03/05/2022
TAULADAN DARI PARA BAPAK BANGSA
“Satu-satunya orang yang pantas menjadi musuh saya di negeri ini adalah Pak Harto. Itu pun saya masih berkunjung ke sana saat lebaran. Artinya, ya saya tidak punya musuh”. Kutipan di atas merupakan sepenggal kalimat dari peryataan almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat menghadiri acara talk show di salah satu stasiun televisi swasta, beberapa tahun yang lalu.
Kendati demikian, sebagaimana diungkapkan oleh Gus Dur pada kutipan di atas, keduanya masih tetap bersilaturahim dengan baik. Saling memaafkan. Satu hal yang langka ditemui pada kondisi Indonesia hari ini.
Kini, Pak Harto dan Gus Dur telah tiada. Namun keduanya memberi teladan, bahwa setajam apapun perbedaan pandangan politik, tetaplah memanusiakan manusia. Gus Dur mengetuk pintu, dan pak Harto mempersilakan masuk, bukan dalam rangka pembahasan agenda politik kepentingan. Namun, untuk sama-sama meminta dan memberi maaf.
Andai saja, kemesraan itu diamalkan oleh antar pejabat maupun lembaga negara kita saat ini, betapa indahnya bangsa kita. Rakyat maupun umat pun akan merasa tentram dan damai melihat pejabat kita tidak saling menghujat, namun sama-sama memikirkan masa depan Indonesia menyongsong era baru yang lebih baik. Dan Idul Fitri merupakan momentum yang tepat untuk itu.
Selamat berlebaran. Mari lebur dosa sosial dengan saling meminta dan memberi maaf, sebelum maaf itu dilarang.
(withregram)