Jurnal Tabagsel

Jurnal Tabagsel ᯄᯬ ᯒ ᯚ᯲ ᯖᯅᯎ᯲ᯚᯞᯩ\
Sejarah, Adat, Budaya
Mengulas Seputar Informasi Edukasi Daerah
Tapanuli Bagian Selatan
"TAPPAR MARSIPAGODANGAN, UDUT MARSIPAGINJANGAN"

Salah satu tokoh penting dalam sejarah pers di Sumatera awal abad ke-20 adalah Liem Soen Hin, seorang jurnalis beretnis ...
22/10/2025

Salah satu tokoh penting dalam sejarah pers di Sumatera awal abad ke-20 adalah Liem Soen Hin, seorang jurnalis beretnis Tionghoa kelahiran Batangtoru yang menempuh pendidikan di Padangsidimpuan. Sosoknya dikenal luas sebagai figur intelektual yang menjembatani dunia Tionghoa, Batak, dan Melayu melalui pena dan pemikiran yang tajam.

Dalam blognya Akhir Matua Harahap menjelaskan Liem Soen Hien bersama rekan-rekannya sesama alumni Padangsidimpuan seperti Liem Boan San mendirikan perusahaan penerbitan Tiong Hoa Ho Kiok Co. Ltd. di Sibolga. Dari perusahaan inilah lahir surat kabar penting seperti Sinar Soematra, yang kelak dikenal sebagai salah satu media fenomenal pada masa kolonial.

Selain dikenal sebagai pengusaha media, Liem Soen Hien juga seorang editor, penulis, dan pemikir sosial. Ia pernah menjadi asisten editor surat kabar Binsar Sinondang di Sibolga, serta redaktur di Warta Hindia dan Bintang Sumatra. Artikel-artikel tulisannya di Bintang Hindia pada dekade 1920-an menyoroti ketimpangan ekonomi dan menjadi bagian dari wacana awal anti-kapitalisme di Hindia Belanda.

Kemampuannya berbahasa Melayu, Belanda, dan Batak menjadikannya figur unik di dunia jurnalistik Hindia. Ia mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat dan menghidupkan semangat literasi masyarakat Tapanuli.

Kiprah Liem Soen Hin turut membuka jalan bagi munculnya surat kabar lokal lain seperti Poestaha di Padangsidimpuan, media yang ikut mengukir sejarah intelektual Batak modern. Liem Soen Hien menjadi bagian nyata bagaimana Padangsidimpuan pada masa kolonial menjadi pusat pendidikan dan pera yang melahirkan banyak tokoh jurnalis ternama dalam kesejarahan pers di Indonesia.

Dalam sejarah pemerintahan Indonesia era Demokrasi Terpimpin, nama Arifin Harahap tercatat sebagai salah satu tokoh pent...
21/10/2025

Dalam sejarah pemerintahan Indonesia era Demokrasi Terpimpin, nama Arifin Harahap tercatat sebagai salah satu tokoh penting yang turut mengawal kebijakan ekonomi nasional. Ia merupakan putra beretnis Angkola yang dipercaya oleh Presiden Soekarno untuk menduduki sejumlah posisi strategis di kabinet.

Arifin Harahap pertama kali diangkat sebagai Menteri Muda Perdagangan dalam Kabinet Kerja I pada tahun 1959. Kiprahnya kemudian berlanjut sebagai Menteri Perdagangan dalam Kabinet Kerja II (1960–1962), serta Menteri Urusan Anggaran Negara pada Kabinet Kerja III (1962–1963). Jabatan ini menempatkannya di garis depan dalam mengelola keuangan negara di tengah situasi ekonomi yang menantang pasca-revolusi.

Sebagai pejabat keuangan negara, Arifin Harahap berperan dalam merancang dan mengawasi kebijakan Pembangunan Nasional Semesta Berencana — program ekonomi terpadu yang menjadi gagasan besar Soekarno di awal 1960-an. Ia dikenal sebagai figur teknokrat yang bekerja di bawah tekanan politik dan ekonomi, ketika Indonesia tengah berupaya menegakkan kemandirian ekonomi di tengah arus global yang berubah cepat.

Keterlibatan Arifin Harahap di jajaran kabinet menunjukkan kontribusi nyata putra daerah Tapanuli, dalam membangun fondasi ekonomi dan pemerintahan Indonesia modern pada masa awal republik.

Menurut catatan Akhir Matua Harahap, Arifin Harahap memiliki latar belakang pendidikan jurusan hukum. Arifin Harahap merupakan adik kandung dari Amir Sjarifuddin Harahap. Kakek mereka ialah Sutan Gunungtuah Harahap; seorang tokoh berpengaruh dalam sejarah Padangsidimpuan.

Dalam sejarah pergerakan intelektual Indonesia di luar negeri, tercatat dua mahasiswa  asal Padangsidimpuan Sorip Tagor ...
19/10/2025

Dalam sejarah pergerakan intelektual Indonesia di luar negeri, tercatat dua mahasiswa asal Padangsidimpuan Sorip Tagor Harahap dan Sutan Gunung Mulia Harahap, memainkan peranan penting dalam mendirikan organisasi mahasiswa asal Sumatera di Belanda pada awal abad ke-20.

Pada 1 Januari 1917, di kota Utrecht, Belanda, para pelajar dari berbagai daerah di Sumatera membentuk organisasi bernama “Soematra Sepakat”. Organisasi ini menjadi wadah bagi mahasiswa Hindia Belanda asal Sumatera untuk mempererat persaudaraan, memperjuangkan kemajuan pendidikan, serta menumbuhkan kesadaran kebangsaan di tanah perantauan.

Dalam kepengurusan awal, Sorip Tagor Harahap — mahasiswa kedokteran hewan di Universitas Utrecht — terpilih sebagai Ketua Umum. Ia dikenal sebagai sosok yang berwawasan luas dan memiliki kepedulian tinggi terhadap kemajuan bangsanya. Rekannya, Sutan Gunung Mulia Harahap, seorang pendidik dan pemikir muda, dipercaya menjabat sebagai bendahara organisasi tersebut.

Menariknya, di antara anggota organisasi Soematra Sepakat juga terdapat nama Ibrahim Datuk Tan Malaka, yang saat itu masih berstatus mahasiswa muda di Belanda. Kehadirannya menunjukkan bahwa organisasi ini menjadi ruang awal pertemuan lintas generasi di antara pelajar-pelajar Indonesia yang kelak berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan.

Keterlibatan Sorip Tagor Harahap dan Sutan Gunung Mulia Harahap membuktikan bahwa sejak awal abad ke-20, Padangsidimpuan telah melahirkan tokoh-tokoh intelektual yang berperan dalam pembentukan jaringan pergerakan nasional di Eropa.

Universitas Sumatera Utara (USU) berdiri berkat semangat kolektif masyarakat Sumatera Utara dalam membangun lembaga pend...
16/10/2025

Universitas Sumatera Utara (USU) berdiri berkat semangat kolektif masyarakat Sumatera Utara dalam membangun lembaga pendidikan tinggi di daerahnya. Gagasan pendirian universitas ini muncul pada awal 1950-an, ketika kebutuhan akan tenaga medis di Sumatera sangat mendesak pasca-kemerdekaan.

Fakultas Kedokteran menjadi fakultas pertama yang didirikan, dan proses pendiriannya tidak terlepas dari dukungan penuh berbagai lapisan masyarakat. Arsip bertanggal 1 Januari 1952 yang diterbitkan oleh Panitia Pendirian Perguruan Tinggi Kedokteran Sumatera Utara di Medan, menunjukkan adanya partisipasi nyata rakyat, termasuk dari wilayah Padangsidimpuan dan Tapanuli Selatan.

Dokumen tersebut merupakan tanda bukti sumbangan masyarakat yang dikumpulkan berdasarkan Surat Gubernur Provinsi Sumatera Utara tanggal 26 November 1951 No. 24293/12/4, yang mengimbau seluruh kabupaten di Sumatera Utara turut berkontribusi dalam pendirian perguruan tinggi tersebut.

Melalui semangat gotong royong dan rasa memiliki yang tinggi, dana yang terkumpul menjadi dasar berdirinya Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU) pada tahun 1952. Fakultas ini kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Universitas Sumatera Utara secara resmi pada tahun 1957, yang kini berkembang menjadi salah satu universitas terkemuka di Indonesia.

Sejarah ini menegaskan bahwa lahirnya USU merupakan buah dari partisipasi masyarakat Sumatera Utara yang menyadari pentingnya pendidikan tinggi sebagai fondasi kemajuan daerah.

Lembar bukti sumbangan diatas terpampang dalam website resmi Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu bukti sejarah yang harus diteladani.

Sumatera Utara merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang memiliki dua kode plat kendaraan bermotor, yaitu BK dan...
15/10/2025

Sumatera Utara merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang memiliki dua kode plat kendaraan bermotor, yaitu BK dan BB. Keberadaan dua kode ini memiliki dasar historis yang panjang dan berkaitan erat dengan pembagian administratif yang telah ada sejak masa pemerintahan Hindia Belanda.

Pada masa kolonial, sistem registrasi kendaraan di Hindia Belanda diatur berdasarkan wilayah keresidenan. Wilayah Sumatera Timur, yang berpusat di Medan, ditetapkan menggunakan kode BK. Kawasan ini mencakup daerah seperti Medan, Deli Serdang, Langkat, Binjai, Tebing Tinggi, Asahan, dan Tanjungbalai. Penggunaan kode BK mencerminkan posisi Medan sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian di wilayah timur Sumatera.

Sementara itu, wilayah Keresidenan Tapanuli yang terletak di bagian barat Sumatera Utara telah menggunakan kode BB. Wilayah ini meliputi daerah Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Kepulauan Nias. Pemberlakuan kode BB di kawasan tersebut dilakukan untuk membedakan administrasi kendaraan dengan wilayah Sumatera Timur, mengingat jarak geografis yang cukup jauh dan kondisi topografi yang berbeda.

Setelah kemerdekaan Indonesia, sistem kode kendaraan warisan kolonial masih tetap dipertahankan dan diadaptasi dalam peraturan kode plat kenderaan bermotor secara nasional.

Hingga saat ini, kedua kode tersebut tetap digunakan secara resmi di bawah koordinasi Polda Sumatera Utara. Kode BK mewakili wilayah bekas Keresidenan Sumatera Timur yang menjadi pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan provinsi Sumatera Utara. Sedangkan kode BB meliputi wilayah bekas Keresidenan Tapanuli dan juga kepulauan Nias.

Dan faktanya Keresidenan Tapanuli menjadi satu-satunya bekas Keresidenan di Indonesia yang hingga kini masih belum ditetapkan menjadi provinsi tersendiri.

-

Mayor Madmuin Hasibuan tercatat lahir pada tahun 1922 di Huta Padang, Tapanuli Selatan. Pada masa pendudukan Jepang, Mad...
16/09/2025

Mayor Madmuin Hasibuan tercatat lahir pada tahun 1922 di Huta Padang, Tapanuli Selatan. Pada masa pendudukan Jepang, Madmuin bekerja di pelabuhan Belawan, Sumatera Utara, sebelum akhirnya berpindah ke Tanjung Priok, Batavia, sebagai seorang mandor pelabuhan. Pekerjaan ini membuatnya akrab dengan dinamika logistik dan medan strategis pelabuhan dan kelautan bekal penting yang kelak sangat berguna dalam perjuangannya mempertahankan kemerdekaan.

Madmuin Hasibuan turut menyaksikan langsung proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Madmuin bergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Laoet. Hasibuan dipercaya menjadi komandan pas**an tempur di garis depan. Bersama para pejuang, ia terlibat dalam berbagai pertempuran melawan pas**an Sekutu dan NICA di perbatasan Jakarta Timur hingga Bekasi.

Salah satu pertempuran paling dikenang adalah Pertempuran Sasak Kapuk pada 29 November 1945, ketika pas**an yang dipimpinnya menghadang kekuatan Sekutu. Atas perjuangannya tersebut Hasibuan dikenang warga Bekasi sebagai salah satu tokoh pejuang yang begitu dikenang semasa pergerakan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Madmuin Hasibuan pernah menjabat sebagai Ketua DPRDS Bekasi tahun 1950-1956. Madmuin Hasibuan wafat pada tahun 1961 dan dimakamkan di belakang Masjid Agung Al-Barkah, Bekasi.

Atas perjuangannya, masyarakat Bekasi menabalkan namanya menjadi nama jalan dan nama alun-alun di Bekasi.

Prof. Bakri Siregar adalah salah satu tokoh intelektual Indonesia yang patut dikenang. Lahir di Langsa, Aceh, pada 14 De...
29/07/2025

Prof. Bakri Siregar adalah salah satu tokoh intelektual Indonesia yang patut dikenang. Lahir di Langsa, Aceh, pada 14 Desember 1922, ia berasal dari keluarga Batak Angkola bermarga Siregar. Namanya dikenal luas sebagai kritikus sastra Indonesia, penulis naskah drama, cerpen*s, dan dosen yang pernah mengajar hingga ke luar negeri.

Sejak muda, Bakri telah aktif menulis. Salah satu karya awalnya, Tanda Bahagia, dimuat saat masa pendudukan Jepang. Bakri juga aktif dalam dunia jurnalis dalam surat kabar Kedaulatan Ra'jat yang terbit di Sipirok. Pandangan hidupnya banyak dipengaruhi oleh pemikiran sosialisme, yang ia dalami saat belajar di Uni Soviet. Ia menilai sistem tersebut mampu menciptakan pemerataan dan keadilan bagi rakyat.

Dalam karier akademiknya, ia pernah menjadi dosen Sastra Indonesia di:
Universitas Warsawa (Polandia),
Universitas Sumatera Utara (Medan),
dan Universitas Peking (Tiongkok).

Ia juga dikenal lewat buku Sedjarah Sastera Indonesia Modern I (1964), sebuah kajian sejarah sastra Indonesia dari sudut pandang Marxis.

Namun, yang paling dikenal dari perjalanan hidupnya adalah ketika ia bergabung dan kemudian menjadi pimpinan Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA)—organisasi kebudayaan yang menjadi sayap dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam Lekra, ia memainkan peran penting dalam membentuk arah seni dan sastra Indonesia yang berpihak pada rakyat.

Prof. Bakri Siregar wafat di Jakarta pada 19 Juni 1994 dalam usia 71 tahun. Meski sejarah mencatatnya dalam konteks kontroversi ideologi, kontribusinya dalam dunia pemikiran dan sastra Indonesia tetap menjadi bagian penting dari perjalanan budaya bangsa.

Idhan Dhanvantary Lubis lahir di Yogyakarta, 19 April 1949, dari keluarga Mandailing bermarga Lubis. Idhan tumbuh dalam ...
27/07/2025

Idhan Dhanvantary Lubis lahir di Yogyakarta, 19 April 1949, dari keluarga Mandailing bermarga Lubis. Idhan tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan, disiplin, dan spiritualitas. Ayahnya seorang perwira militer, ibunya sosok yang lembut dan religius. Sejak kecil, Idhan sudah akrab dengan buku, puisi, dan kontemplasi.

Dalam keseharian, Idhan dikenal pendiam, dan cenderung filosofis. Ia bukan anak muda yang penuh ambisi duniawi, melainkan pribadi yang menyukai kesunyian dan perenungan. Tak heran, ia sering menulis puisi dan menggambarkan alam sebagai ruang spiritual, juga mengagumi keindahan visual.

Ia merupakan adik dari Idhat Shidarama Lubis, seorang tokoh lingkungan hidup yang kelak mendirikan Indonesian Green Ranger. Semangat cinta alam dan pengabdian rupanya sudah mengalir dalam darah keluarga ini.

Saat menempuh pendidikan di bangku perguruan tinggi, Idhan mengambil jurusan arsitektur. Tapi hasratnya tak sepenuhnya tertambat pada gambar teknik. Ia lebih tertarik pada dunia ide, sastra, dan pencarian makna hidup. Di kampus, ia dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas namun sederhana, tidak s**a tampil menonjol.

Hidupnya berubah ketika ia bertemu dengan aktivis Mapala UI, seperti Herman O. Lantang dan Soe Hok Gie. Pertemanan inilah yang membawa Idhan mendaki gunung-gunung tinggi, hingga akhirnya menuju Mahameru tempat yang ia yakini sebagai gerbang surga, seperti kisah Pandawa dalam Mahabharata.

Idhan punya keyakinan kuat bahwa mendaki gunung bukan untuk menaklukkan, melainkan untuk mendekat pada Tuhan. Ia bahkan menulis:

“Aku tidak pernah berniat menaklukkan gunung! Mendaki gunung hanyalah bagian kecil dari pengabdian. Pengabdianku kepada YANG MAHA KUASA!”

Tanggal 16 Desember 1969, Idhan Lubis yang saat itu masih berusia 20 tahun dan Soe Hok Gie gugur diduga karena menghirup gas beracun di puncak Semeru.

Address

Padangsidempuan

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Jurnal Tabagsel posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Jurnal Tabagsel:

Share