14/08/2024
Terima kasih kepada penyair-penyair yang telah mengirimkan karya puisinya. Karya puisi yang terkurasi akan diterbitkan dalam buku Antologi Puisi Bencana, Insya Allah akan diluncurkan pada tanggal 5 oktober 2024.
Berikut karya puisi dari penyair yang telah mengirimkan puisinya ke surel kami:
1. Firman Wally (Ambon) Risalah Dam Wae Ela
2. Naila Salsabila (Lima Puluh Kota, Kecamatan Harau) Gunung Marapi
3. Ericko Hendayana (Ketapang, Kalimantan Barat) Rindu membawa pilu, dan Bukan salahku sintang tenggelam
4. Isbedy Stiawan ZS (Lampung) Orang-orang mengais sisa kebahagiaan, dan 30 jam runtuhan
5. Hilwan Adas (Bukittinggi) Harapan
6. Rian Harahap (Pekanbaru) Sakapa
7. Andi Jamaluddin (Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan) Tanah Luka, dan Sebab Akibat
8. Khaira Agwalya Puspa (Jambi) Pilu Bertubi-tubi
9. Feriyadi (Kabupaten Solok) Tragedi Selat Sunda
10. Denni Meilizon (Pasaman Barat) Aku membuka pintu dan sesuatu menjadikan malamku abadi
11. Nurul Kifani Putri (Pasaman) Suara Pilu Dari Lembah Anai
12. Refdinal Muzan (Padang) Muka Bencana, dan Tidurlah Merapiku
13. Esti Rahayu Utami (Padang) Angku Marapi Terbatuk, dan Jerit Bumi Tua
14. Aidil Azmi (Rantauprapat, Sumatra Selatan) Susah Hati, dan Deritamu Deritaku Juga
15. Mustiar AR (Aceh) Titah
16. Siti Nur Azizah (Karawang) Marapi Tanah Datar, dan Serambi Mekkah
17. Hasna Diah Palupi (Bandung) Bencana mengepung Kota
18. Muksalmina (Sabang, Aceh) Minggu pagi dalam sebuah tragedi, dan Upaya menjaga rumah Adinda
19. Ahmad Maliki Mashar (Riau) Abrasi Tanah Merah, dan Sedingin Sayatan Marapi
20. Reni Aryani (Tangerang Selatan) Alam Sedang Murka, dan Dahsyatnya Banjir Bandang
21. Muhammad Riza (Pidie, Aceh) Sampai Bila Jalan Kami Harus Begini, dan Sore Yang Kelabu
22. EM Yogiswara (Jambi) Hutan Kembali Membakar Kemanusiaan
23. Merawaty May (Bengkulu) Merapi Dalam Apimu, dan Banjir Pun Tiba
24. Anto Narasoma (Palembang) O Banjir, Tuhanku, dan Air Mata Tsunami Aceh
25. L.K. Ara (Aceh) Surat Dari Blang Mancung, dan Kampung Serempah
26. Ali Arief Kusas (Aceh) Tragedi Dua Puluh Tahun Silam, dan Sinabung Mengguncang
27. Dheni Kurnia (Pasir Keranji, Riau) Perembah, dan Musibah Engkau
28. Rezqie M.A. Atmanegara (Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan) Getar Nestapa Di Tubuh Mataram Yang Memar, dan Lambaian Ujung Perban Dari Tanah Bungong Jeumpa
29. Rilect Amigos (Kerinci) Tuhan Bantu Kami, dan Banjir Kerinci
30. Bambang Widiatmoko (Yogyakarta) Pengantin Merapi, dan Catatan Pilu 27 Mei 2006
31. Hamdani Mulya (Aceh Utara) Derai Air Mata Seorang Ibu, dan Dukamu Dalam Jendela Jiwaku
32. Syarifah Rahmah (Lhokseumawe) Kemarahan Bumi, dan Rentan
33. Iswadi Syahrial Nupin (Padang) Katastropik Menerjang Negeriku, dan Jangan Kambing Hitamkan Dosa
34. Nunung Noor El Niel (Bali) Membakar Ego
35. Nurul Iman (Jambi) Tangis Kerinci
36. Bustan Basir Maras (Mandar, Jogja) Namaku Aholeang, dan Bulan Kebiraan Dan Tuhan Yang Purnama
37. Prayogi Hadi Santoso (Pekanbaru) Kecamuk Marapi Tak Bertapi
38. Supaat, S.Sos (Malang) Bukan Negeri Seribu Bencana
39. Lidya Reci (Bengkulu) Ratap Kami Yang Tak Terdengar
40. Edy Samudra Kertagama (Lampung) Bencana Dalam Puisi, dan Lenyap Dalam Kabut
41. Romy Sastra (Jakarta) Angsa Putih Berselimut Kain Mori, dan Diorama Bencana
42. Keisha Elsria Mulya (Aceh Utara) Air Laut Air Mata, dan Rawatlah Hutan Kita
43. Acep Syahril (Indramayu) Surat Cinta dari Sangkakala 1, dan Surat Cinta dari Sangkakala 2
44. Fachruddin Basyar (Banda Aceh) Aku Tsunami Aceh, dan Aceh Tsunami Tuhan
45. Gurit Asmara Ruci (TulungAgung, Jawa Timur) Duka Bumi Ronggolawe, dan Kelud Menggelar Hajatan
46. Nita Juniarti (Gorontalo) Aku Ingin Ombak Kembalikan Keluargaku, dan Air
47. Tasrif (Kota Pariaman) Galodo, dan Bencana Datang Silih Berganti
48. Ical Wrisaba (Palembang) Tanda Cinta Dari Tuhan, dan Mantra Bencana
49. Sus S Hardjono (Sragen, Jawa Tengah) Lava Tour, dan Museum Merapi
50. Ahmad Fatoni (Malang) Kota Tragedi, dan Anyir Darah
51. Umar Tadjudin (Bekasi, Jawa Barat) Duka Merakyat, dan Rintihan Bencana
52. Vega Restulillah (Palembang) Semua Berpasangan
53. Emy Suy (Jakarta) Sebab Bencana Karena Tuhan Cinta
54. Shobir Purwanto (Tangerang Selatan) Bencana
55. Soeryadarma Isman (Padang Panjang) Marapi Mengeram Di Jiwa, dan Gunung Mengikat Cinta
56. Soleha Hasanah Nst (Padang Panjang) Keos, dan Duka Tuan
57. Ali Hamzah (Aceh) Sesalilah, dan Matahari Sudah Tak Tahu Terbit Dari Mana
58. Berti Nurul Khajati (Bekasi) Bencana Itu Bernama Reklamasi
59. Zickyn Chan (Bekasi) Semeru Melolong, dan Kue Lumpur
60. Ace Sumanta (Bogor) Prahara Alam Tiba, dan Tsunami Aceh Dalam Kenangan
61. Khoirul Mujib (Mojokerto) Dukamu Dukaku Lumajang, dan Relawan Semeru
62. Eddy Pranata PNP (Banyumas) Bencana Bergetar di Bukit Silika
63. Ni Nengah Ariati (Bali) Bencana Tanah Datar
64. Budhi Setyawan (Bekasi) Membaca Sebuah Haru Dari Yogya: 27 Mei 2006
65. Ine Salvani Renggali (Takengon) Berharap Besar Untuk Hari Ini, dan Mewakiliku
66. Agus Buchori (Lamongan) Lumpur Celaka, dan Malapetaka Mahameru
67. Ariffin Noor Hasby (Banjarbaru, Kalimantan Selatan) Bincang Kecil Bencana
68. Heni Kurniawati (Cilacap) Kenangan Casih Di Tanah Longsor Cimanggu, dan INDONESIA: Bertahanlah!"
69. Seruni (Solo) Zikir Dari Bapak, dan Porong Apa Kabar
70. Dalle Dalminto (DIY) Katastrofe Gempa, dan Malang, Sungguh Malang Nasibmu Malam Itu
71. Desti Mairoza Syahrisal (Kabupaten Solok) Bumi Aie Dingin Dan Segala Ceritanya
72. Tiara Nursyita Sariza (Aceh) Kepada Alam Kami Bertanya
73. Marnita Yarsi (Bekasi) Segelas Kenangan Dalam Genangan Duka
74. Raudah Jambak (Medan) Kuanyam Sebaris Do'a Dengan Hiasan Tahlil Sederhana, dan Melepas Do'a Air Mata
75. Syarifuddin Arifin (Padang) Marawa Di Puncak Marapi
76. Badaruddin Amir (Barru, Sulawesi Selatan) Di Pantai Talise Palu Tahun 2018
77. Anita Dikarina (Padang) Disudut Kafe itu, Ada Rencana dan Etalase Bencana Itu Diriku
78. Nur Fauziatul Pisra (Padang Panjang) Buana Menjerit
79. Lifya (Padang) Pagu-paguku, dan Pada Galodo
80. Husin a.k.a Ucin (Pekanbaru) Tetesan Air Itu; Menjadi Riak Dan Gelombang
81. Rezi Ilfi Rahmi (Padang Panjang) Pertiwi Di Rantai Api
82. Erwan Juhara (Bandung) Rahasia Bencana (Sehimpun Doa), dan Galodo Amuk Merapi (Elegi Sekitar Negeru Serambi Mekah)
83. Hasna Diah Palupi (Bandung) Bencana Mengepung Kota
84. Irfan Syahrial (Aceh Tengah) Ditiga Hari Yang Lalu
85. Alhendra Dy (Maringin, Jambi) Peti Mati Warisan Nenek Moyang, dan Kota Tua Bangko Terbakar
86. Yuliani Kumudaswari (Yogyakarta) Erupsi Di Utara, Tsunami Di Selatan, dan Galunggung
87. Raudah Stewrob (Kalimantan Selatan) Bencana Di Era Sekarang
88. Fileski (Madiun) Berkhidmat Pada Badai
89. Junaidi Bantasyam (BSD Tangsel) Sabda Alam Di Hari Senin
90. Warsono Abi Azzam (Cilacap) Menyibak Banjir Demak, dan Menemu Laku Semeru
91. Sarah Samosir (Padang Panjang) Letusan
92. Siti Zulbaidah (Pekanbaru) Galodo Oh Galodo, dan Marapi Duka
93. Sausan Al Ward (Pekanbaru) Rengkah
94. Dahlia Braga Yova (Padang Panjang) Pilu, dan Tentang Nagari Yang Hilang
95. Disa Febriani Putri (Padang Panjang) Debu Menyuburkan Tanah
96. Putra Gara (Bogor) SMONG, dan Melihat Bencana
97. Reni Pristiawani (Jambi) Pung Terkepung
98. Rida Nurdiani (Bogor) Rindu Bumi Lestari, dan Pergeseran Waktu
99. Toto ST Radik (Serang, Banten) Konsesi, dan Sampar
100. Redo Sobirin (Bukittinggi) Alam dan Manusia
101. Riami (Malang, Jawa Timur) Membaca Tanda-tanda Bencana, dan Kekeringan di Bumu Serakah
102. Yaimar (Palu) Sajak Lirih September, dan Kidung Sunyi Di Kota Palu
103. Porman Wilson Manalu (Medan) Banjir Desember
104. Ahmad A. Pahu (Duri) N(e)geri Asap Asap, dan O, Galodo
105. Dasril Sinuruik (Pasaman Barat) Beduk Berduka, Bencana Melanda
106. Naila Salsabila (Lubuak Batingkok, Harau, Payakumbuh) Gunung Marapi, dan Galodo Saribu Tangih
107. Mohammad Saroni (Mojokerto) Yang Datang Tank Diundang, dan Gemuruh Itu Membawa Bencana
108. Rico Fernando (Kota Batam) Surat Untuk Palu dan Donggala, dan Separuh Hati di Tsunami Aceh
109. Dahta Gautama (Bandar Lampung) Jumat Sore Di Palu, dan Donggala Pada Petang Yang Patah
110. Win Ansar Salihin (Banda Aceh) Semeru Rumah Terendam Deatu, dan Marapi Duka dan Air Mata
111. Ari Basuki (Sleman) Gempa Bantul 2006, dan Erupsi Merapi 2010
112. Edwar Sani (Bukittinggi) Sawah Dalam Rumah, dan Berhenti Membenci Marapi
113. Nabila Yumni (Solok Selatan) Dentuman Di Langit Malam, dan Terkubur Tanah
114. Roy Frans Sidabutar (Bekasi) Galodo Di Kaki Marapi, dan Suatu Sore Di Marapi
115. Taufiq Ahmad Madja (Dharmasraya) Hidup Di Bawah Bayangan, dan Bentuk Engkau Pagi itu
116. Nurhayati (Bekasi) Legetang, Desa Yang Hilang, dan Tragedi Sinila
117. Akhmad Rafi Koeswadi (Banjarbaru) Tetap Tangguh Galu-galuku
118. Queenara Zaskya Khalila (Solok Selatan) Kisah Negeri Salju Dalam Genangan, dan Tenggelam Dalam Gelombang
119. Ramli Marpaung (Kisaran, Sumatra Utara) Tentang Doa Yang Terdengar Di Lahar Dingin
120. Dian Sarmita (Solok Selatan) Ketika Alam Terganggu, dan Alam Minang Bergolak
121. Najamudin M. Ali Fatahullah (Kota Bima, NTB) Memotret Bencana Di Spot Surga
122. Saskia Maharani (Solok Selatan) Amukan Sang Gunung Menggulung Pemuda Negeri, dan Tangisan Tanah
123. Tika Hardika (Barabai) Barabai 2021: Segores Luka, Duka dan Derak Dukana
124. Earlene Naifah (Cilacap) Tanah Yang Terluka
125. Roymon Lemosol (Ambon) Jejak Juli
126. Gian Pandanwangi (Surabaya) Dermaga Peraduan, dan Perhentian Terakhir
127. Zuliana Ibrahim (Takengon, Aceh Tengah) Api Di Tubuh Kami, dan Ingatan Ke Dua Puluh
128. Iman Budiman (Kalimantan Timur) Pasca Batubara: Sebuah Kutukan
129. Zulmi Aryani (Yogyakarta) Banjir Ditambakku
130. Muhammad Aidil Rahman (Padang Paniang) Sajak Menunggu Di Tengah Reruntuhan, dan Bukan Surga Lagi
131. Hudan Nur (Banjarbaru, Kalimantan Selatan) LAHKAHTAHPUN
132. Syarifuddin Marpaung (Tanjung Balai) Padang Di Bawah Langit Kelam, dan Kepada Bumi Yang Menangis
133. Wigi Sutrisno (Padang) Sore Itu Di Barung-barung Belantai
134. Haryanti (Pasaman Barat) Duka Gempa Talu
135. Rissa Churria (Bekasi) Ketika Air Menjadi Tsumani, dan Tangis Faras Disisa Amuk Palu
136. Hannah (Bekasi) Petaka Si Nila, dan Bah Menyambut Tahun Baru
137. Udi Utama (Depok) Puisi Tsumani Aceh 2004, dan Gempa Yogyakarta 2006
138. Vera Hastuti (Aceh) Gempa Ditengah Gayo, dan Tsunami Aceh: Melodi Dalam Kegelapan
139. Adisman Libra (Padang) Bencana Melanda Tanah Air
140. Sofi Asri (Padang Pariaman) Sendu Membungkus 2891 MDPL
141. Muhammad Sholeh (Pekanbaru, Riau) Rintih Marapi Di Rintik Desember, dan Pesan Terakhir Adzin
142. Yuli Wulandari (Solok Selatan) Ketika Bukit Menggertak, dan Gunung Maraph Membawakan Pesan Alam
143. Asro Al Murthway (Bangko, Jambi) Batuwara, Kupinta Kau Jadi Prasasti Bencana
144. Habas Rangga (Bener Meriah) Senja Memerah Di Bener Meriah, dan Tragedi Simpang Rangkaya
145. Ibrahim Sembiring Meliala (Aceh) Banjir Bandang Di Jagong Jeget
146. Jose Rizal Manua (Jakarta) Bencana Di Layung Senja, Kini Hatiku Di Kota Gaza, dan Ke Lembah Curug
147. Ichsan Saputra (Padang Panjang) Hujan Malam Di Negeri Atas Awan
148. Adri Sandra (Payakumbuh) Sebuah Pulau Diluar Pikiranku
149. Salman Yoga S (Gayo, Aceh) Tanah Kopi
150. Hanani (Pekanbaru) Galodo Bertabur Duka, dan Bencana Ratok Minang
151. Kasih Hudayatul Susanti (Solok Selatan) Sumatra Barat Terkoyak dan Memar
152. Hafizh (Aceh) Kisah Di Tengah Bencana
153. Soraya Mayzarifa (Solok Selatan) Riuh Bergemuruh, dan Bangkitkan Harapan Dalam Pilu Mendalam
154. Win Gemade (Aceh) Duka Desember Tak Pernah Usai
155. Tiara Nusyita (Aceh) Kepada Alam Kami Bertanya
156. Soofiyah Nazla (Solok Selatan) Tersurat Dari Lahar Marapi, dan Amukan Semesta Melenyapkan Langit