
26/09/2025
Siti Manggopoh: Srikandi Minang dalam Perang Belasting
Siti Manggopoh, seorang perempuan pemberani kelahiran Manggopoh, Agam, Sumatera Barat pada tahun 1880, namanya harum sebagai pemimpin Perang Belasting melawan penjajah Belanda pada tahun 1908. Keberaniannya memimpin pas**an menyerbu benteng Belanda di Manggopoh, yang berlokasi dekat dengan benteng Fort de C**k, menjadikannya simbol perlawanan dari Ranah Minang.
Sebelum pertempuran berkobar, Siti Manggopoh bersama suaminya, Rasyid Bagindo, berhasil menggalang kekuatan pasca-Perang Kamang. Dengan taktik gerilya, mereka melancarkan serangan dari dalam hutan, menyusup ke area pertahanan Belanda.
Berbekal senjata tradisional seperti parang, keris, ruduih, dan ladiang, Siti Manggopoh dengan gagah berani menyerang di malam hari. Semangatnya yang membara tercermin dalam motto hidupnya: "Setapak takkan mundur, selangkah takkan kembali." Sebelum menyerang, Siti dengan cerdik mengintai kondisi benteng sambil menggendong bayinya, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan dari pihak Belanda. Dari aksinya itu, ia berhasil mendapatkan informasi lengkap mengenai kekuatan musuh.
Saat penyerangan berlangsung, Rasyid Bagindo bertugas mengamankan area luar benteng, bersiap untuk memberikan perlawanan kedua. Pas**an Siti Manggopoh berhasil merangsek masuk dan melumpuhkan 53 pas**an penjaga Belanda. Meskipun terluka saat mundur, Siti dan pas**annya berhasil lolos dan melanjutkan perang gerilya dari dalam hutan. Semangat juang seorang ibu yang masih menyusui menjadi inspirasi bagi para pejuang lainnya.
Perang Belasting sendiri dipicu oleh kebijakan pajak yang berlebihan oleh Belanda. Walaupun tidak sebesar perlawanan pada masa Imam Bonjol, perang ini menjadi bukti persatuan masyarakat Minang dalam melawan penjajah.
Siti Manggopoh menghembuskan nafas terakhir pada 20 Agustus 1965 di Gasan Gadang, Pariaman, Sumatera Barat. Jenazahnya dimakamkan dengan upacara kenegaraan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara, Lolong, Padang. Pemerintah mengakui jasa-jasanya dengan menetapkannya sebagai Perintis Kemerdekaan sejak 1964, meskipun belum ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.