14/10/2025
* Belajar dari kasus Trans7 ( Reaksi berlebihan kaum pesantren ? )
Mungkin banyak orang diluar sana yang heran melihat reaksi kaum santri ( khususnya para Santri-Santiwati Lirboyo ) yang tidak terima ketika Kh. Anwar Manshur direndahkan oleh video murahan dari TRANS7
Mungkin mereka juga akan mengatakan bahwa kita kaum santri denial dan anti-kritik, mungkin mereka juga akan menganggap bahwa reaksi kita terlalu berlebihan dan dibesar-besarkan, tapi kita bisa memaklumi itu, karena mungkin belum pernah tau bahwa :
Bagi kami kaum santri, meskipun guru kami bukan manusia sempurna, tapi bagi kami guru adalah segala-galanya
Bagi kami, meskipun tidak melahirkan kami, para guru adalah orang tua jiwa kami, yang sangat kami hormati layaknya ayah dan ibu kami
Bagi kami, meskipun guru kami tidak memberikan segalanya, tapi ilmu, didikan, perhatian dan doa yang ia berikan adalah sesuatu milik kami yang paling berharga, jangankan hanya reaksi dan pembelaan, jangankan hanya amplop berisi uang murahan, andai kami bisa persembahkan dunia seisinya sekalipun, itu tak akan sebanding dengan lautan kebaikan yang para beliau berikan
Bagi kami, bahagia guru adalah bahagia kami, kesedihannya adalah kesedihan kami, dan ridhonya adalah puncak keinginan kami, mungkin bagi kalian rasa ini unik, aneh bahkan berlebihan, tapi inilah yang para santri rasakan, sedangkan :
ู
ู ูู
ูุฐู ู
ุง ุนุฑู
โ orang yang tidak pernah merasakan tak akan pernah mengetahui โ
ada seorang sahabat, santri Baginda Nabi, Zaid Bin Datsinah namanya, saat itu ketika ditawan oleh para kafir Quraish ia ditanya :
โ apakah kau rela Muhammad menggantikan posisimu saat ini ? โ
ูุงููู ู
ุง ุฃุญุจ ุฃู ู
ุญู
ุฏุงู ุงูุขู ูู ู
ูุงูู ุงูุฐู ูู ููู ุชุตูุจู ุดููุฉ ุชุคุฐูู ูุฃูู ุฌุงูุณ ูู ุฃููู
โ demi Allah aku tak akan pernah rela beliau sekarang di tempatnya tertusuk duri sedangkan akan duduk bersama keluargaku โ
Abu Sufyan ketika itu hanya terperangah dan berkata :
โ Demi Allah, aku tidak pernah melihat seseorang mencintai seseorang, seperti para sahabat Muhammad mencintai Muhammad โ
Ya, lisan keadaan para santri dimanapun akan mengatakan seperti itu : jangankan sampai direndahkan dan disakiti, guru kami tersentuh duripun kami tak akan pernah rela ! Guru memang seberharga itu di hati kami
Kami kaum santri tidak denial, kami tidak anti nasehat dan kritik, kami diajarkan untuk bisa mengambil ilmu dan pelajaran dari siapapun, satu kata hikmah yang pernah kami dapatkan di pondok pesanten :
ุฎุฐ ุงูุญูู
ุฉ ู ูู ู
ู ุฃููุงู ุงูู
ุฌุงููู
โ ambilan pelajaran meskipun dari mulut orang gila โ
Juga ucapan dari Sayyidina Umar Bin Khattab :
ุฑุญู
ุงููู ุฃู
ุฑุฃ ุฃูุฏู ุฅูู ุนููุจู
โ semoga Allah menyayangi siapa saja yang menunjukkan kekuranganku โ
Tapi jika kritik itu sudah menjadi narasi menyesatkan yang merendahkan para guru kami, jangan pura-pura kagetan ketika kami bereaksi untuk membela marwah para ulama dan kiai, jangan salahkan kami jika menjadi yang paling terusik dan berisik
ุญูู ุณูุช ุฃูู ุงูุญู ุนู ุงูุจุงุทู ูุธู ุฃูู ุงูุจุงุทู ุฃููู
ุนูู ุญู
โ ketika orang yang benar diam saja menyaksikan sebuah kesalahan, maka orang yang salah akan mengira bahwa mereka ada diatas kebenaran โ
Maka demi itu Stop narasi menyesatkan tentang Pondok pesantren, lebih-lebih jika itu berkaitan dengan para orang tua kami, para Kiai sepuh yang selama ini dengan ikhlas dan tulus mewakafkan hidup mereka untuk mengajar dan mendidik kami para santri dan semua ummat Baginda Nabi, semoga bisa menjadi pelajaran yang memberi efek jera untuk Trans Tv dan media-media lainnya, juga menjadi kode keras untuk para Influencer yang akhir-akhir ini begitu rajin membuat konten menyesatkan dan merendahkan kaum pesantren hanya demi menarik likers dan viewers sebanyak-banyaknya, juga menjadi pengingat bahwa tidak ada santri yang tak tersakiti dan nyantai-nyantai jika gurunya direndahkan dan dihina, dari kalangan manapun, baik guru dari kalangan Kiai atau dari kalangan Habaib Baโalawi, sayangnya hal semendasar ini masih sering dilupakan bahkan oleh kalangan santri sendiri
Pada akhirnya, untuk menyikapi semua yang terjadi, lebih-lebih serangan kepada kaum pesantren yang datang bertubi-tubi, kita memang tidak harus berfikiran sama, tapi mari kita sama-sama berfikir
โข Ismael Amin Kholil, Kuala Lumpur, 14 Oktober, 2025