04/10/2023
Kenapa (harus) sesayang itu kepada suami?
Bukankah tidak di perkenankan mencintai makhluk melebihi cinta kepada penciptaNya.
Lalu bagaimana dengan makna ikrar yang terucap “ Kuterima Nikahnya “ sebait sumpah, namun yang ikut tertanggung bukan hanya kehidupan, tapi juga beserta dosa yang ada pada wanitanya?
Juga bagaimana dengan “ Pabila engkau diperkenankan sujud kepada makhluk, maka sujudlah kepada suamimu. “
Bahkan cinta dan sayang yang melimpah ruah saja tidak cukup untuk menakar harus sebesar apa kepatuhan seorang istri.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Cinta tak sekedar cinta, sayangpun demikian. Ada ilmu, ada amal, ada adab, dan ada rasa takut kepada Allah. Menuruti pahala baginya, menyianyiakan maka kerugianlah yang diterima.
Siapa yang mau rugi?
Seandainya suami istri mengetahui lebih banyak amalan, dan pahala dari sebuah pernikahan. Maka mereka tidak akan melewatkan kesempatan walau hanya sekedar tersenyum, dan beraut ceria di hadapan pasangan.
Kenapa harus sesayang itu?
Karena Allah memerintahkan harus seperti itu.
Amal tidak terlihat, tapi dia tercermin lewat kesakinahan. Sebab demikianlah Surah Ar-Rum ayat 21 memberi gambaran. “ Supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. “
Saya selalu melihat bahwa pernikahan adalah sepenggal surga yang tercecer ke bumi. Dan taat kepada suami sebagai penyambungnya, lalu kematian sebagai pemutusnya.
Entah kepada siapa patuh dan taat sebesar ini akan berpindah, semua akan tetap sama. Tidak berkurang, dan harusnya bertambah. Bukan karena siapa orangnya nanti, tetapi ibadah tetaplah ibadah.
Maka kepada siapapun yang sedang menanti seorang yang akan dititipi tanggung jawab sebesar ini. Berhentilah memilih, tapi mintalah Allah yang pilihkan. Semoga, saja tidak cukup, tapi kamu harus menjadi apa yang kamu ingini. (An-Nur, 26)
Dan kepada yang masih diumur panjangkan ketaatannya, tugasmu itu mulia. Dan hanya sebatas dimulai dari terbitnya matahari, sampai terbenamnya mata suami.
Bahkan Asiyah yang bersuamikan Fir’aunpun di hadiahi surga sebelum kematiannya, tersebab ketaatannya.
Maka, jangan menunggu nanti, atau memilih sendiri. Karena menaungi luasnya lautan ujian dan sampai ke dermagaa ketaatan dengan bahtera tanpa Nahkoda, tidaklah mudah.
Jikalau engkau tidak cukup bekal mengetahui arah kompasnya, tersesat dan tenggelamlah kamu beserta penumpangnya (anak).
Tabarakallah.