19/06/2025
Jam Gadang: Mahakarya Arsitektur dan Penanda Waktu Kebanggaan Sumatera Barat
Jika berbicara mengenai jam antik paling populer di Indonesia, Jam Gadang adalah jawabannya. Berdiri megah di jantung kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Jam Gadang bukan sekadar penunjuk waktu raksasa, melainkan sebuah ikon kebanggaan, mahakarya arsitektur, dan saksi bisu perjalanan sejarah Minangkabau.
Dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazid Sutan Gigi Ameh dan Sutan Ginegih, di bawah pengawasan seorang insinyur Belanda, Jam Gadang merupakan hadiah dari Ratu Wilhelmina dari Belanda kepada Rookmaker, seorang sekretaris kota (controleur) Bukittinggi pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Keunikannya tidak hanya terletak pada ukurannya yang besar—tingginya mencapai 26 meter—tetapi juga pada desain arsitekturnya yang memadukan gaya Eropa dengan sentuhan lokal. Atapnya yang berbentuk limas empat tingkat menyerupai atap rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang, memberikan identitas kuat akan budaya setempat.
Salah satu fitur paling menarik dari Jam Gadang adalah sistem penomoran angka Romawi pada dialnya. Alih-alih menggunakan angka "IV" untuk empat, Jam Gadang justru menggunakan "IIII". Konon, ada berbagai cerita di balik kekhasan ini, salah satunya adalah untuk menghormati empat pekerja lokal yang meninggal selama pembangunan. Meskipun kebenaran pasti dari cerita ini masih diperdebatkan, hal ini menambah misteri dan daya tarik Jam Gadang.
Seiring berjalannya waktu, Jam Gadang telah melewati berbagai peristiwa bersejarah dan mengalami beberapa kali renovasi. Namun, esensinya sebagai penanda waktu yang akurat dan simbol kota Bukittinggi tetap tidak berubah. Setiap harinya, Jam Gadang menjadi titik fokus bagi para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, yang ingin mengagumi keindahannya, berfoto, atau sekadar menikmati suasana di sekitarnya.
Keberadaan Jam Gadang bukan hanya tentang nilai historis dan arsitekturalnya, tetapi juga tentang bagaimana ia telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan kebanggaan masyarakat Minangkabau. Ini adalah pengingat akan masa lalu yang kaya, ketahanan budaya, dan semangat yang terus berdetak seiring waktu.