30/07/2025
RUMAH BATANG SEKO, WARISAN YANG DITELAN ZAMAN
Di dataran tinggi Seko, Luwu Utara, masih berdiri sebuah jejak masa lalu yang tak banyak lagi dikenali: Rumah Batang Seko. Ini bukan sekadar bangunan lama yang usang dimakan waktu. Rumah Batang adalah bukti nyata kearifan nenek moyang kita, dibangun bukan hanya untuk berteduh, tapi juga untuk menyatu dengan alam, dengan cara hidup, dan dengan nilai-nilai yang dulu begitu dijaga.
Yang membuat rumah ini unik adalah tiang-tiangnya. Terbuat dari batang pohon utuh, bukan hasil potongan pabrik atau sambungan kayu modern. Kulit luarnya dikupas, lalu diletakkan di atas batu kali besar yang separuhnya tertanam di tanah, bukan ditanam langsung ke tanah seperti rumah-rumah sekarang. Cara ini bukan tanpa alasan, batu itu melindungi kayu dari kelembapan, rayap, dan kerusakan dini. Ini bukti bahwa orang dulu paham betul tentang lingkungan dan bagaimana bertahan di dalamnya.
Rumah Batang juga lahir dari semangat kebersamaan (Masyarakat Seko). Saat sebuah rumah dibangun, seluruh warga kampung ikut membantu. Tak ada upah, tak ada kontraktor, semua datang karena rasa memiliki. Karena di sana, rumah bukan cuma milik satu keluarga, tapi bagian dari kehidupan bersama.
Dulu, rumah-rumah seperti ini bisa kita temukan di banyak kampung di Seko, termasuk di Malimongan. Tapi perlahan, semua berubah. Rumah-rumah beton mulai menggantikan bentuk lamanya. Lebih praktis, katanya. Lebih cepat selesai dan kelihatan “modern.” Tapi bersamaan dengan itu, pelan-pelan kita kehilangan sesuatu yang lebih dalam: jati diri.
Kini, arsitektur Rumah Batang sudah semakin jarang digunakan. Hanya segelintir bangunan yang masih mempertahankan bentuk dan teknik lamanya, selebihnya telah berganti rupa. Seiring zaman bergeser, model rumah tradisional ini semakin tersisih, tertutupi oleh beton dan bata, oleh desain yang lebih seragam dan kehilangan akar lokalnya.
Sebagian masyarakat pun berspekulasi, bahwa membangun rumah dengan arsitektur seperti ini kini semakin sulit, terutama karena bahan utamanya batang kayu besar sudah jarang ditemui. Dulu, kayu-kayu semacam itu mudah ditemukan di hutan sekitar. Tapi sekarang, hutan telah banyak berubah. Kayu sebesar itu mulai langka, dan kalaupun ada, akses untuk mendapatkannya tak semudah dulu. Ini menjadi tantangan besar: bagaimana melestarikan warisan tanpa merusak alam yang tersisa? Bagaimana menjaga identitas tanpa mengorbankan keberlanjutan?
Namun, belum terlambat, kita masih punya waktu untuk mengenalkan kembali nilai-nilai di balik Rumah Batang ini kepada generasi muda. Bukan cuma bentuknya, tapi juga semangatnya rasa kebersamaan, kepedulian terhadap alam, dan kesadaran bahwa rumah adalah tempat kita kembali, bukan sekadar tempat tinggal.
Warisan budaya seperti ini tidak untuk ditinggalkan. Ia ada untuk diingat, dijaga, dan diwariskan. Karena lewat rumah-rumah lama itu, kita belajar tentang siapa kita sebenarnya.
📍 Lokasi: Dusun Se’pon, Desa Malimongan (Seko Lemo), Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.