Kuflet.com

Kuflet.com berbagi informasi tentang seni dan budaya.

mohon maaf atas ketidaknyamanannya para penyair yang menunggu 🙏
22/08/2024

mohon maaf atas ketidaknyamanannya para penyair yang menunggu 🙏

Terima kasih kepada penyair-penyair yang telah mengirimkan karya puisinya. Karya puisi yang terkurasi akan diterbitkan d...
14/08/2024

Terima kasih kepada penyair-penyair yang telah mengirimkan karya puisinya. Karya puisi yang terkurasi akan diterbitkan dalam buku Antologi Puisi Bencana, Insya Allah akan diluncurkan pada tanggal 5 oktober 2024.

Berikut karya puisi dari penyair yang telah mengirimkan puisinya ke surel kami:
1. Firman Wally (Ambon) Risalah Dam Wae Ela

2. Naila Salsabila (Lima Puluh Kota, Kecamatan Harau) Gunung Marapi

3. Ericko Hendayana (Ketapang, Kalimantan Barat) Rindu membawa pilu, dan Bukan salahku sintang tenggelam

4. Isbedy Stiawan ZS (Lampung) Orang-orang mengais sisa kebahagiaan, dan 30 jam runtuhan

5. Hilwan Adas (Bukittinggi) Harapan

6. Rian Harahap (Pekanbaru) Sakapa

7. Andi Jamaluddin (Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan) Tanah Luka, dan Sebab Akibat

8. Khaira Agwalya Puspa (Jambi) Pilu Bertubi-tubi

9. Feriyadi (Kabupaten Solok) Tragedi Selat Sunda

10. Denni Meilizon (Pasaman Barat) Aku membuka pintu dan sesuatu menjadikan malamku abadi

11. Nurul Kifani Putri (Pasaman) Suara Pilu Dari Lembah Anai

12. Refdinal Muzan (Padang) Muka Bencana, dan Tidurlah Merapiku

13. Esti Rahayu Utami (Padang) Angku Marapi Terbatuk, dan Jerit Bumi Tua

14. Aidil Azmi (Rantauprapat, Sumatra Selatan) Susah Hati, dan Deritamu Deritaku Juga

15. Mustiar AR (Aceh) Titah

16. Siti Nur Azizah (Karawang) Marapi Tanah Datar, dan Serambi Mekkah

17. Hasna Diah Palupi (Bandung) Bencana mengepung Kota

18. Muksalmina (Sabang, Aceh) Minggu pagi dalam sebuah tragedi, dan Upaya menjaga rumah Adinda

19. Ahmad Maliki Mashar (Riau) Abrasi Tanah Merah, dan Sedingin Sayatan Marapi

20. Reni Aryani (Tangerang Selatan) Alam Sedang Murka, dan Dahsyatnya Banjir Bandang

21. Muhammad Riza (Pidie, Aceh) Sampai Bila Jalan Kami Harus Begini, dan Sore Yang Kelabu

22. EM Yogiswara (Jambi) Hutan Kembali Membakar Kemanusiaan

23. Merawaty May (Bengkulu) Merapi Dalam Apimu, dan Banjir Pun Tiba

24. Anto Narasoma (Palembang) O Banjir, Tuhanku, dan Air Mata Tsunami Aceh

25. L.K. Ara (Aceh) Surat Dari Blang Mancung, dan Kampung Serempah

26. Ali Arief Kusas (Aceh) Tragedi Dua Puluh Tahun Silam, dan Sinabung Mengguncang

27. Dheni Kurnia (Pasir Keranji, Riau) Perembah, dan Musibah Engkau

28. Rezqie M.A. Atmanegara (Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan) Getar Nestapa Di Tubuh Mataram Yang Memar, dan Lambaian Ujung Perban Dari Tanah Bungong Jeumpa

29. Rilect Amigos (Kerinci) Tuhan Bantu Kami, dan Banjir Kerinci

30. Bambang Widiatmoko (Yogyakarta) Pengantin Merapi, dan Catatan Pilu 27 Mei 2006

31. Hamdani Mulya (Aceh Utara) Derai Air Mata Seorang Ibu, dan Dukamu Dalam Jendela Jiwaku

32. Syarifah Rahmah (Lhokseumawe) Kemarahan Bumi, dan Rentan

33. Iswadi Syahrial Nupin (Padang) Katastropik Menerjang Negeriku, dan Jangan Kambing Hitamkan Dosa

34. Nunung Noor El Niel (Bali) Membakar Ego

35. Nurul Iman (Jambi) Tangis Kerinci

36. Bustan Basir Maras (Mandar, Jogja) Namaku Aholeang, dan Bulan Kebiraan Dan Tuhan Yang Purnama

37. Prayogi Hadi Santoso (Pekanbaru) Kecamuk Marapi Tak Bertapi

38. Supaat, S.Sos (Malang) Bukan Negeri Seribu Bencana

39. Lidya Reci (Bengkulu) Ratap Kami Yang Tak Terdengar

40. Edy Samudra Kertagama (Lampung) Bencana Dalam Puisi, dan Lenyap Dalam Kabut

41. Romy Sastra (Jakarta) Angsa Putih Berselimut Kain Mori, dan Diorama Bencana

42. Keisha Elsria Mulya (Aceh Utara) Air Laut Air Mata, dan Rawatlah Hutan Kita

43. Acep Syahril (Indramayu) Surat Cinta dari Sangkakala 1, dan Surat Cinta dari Sangkakala 2

44. Fachruddin Basyar (Banda Aceh) Aku Tsunami Aceh, dan Aceh Tsunami Tuhan

45. Gurit Asmara Ruci (TulungAgung, Jawa Timur) Duka Bumi Ronggolawe, dan Kelud Menggelar Hajatan

46. Nita Juniarti (Gorontalo) Aku Ingin Ombak Kembalikan Keluargaku, dan Air

47. Tasrif (Kota Pariaman) Galodo, dan Bencana Datang Silih Berganti

48. Ical Wrisaba (Palembang) Tanda Cinta Dari Tuhan, dan Mantra Bencana

49. Sus S Hardjono (Sragen, Jawa Tengah) Lava Tour, dan Museum Merapi

50. Ahmad Fatoni (Malang) Kota Tragedi, dan Anyir Darah

51. Umar Tadjudin (Bekasi, Jawa Barat) Duka Merakyat, dan Rintihan Bencana

52. Vega Restulillah (Palembang) Semua Berpasangan

53. Emy Suy (Jakarta) Sebab Bencana Karena Tuhan Cinta

54. Shobir Purwanto (Tangerang Selatan) Bencana

55. Soeryadarma Isman (Padang Panjang) Marapi Mengeram Di Jiwa, dan Gunung Mengikat Cinta

56. Soleha Hasanah Nst (Padang Panjang) Keos, dan Duka Tuan

57. Ali Hamzah (Aceh) Sesalilah, dan Matahari Sudah Tak Tahu Terbit Dari Mana

58. Berti Nurul Khajati (Bekasi) Bencana Itu Bernama Reklamasi

59. Zickyn Chan (Bekasi) Semeru Melolong, dan Kue Lumpur

60. Ace Sumanta (Bogor) Prahara Alam Tiba, dan Tsunami Aceh Dalam Kenangan

61. Khoirul Mujib (Mojokerto) Dukamu Dukaku Lumajang, dan Relawan Semeru

62. Eddy Pranata PNP (Banyumas) Bencana Bergetar di Bukit Silika

63. Ni Nengah Ariati (Bali) Bencana Tanah Datar

64. Budhi Setyawan (Bekasi) Membaca Sebuah Haru Dari Yogya: 27 Mei 2006

65. Ine Salvani Renggali (Takengon) Berharap Besar Untuk Hari Ini, dan Mewakiliku

66. Agus Buchori (Lamongan) Lumpur Celaka, dan Malapetaka Mahameru

67. Ariffin Noor Hasby (Banjarbaru, Kalimantan Selatan) Bincang Kecil Bencana

68. Heni Kurniawati (Cilacap) Kenangan Casih Di Tanah Longsor Cimanggu, dan INDONESIA: Bertahanlah!"

69. Seruni (Solo) Zikir Dari Bapak, dan Porong Apa Kabar

70. Dalle Dalminto (DIY) Katastrofe Gempa, dan Malang, Sungguh Malang Nasibmu Malam Itu

71. Desti Mairoza Syahrisal (Kabupaten Solok) Bumi Aie Dingin Dan Segala Ceritanya

72. Tiara Nursyita Sariza (Aceh) Kepada Alam Kami Bertanya

73. Marnita Yarsi (Bekasi) Segelas Kenangan Dalam Genangan Duka

74. Raudah Jambak (Medan) Kuanyam Sebaris Do'a Dengan Hiasan Tahlil Sederhana, dan Melepas Do'a Air Mata

75. Syarifuddin Arifin (Padang) Marawa Di Puncak Marapi

76. Badaruddin Amir (Barru, Sulawesi Selatan) Di Pantai Talise Palu Tahun 2018

77. Anita Dikarina (Padang) Disudut Kafe itu, Ada Rencana dan Etalase Bencana Itu Diriku

78. Nur Fauziatul Pisra (Padang Panjang) Buana Menjerit

79. Lifya (Padang) Pagu-paguku, dan Pada Galodo

80. Husin a.k.a Ucin (Pekanbaru) Tetesan Air Itu; Menjadi Riak Dan Gelombang

81. Rezi Ilfi Rahmi (Padang Panjang) Pertiwi Di Rantai Api

82. Erwan Juhara (Bandung) Rahasia Bencana (Sehimpun Doa), dan Galodo Amuk Merapi (Elegi Sekitar Negeru Serambi Mekah)

83. Hasna Diah Palupi (Bandung) Bencana Mengepung Kota

84. Irfan Syahrial (Aceh Tengah) Ditiga Hari Yang Lalu

85. Alhendra Dy (Maringin, Jambi) Peti Mati Warisan Nenek Moyang, dan Kota Tua Bangko Terbakar

86. Yuliani Kumudaswari (Yogyakarta) Erupsi Di Utara, Tsunami Di Selatan, dan Galunggung

87. Raudah Stewrob (Kalimantan Selatan) Bencana Di Era Sekarang

88. Fileski (Madiun) Berkhidmat Pada Badai

89. Junaidi Bantasyam (BSD Tangsel) Sabda Alam Di Hari Senin

90. Warsono Abi Azzam (Cilacap) Menyibak Banjir Demak, dan Menemu Laku Semeru

91. Sarah Samosir (Padang Panjang) Letusan

92. Siti Zulbaidah (Pekanbaru) Galodo Oh Galodo, dan Marapi Duka

93. Sausan Al Ward (Pekanbaru) Rengkah

94. Dahlia Braga Yova (Padang Panjang) Pilu, dan Tentang Nagari Yang Hilang

95. Disa Febriani Putri (Padang Panjang) Debu Menyuburkan Tanah

96. Putra Gara (Bogor) SMONG, dan Melihat Bencana

97. Reni Pristiawani (Jambi) Pung Terkepung

98. Rida Nurdiani (Bogor) Rindu Bumi Lestari, dan Pergeseran Waktu

99. Toto ST Radik (Serang, Banten) Konsesi, dan Sampar

100. Redo Sobirin (Bukittinggi) Alam dan Manusia

101. Riami (Malang, Jawa Timur) Membaca Tanda-tanda Bencana, dan Kekeringan di Bumu Serakah

102. Yaimar (Palu) Sajak Lirih September, dan Kidung Sunyi Di Kota Palu

103. Porman Wilson Manalu (Medan) Banjir Desember

104. Ahmad A. Pahu (Duri) N(e)geri Asap Asap, dan O, Galodo

105. Dasril Sinuruik (Pasaman Barat) Beduk Berduka, Bencana Melanda

106. Naila Salsabila (Lubuak Batingkok, Harau, Payakumbuh) Gunung Marapi, dan Galodo Saribu Tangih

107. Mohammad Saroni (Mojokerto) Yang Datang Tank Diundang, dan Gemuruh Itu Membawa Bencana

108. Rico Fernando (Kota Batam) Surat Untuk Palu dan Donggala, dan Separuh Hati di Tsunami Aceh

109. Dahta Gautama (Bandar Lampung) Jumat Sore Di Palu, dan Donggala Pada Petang Yang Patah

110. Win Ansar Salihin (Banda Aceh) Semeru Rumah Terendam Deatu, dan Marapi Duka dan Air Mata

111. Ari Basuki (Sleman) Gempa Bantul 2006, dan Erupsi Merapi 2010

112. Edwar Sani (Bukittinggi) Sawah Dalam Rumah, dan Berhenti Membenci Marapi

113. Nabila Yumni (Solok Selatan) Dentuman Di Langit Malam, dan Terkubur Tanah

114. Roy Frans Sidabutar (Bekasi) Galodo Di Kaki Marapi, dan Suatu Sore Di Marapi

115. Taufiq Ahmad Madja (Dharmasraya) Hidup Di Bawah Bayangan, dan Bentuk Engkau Pagi itu

116. Nurhayati (Bekasi) Legetang, Desa Yang Hilang, dan Tragedi Sinila

117. Akhmad Rafi Koeswadi (Banjarbaru) Tetap Tangguh Galu-galuku

118. Queenara Zaskya Khalila (Solok Selatan) Kisah Negeri Salju Dalam Genangan, dan Tenggelam Dalam Gelombang

119. Ramli Marpaung (Kisaran, Sumatra Utara) Tentang Doa Yang Terdengar Di Lahar Dingin

120. Dian Sarmita (Solok Selatan) Ketika Alam Terganggu, dan Alam Minang Bergolak

121. Najamudin M. Ali Fatahullah (Kota Bima, NTB) Memotret Bencana Di Spot Surga

122. Saskia Maharani (Solok Selatan) Amukan Sang Gunung Menggulung Pemuda Negeri, dan Tangisan Tanah

123. Tika Hardika (Barabai) Barabai 2021: Segores Luka, Duka dan Derak Dukana

124. Earlene Naifah (Cilacap) Tanah Yang Terluka

125. Roymon Lemosol (Ambon) Jejak Juli

126. Gian Pandanwangi (Surabaya) Dermaga Peraduan, dan Perhentian Terakhir

127. Zuliana Ibrahim (Takengon, Aceh Tengah) Api Di Tubuh Kami, dan Ingatan Ke Dua Puluh

128. Iman Budiman (Kalimantan Timur) Pasca Batubara: Sebuah Kutukan

129. Zulmi Aryani (Yogyakarta) Banjir Ditambakku

130. Muhammad Aidil Rahman (Padang Paniang) Sajak Menunggu Di Tengah Reruntuhan, dan Bukan Surga Lagi

131. Hudan Nur (Banjarbaru, Kalimantan Selatan) LAHKAHTAHPUN

132. Syarifuddin Marpaung (Tanjung Balai) Padang Di Bawah Langit Kelam, dan Kepada Bumi Yang Menangis

133. Wigi Sutrisno (Padang) Sore Itu Di Barung-barung Belantai

134. Haryanti (Pasaman Barat) Duka Gempa Talu

135. Rissa Churria (Bekasi) Ketika Air Menjadi Tsumani, dan Tangis Faras Disisa Amuk Palu

136. Hannah (Bekasi) Petaka Si Nila, dan Bah Menyambut Tahun Baru

137. Udi Utama (Depok) Puisi Tsumani Aceh 2004, dan Gempa Yogyakarta 2006

138. Vera Hastuti (Aceh) Gempa Ditengah Gayo, dan Tsunami Aceh: Melodi Dalam Kegelapan

139. Adisman Libra (Padang) Bencana Melanda Tanah Air

140. Sofi Asri (Padang Pariaman) Sendu Membungkus 2891 MDPL

141. Muhammad Sholeh (Pekanbaru, Riau) Rintih Marapi Di Rintik Desember, dan Pesan Terakhir Adzin

142. Yuli Wulandari (Solok Selatan) Ketika Bukit Menggertak, dan Gunung Maraph Membawakan Pesan Alam

143. Asro Al Murthway (Bangko, Jambi) Batuwara, Kupinta Kau Jadi Prasasti Bencana

144. Habas Rangga (Bener Meriah) Senja Memerah Di Bener Meriah, dan Tragedi Simpang Rangkaya

145. Ibrahim Sembiring Meliala (Aceh) Banjir Bandang Di Jagong Jeget

146. Jose Rizal Manua (Jakarta) Bencana Di Layung Senja, Kini Hatiku Di Kota Gaza, dan Ke Lembah Curug

147. Ichsan Saputra (Padang Panjang) Hujan Malam Di Negeri Atas Awan

148. Adri Sandra (Payakumbuh) Sebuah Pulau Diluar Pikiranku

149. Salman Yoga S (Gayo, Aceh) Tanah Kopi

150. Hanani (Pekanbaru) Galodo Bertabur Duka, dan Bencana Ratok Minang

151. Kasih Hudayatul Susanti (Solok Selatan) Sumatra Barat Terkoyak dan Memar

152. Hafizh (Aceh) Kisah Di Tengah Bencana

153. Soraya Mayzarifa (Solok Selatan) Riuh Bergemuruh, dan Bangkitkan Harapan Dalam Pilu Mendalam

154. Win Gemade (Aceh) Duka Desember Tak Pernah Usai

155. Tiara Nusyita (Aceh) Kepada Alam Kami Bertanya

156. Soofiyah Nazla (Solok Selatan) Tersurat Dari Lahar Marapi, dan Amukan Semesta Melenyapkan Langit

SUARA DARI PADANG PANJANGKUFLET MEMANGGIL PENYAIR INDONESIA MENULIS PUISI BERTAJUK “BENCANA”Komunitas Seni Kuflet Padang...
22/06/2024

SUARA DARI PADANG PANJANG
KUFLET MEMANGGIL PENYAIR INDONESIA MENULIS PUISI BERTAJUK “BENCANA”

Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang bekerja sama dengan Majalah Digital elipsis menggagas penerbitan buku bertajuk "Bencana".

Bencana alam seperti erupsi gunung api, tsunami, banjir bandang, galodo, tanah longsor, angin puting beliung, dan lainnya, mengguncang Bumi Indonesia beberapa dekade terakhir.

Bencana itu merenggut nyawa dan merusak fasilitas umum maupun rumah-rumah warga, termasuk lahan pertanian, dan ternak. Tidak sedikit orang tua kehilangan anak, anak kehilangan orang tua, pun kehilangan harta benda.

Ujian yang menimpa penduduk Indonesia itu menjadi renungan, pelajaran, juga ide/gagasan bagi penyair untuk melahirkan karya sastra (puisi) lalu karya itu dapat menjadi catatan dan ingatan untuk dikenang oleh generasi di kemudian hari.

SYARAT & KETENTUAN

1. Terbuka untuk umum (khusus penyair Indonesia) dan tidak dipungut biaya apa pun.

2. Puisi bertema "Bencana" dan puisi mengandung informasi tentang lokasi di mana peristiwa terjadi, khususnya di wilayah Indonesia.

3. Masing-masing penyair hanya diperkenankan mengirim puisi maksimal 2 (dua) puisi.

4. Puisi diketik di komputer, ukuran kertas A4, jenis huruf Times New Roman, ukuran huruf 12, jarak 1 spasi.

5. Naskah membubuhkan biodata penyair dengan panjang 5—10 baris ketikan.

6. Naskah dikirim ke email: [email protected] dengan Subjek: PUISI BENCANA_NAMA PENYAIR_ASAL KOTA.

7. Naskah dikurasi tim kurator dan 100 puisi terpilih dibukukan dan diluncurkan Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang.

8. Penyair dengan puisi terpilih (lolos kurasi) mendapat 1 (buku) bukti terbit.

9. Batas akhir (deadline) penerimaan naskah selambatnya 11 Agustus 2024, pukul 22.00 WIB.

10. Narahubung panitia:
1). Ichsan Saputra:
085270514494
2). Helni Yuliana:
082387640215



DEWAN KURATOR

1. Sulaiman Juned (Padang Panjang)
2. Riri Satria (Jakarta)
3. Muhammad Subhan (Padang Panjang)

LINI MASA

1. Pengumuman Penerimaan Puisi : 15 Juni 2024
2. Pengumpulan Naskah : 16—11 Agustus 2024
3. Proses Kurasi : 12—18 Agustus 2024
4. Pengumuman Naskah Puisi Lolos Kurasi : 20 Agustus 2024
5. Proses Penerbitan Buku Puisi : 21 Agustus—20 September 2024
6. Peluncuran Buku : 5 Oktober 2024

Padang Panjang, 15 Juni 2024

Penyelenggara:
Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang

14/05/2024

Sulaiman Juned Sosok Guru Sekaligus Orang Tua di Komunitas Seni Kuflet

Address

Padangpanjang

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Kuflet.com posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Kuflet.com:

Share