖋️Berkata Ibnul Jauzi rahimahullah:

" المصيبة العظمى رضا الناس عن نفسه واقتناعه بعلمه ، وهذه محنة قد عمت أكثر الخلق ".

"Musibah yang besar (bagi seseorang) adalah mencari keridhaan manusia untuk dirinya dan merasa puas dengan ilmunya, dan ini adalah ujian yang merata bagi kebanyakan manusia."

📚 Shaidul Khathir, 374

Akhir kata :

واعلم أكبر الخاسرون من يمضي حياته وهو يحاول أن يكون كما يريده الناس

Artinya : "Ketahuilah bahwa orang yang merugi paling terbesar adalah orang yang menghabiskan masa hidupnya dalam keadaan ia berupaya menjadi apa yang diinginkan oleh manusia."

وما أشبه المتعاظم بالفقاعة تنتفخ على سطح الماء كالقارورة المستديرة ثم تنفقئ سريعًا.

Artinya :" Dan alangkah miripnya orang yang menganggap besar dirinya dengan gelembung yang berisi udara yang naik kepermukaan air seperti botol yang bundar kemudian akan hilang dengan cepat tenggelam"

✍🏻 Disusun :

Abu Hanan As-Suhaily hadaahullooh

*AMBIL BAIKNYA & BUANG BURUKNYA ?**Banyak tersebar sebuah virus yang sangat berbahaya bagi kaum muslimin, yaitu adanya a...
22/09/2025

*AMBIL BAIKNYA & BUANG BURUKNYA ?*

*Banyak tersebar sebuah virus yang sangat berbahaya bagi kaum muslimin, yaitu adanya anggapan bolehnya bermajelis ilmu dengan siapa pun ustadznya, yang penting "ambil saja baiknya dan buang buruknya"*.

*Untuk tingkat level ulama insya Allah tidak bermasalah, karena mereka sudah memiliki ilmu, pengalaman dan ketaqwaan untuk bisa mensensor apa yang mesti mereka ambil atau apa yang mesti mereka tinggalkan.*

*Tetapi untuk umat yang sebagian besar mereka adalah awam sangat berbahaya menggunakan prinsip itu, karena mereka bukanlah ulama atau ahli ilmu yang pastinya lebih rentan dan lebih mudah akan terkena syubhat dan kesesatan dari orang-orang yang s**a mengajarkan dan mengamalkan kebid'ahan. Bukankah tidak semua orang bisa memilah dan memilih mana yang benar dan mana yang batil, serta mana yang termasuk perkara syubhat ?*

Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :

الـباطل لا يَظهـر لِـكَثير مِن الـناس أنـه باطـل؛ لِـما فـيه مـن الـشبهة

*"Kebatilan tidak nampak bagi banyak manusia sebagai kebatilan, karena padanya terdapat syubhat" (Dar'ut Ta'arudh Bainal Aqli wan Naqli VII/170)*

*Maka siapa yang berani menjamin bahwa umat ini tidak akan terkena pemahaman mereka yang masih warna-warni dan tidak mengikuti manhaj sunnah ? Bukankah secara umum manusia itu menilai sesuatu sebagai kebenaran semata-mata karena banyaknya orang yang telah melakukannya ?*

Imam asy-Syathibi rahimahullah berkata :

ولما كثرت البدع والمخالفات وتواطأ الناس عليها، صار الجاهل يقول: لو كان هذا منكرا لما فعله الناس.

*"Tatkala berbagai bid’ah dan hal-hal yang menyelisihi syari'at semakin banyak, dan manusia bersekongkol melakukannya, maka jadilah orang yang bodoh akan berkata : "Seandainya perkara ini mungkar, tentu manusia tidak akan melakukannya" (Al-I’tisham II/271)*

*Adapun para ulama dan ustadz ahlussunnah yang memang dari awalnya sudah punya prinsip untuk berusaha kembali kepada manhaj sunnah dan terlihat begitu tegasnya mereka dalam masalah bid'ah, maka kita pun tidak ragu untuk mengambil ilmu dari mereka, meskipun bisa jadi sebagai manusia "terkadang" mereka keliru atau kurang tepat dalam suatu masalah, dan itu merupakan hal yang biasa.*

*Tetapi tentu tidak bisa dibandingkan dengan para ustadz yang memang dari awalnya tidak memiliki prinsip untuk kembali kepada manhaj sunnah dan tidak tegas kepada kebid'ahan, bahkan mereka sendiri justru yang telah mengajarkan dan mempraktekkan kebid'ahan, maka bagaimana mungkin mereka disamakan dengan para ulama dan ustadz sunnah itu ?*

*Ketahuilah, dampak negatif akibat dari duduk bermajelis dengan ahlul bid’ah dan ahlus syubhat itu banyak, antara lain :*

*🔥 Orang yang duduk bermajelis dengan ahlul bid’ah akan terkena syubhat mereka dan tidak bisa membantahnya, yang akhirnya dia pun terjerumus dalam kesesatan dan kebid’ahan mereka.*

*🔥 Duduk bermajelis dengan mereka (ahlul bid'ah) bertentangan dengan perintah Allah untuk tidak duduk bersama di majelis mereka dan menentang Rasulullah yang juga telah melarang bermajelis dengan mereka serta menyimpang dari jalan para sahabat.*

*🔥 Duduk bermajelis dengan ahlul bid'ah akan menumbuhkan rasa kecintaan kepada mereka, padahal Allah telah memerintahkan untuk membenci dan memusuhi mereka.*

*🔥 Duduk bermajelis dengan ahli bid'ah dapat membahayakan bagi ahli bid’ah itu sendiri. Karena diantara hikmah menjauhi mereka adalah agar mereka jera dan kemudian rujuk (keluar) dari kebid’ahannya. Adanya orang yang dekat dengan mereka akan menjadi sebab jauhnya mereka dari keinginan untuk bertaubat, karena merasa jalan yang ditempuhnya adalah kebenaran.*

*🔥 Duduk bermajelis dengan mereka (ahlul bid'ah) dapat menjadi sebab orang lain bisa berburuk sangka kepadanya, meskipun ia tidak terpengaruh dengan bid'ah-bid'ah mereka dan tidak setuju dengan mereka.*

(lihat Mauqif Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah min Ahlil Ahwaa' wal Bida' II/550-551 oleh Syaikh Prof DR Ibrahim bin Amir ar-Ruhaili).

✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar


 # Tidak akan Hasad, Jika Paham Apa itu RezekiRezeki bukan hanya tentang harta saja, selama ini manusia memahami rezeki ...
22/09/2025

# Tidak akan Hasad, Jika Paham Apa itu Rezeki
Rezeki bukan hanya tentang harta saja, selama ini manusia memahami rezeki hanya uang dan harta saja. Perrhatikan pengertian rezeki, syaikh Shalih Al- Fauzan Menjelaskan,
"Rezeki adalah semua (apa-apa) yang bermanfaat (dimanfaatkan) oleh makhluk (yang diberi rezeki)." [Hushulul Ma'mul Hal. 31]
Sehingga ...
Jodoh yang baik akhlaknya dan shalih juga rezeki
Anak yang shalih juga rezeki
Tetangga yang baik juga rezeki
Mertua yang baik juga rezeki
Rumah tangga yang sakinah dan bahagia juga rezeki
Rumah yang nyaman juga rezeki
Teman-teman yang baik dam shalih juga rezeki
Pekerjaan yang nyaman juga rezeki
Teman kantor yang baik juga rezeki
Kendaraan yang nyaman juga rezeki
kemudahan urusan juga rezeki
Jangan anda iri dan hasad dengan rezeki orang lain
Bisa jadi ...
Dia dapat suami baik dan kaya tapi belum punya anak
Rumah tangganya sakinah tapi (maaf) dapat mertua yang ...
Dia dapat pekerjaan yang baik tapi teman kantornya sering membuat kesal
Dia dapat pekerjaan, pasangan dan harta tetapi anaknya nakal
Dia dapat kemudahan rezeki tetapi sering kali urusan-urusan hariannya sulit dan berbelit
Allah sudah membagi-bagi rezeki kita
Jadi buat apa hasad, Iri dan dengki
Yang membuat malam sulit tidur
Karena mendengar yang dihasadkan
Mendapatkan kebahagiaan dan nikmat terus
Ia pun benci dan tidak s**a
Siangnya menjadi letih dan capek karena hasad
lelah mencari-cari berita tentang orang yang dihasadkan
yaitu berharap berita jelek menimpanya
Bersyukurlah dan berbahagialah
Dengan rezeki yang telah Allah berikan pada kita
Karena Allah tahu yang terbaik bagi kita
Allah tahu jika kita kaya, kita akan sombong
Dan akan menjadi teman iblis yang sombong di neraka
Allah tahu jika kita terkenal, kita akan lupa diri dan kufur nikmat

Inilah yang dimaksud dalam ayat bahwa Allah telah membagi-bagi rezeki, ada yang kaya dan ada yang miskin karena Allah lebih tahu yang terbaik bagi hamba-Nya (lihat Al-‘Ankabuut: 62).

🌱*Jangan lupa share!*
Semoga setiap orang yang terinspirasi karena ajakan kebaikanmu menjadi ladang amal jariyah

Barangkali ada yang bertanya, di mana Allah? Allah di atas sana, di atas langit, di atas seluruh makhluk-Nya.Jawaban di ...
21/09/2025

Barangkali ada yang bertanya, di mana Allah? Allah di atas sana, di atas langit, di atas seluruh makhluk-Nya.

Jawaban di atas menjadi kata sepakat ulama.

Para ulama telah sepakat *bahwa Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy-Nya. Allah berada di ketinggian di atas langit sana, bukan berada di muka bumi. *Allah berada di atas seluruh makhluk-Nya, bukan di mana-mana*. Selengkapnya; https://rumaysho.com/11958-sepakat-ulama-tentang-di-mana-allah.html

Jadi kalo besok2 ada yg tanya Allah ada dimana, jangan dijawab dimana-mana ya

Semoga manfaat

20/09/2025

📚 Fawaid Pagi Hari Ini :

*KEKAYAAN SEJATI SEORANG MUKMIN*

*Abu Hazim Az-Zahid* rohimahulloh pernah ditanya :

ما مالك؟
قال : لي مالان لا أخشى معه‍ما الفقر :
الثقة بالله، و اليأس مما في أيدي الناس

_"Apa hartamu?"_

Beliau menjawab : _"Aku mempunyai dua harta, yang dengan dua harta itu aku tidak kuatir/tidak takut menjadi miskin, yaitu :_

_• Ats-Tsiqotu Billah (percaya penuh kepada Alloh/tawakal kepada-Nya)_

_• dan tidak berharap/tidak bergantung kepada apa yang ada di tangan orang lain (yang dimiliki oleh orang lain)."_

📚 *Jami'ul 'ulum wal Hikam* (hal. 341), karya Al-Imam Ibnu Rojab Al-Hambali rohimahulloh.

🔹 Faedah/pelajaran penting dari nasehat ini :

1. Bahwa kekayaan sejati seorang mukmin itu *bukanlah harta dunia, melainkan kekayaan hati, dengan tawakkal kepada Alloh.*

2. Bahwa *orang yang tidak bergantung pada manusia (orang lain) akan mulia,* karena dia hanya berharap dan bersandar kepada Alloh ta'ala.

3. Nasehat ini mengajarkan agar kita *bersikap Qona’ah (merasa cukup dengan pemberian Alloh, meskipun sedikit),* sehingga terjaga dari sifat tamak (rakus terhadap harta) dan hina dina, dengan cara meminta-minta kepada orang lain.

4. Menanamkan pada *sikap ketenangan batin.*

Sebab siapa saja yang percaya penuh kepada Alloh ta'ala, dan hanya bertawakal kepada-Nya, dia tidak akan pernah merasa takut terhadap kefakiran (kemiskinan).

Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman :

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا

_"Dan *barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh, niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan)nya.* Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu."_ (QS At-Tholaq : 3)

Alloh ta'ala juga berfirman :

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

_"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka *bertawakkallah kepada Alloh.* Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya."_ (QS Ali Imron : 159)

Alloh ta'ala juga berfirman :

مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ ۖ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ ٱلَّذِينَ صَبَرُوٓا۟ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

_*"Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Alloh adalah kekal.* Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."_ (QS An-Nahl : 96)

Alloh ta'ala juga berfirman :

أَلَيْسَ ٱللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُۥ ۖ وَيُخَوِّفُونَكَ بِٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦ ۚ وَمَن يُضْلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنْ هَادٍ

_*"Bukankah Alloh cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya.* Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah ? Dan siapa yang disesatkan Alloh, maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya."_ (QS Az-Zumar : 36)

Dalam sebuah hadits yang shohih, Rasulullah ﷺ juga bersabda (yang artinya) :

_“Barangsiapa menjaga diri (dari meminta-minta), Alloh akan menjaganya. Barangsiapa merasa cukup, Alloh akan memberinya kecukupan. Barangsiapa bersabar, Alloh akan memberinya kesabaran. Dan tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”_(HR *At-Tirmidzi,* derajatnya hasan shohih)

*Kesimp**an dari pembahasan ini :*

a. *Sikap Tawakkal kepada Alloh*, akan menjamin kecukupan, perlindungan, dan ketenangan.

b. *Sikap tidak terlalu berharap kepada manusia*, akan menjaga kehormatan diri, mendidik bersikap Qona’ah, dan menjadikan Alloh sebagai satu-satunya tempat berharap.

Demikianlah pembahasan ini, semoga bisa menjadi nasehat dan tambahan ilmu yang bermanfaat untuk kita semuanya.

_Nas-alulloha At-Taufiq wal Istiqomah ....._

Semoga bermanfaat bagi kita semuanya.

 # Wanita Akhirnya Paham Agama Akhlak Laki-laki yang Utama Pada akhirnya, setelah menikah dan punya anak, wanita akan pa...
20/09/2025

# Wanita Akhirnya Paham Agama Akhlak Laki-laki yang Utama
Pada akhirnya, setelah menikah dan punya anak, wanita akan paham bahwa agama, akhlak, dan tanggung jawab laki-laki itu yang paling penting daripada hanya ganteng, keren, macho, dan bisa gaya.

Tetapi para gadis banyak yang tertipu dan akhirnya menyesal setelah pernikahan.

Bisa jadi seperti ini:

Ketika gadis, ia hanya paham memilih laki-laki itu karena ganteng, keren, stylist, dikagumi banyak wanita serta romantis.

Setelah menikah dan punya anak, barulah paham bahwa tanggungjawab itu yang utama.

Setelah di akhirat, barulah ia paham bahwa agama & akhlak yang paling utama.

Karena apabila agama & akhlak baik, pasti ia akan bertanggungjawab, lalu menjadi suami yang shalih, meskipun wajah pas-pasan akan selalu dipandang gagah oleh istrinya dan selalu dirindukan.

✍️ Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK. hafizhahullahu ta’ala
#

19/09/2025

📚 Fawaid Pagi Hari Ini :

*KOREKSILAH DIRIMU SENDIRI !*

*Al-Imam Ibnul Jauzy* rohimahulloh pernah berkata :

أيها العبد : حاسب نفسك في خلوتك، وتفكر في انقراض مدتك، واعمل في زمان فراغك لوقت شدتك

_"Wahai hamba Alloh, hisablah (perhitungkan/koreksilah) dirimu, ketika engkau sedang menyendiri._

_Renungkanlah habisnya jatah waktumu (yaitu umurmu yang terus berkurang)._

_Dan beramal-lah di waktu luangmu (dengan berbagai amal ketaatan), untuk menghadapi masa sulitmu (di akhirat kelak)."_

📚 (*Mawā‘izh Ibnul Jauzī*, hal. 83)

🔹 *Faedah/pelajaran* yang bisa kita ambil dari nasehat Ini :

1. *Anjuran untuk muhasabah (mengoreksi/introspeksi) diri*

Ya, di dalam nasehat ini menunjukkan pentingnya muhasabah (menghitung dan menilai diri sendiri), sebelum datangnya hisab (perhitungan) Alloh di akhirat nanti.

Insya Alloh, orang yang sering menegur dirinya ketika sendirian, akan lebih mudah menahan hawa nafsunya di saat bersama orang lain.

Allah Ta‘ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

_“Wahai orang-orang yang beriman ! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).”_ (QS Al-Hasyr : 18)

2. *Mengingat kefanaan hidup*

Perkataan :

“انقراض مدتك”

Maksudnya adalah : "umur manusia itu terus berkurang setiap hari."

Hal ini hendaknya mendorong seorang mukmin untuk tidak terlena dengan dunia, sebab waktunya terbatas dan akan segera habis.

Allah Ta‘ala berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

_“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.”_ (QS. Ali Imron : 185)

Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam juga pernah bersabda :

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

_“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan (yaitu kematian).”_ (HR. *At-Tirmidzi* no.2307, dan *An-Nasa'i* no. 1824, derajatnya hasan shohih)

Ini adalah dalil, yang menunjukkan bahwa hidup kita di dunia adalah fana, pasti akan berakhir, semuanya akan berlalu dan habis masanya.

Maka gunakanlah sisa umur yang ada, untuk menambah bekal.

3. *Memanfaatkan waktu luang untuk melakukan berbagai amal ketaatan.*

Ya, waktu senggang adalah kesempatan emas untuk melakukan berbagai amal ketaatan, sebelum datangnya masa-masa sulit, baik di dunia maupun di akhirat nanti, seperti : masa sakit, masa tua, sibuk yang melalaikan, atau mengalami kematian.

Sebab, jika masa-masa sulit itu datang, kesempatan untuk beramal sholih sudah sangat sulit bagi kita, bahkan mungkin tidak ada kesempatan lagi.

Padahal, amal sholih yang kita lakukan di dunia ini, adalah bekal yang akan menolong kita di akhirat nanti, ketika harta dan anak-anak tidak lagi berguna.

Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam pernah bersabda :

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

_“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu padanya : (yaitu) kesehatan dan waktu luang.”_ (HR *Al-Bukhori* no. 6412)

Nabi shollallohu alaihi wa sallam juga bersabda :

اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَشَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ

_“Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara : (1) hidupmu sebelum matimu, (2) sehatmu sebelum sakitmu, (3) waktu luangmu sebelum sibukmu, (4) masa mudamu sebelum masa tuamu, dan (5) kayamu sebelum fakirmu.”_ (HR. *Al-Hakim* 7846, derajatnya shohih)

Ini semua menunjukkan, pentingnya bagi kita untuk benar-benar memanfaatkan waktu hidup kita ini dengan sebaik-baiknya, jangan disia-siakan !

4. *Persiapan menghadapi kesulitan di akhirat nanti.*

Perkataan :

“وقت شدتك”

Hal ini mengingatkan kita, bahwa di akhirat nanti *ada hari-hari yang sangat berat,* seperti : saat sakaratul maut ketika mau meninggalkan dunia, fitnah kubur (pertanyaan yang diajukan dua orang Malaikat kepada mayit di alam kubur), peristiwa di padang mahsyar, dan peristiwa hisab (perhitungan amal), dan lain-lain.

Amal ketaatan yang dilakukan dengan ikhlas dan benar, adalah satu-satunya penolong yang bermanfaat bagi kita di saat-saat sulit tersebut.

Allah Ta‘ala berfirman :

وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

_“Dan takutlah kalian pada suatu hari, ketika kalian akan dikembalikan kepada Alloh. Kemudian setiap jiwa akan diberi balasan sesuai dengan apa yang dia usahakan, dan mereka tidak akan didzalimi sedikitpun.”_
(QS. Al-Baqoroh : 281)

5. *Pentingnya tazkiyatun nufus (penyucian jiwa)*

Yakni, dengan muhasabah, seorang hamba akan menyadari dosa-dosanya, lalu berusaha memperbaikinya, lalu berusaha p**a untuk memperbanyak melakukan amal-amal ketaatan, yang selama ini banyak dilalaikan.

Inilah jalan untuk meraih ketenangan hati di dunia, dan keselamatan di akhirat nanti.

Demikianlah, semoga pembahasan ringkas ini, bisa menjadi nasehat yang bermanfaat untuk kita semuanya ......

_Nas-alulloha At-Taufiq wal Istiqomah ...._

*Surabaya*, Sabtu pagi yg sejuk, 27 Robi'ul Awal 1447 H / 20 September 2025 M

Semoga bermanfaat bagi kita semuanya

save share Kajian Sunah .

Address

Nganjuk
64483

Telephone

+6281216459378

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Kajian Sunah posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share