07/11/2023
Berlokasi di sebuah desa yang berada di kabupaten Jepara terdapat perkampungan pengrajin tenun yang cukup terkenal. Wilayah yang dimaksud adalah desa Troso kecamatan Pecangaan kabupaten Jepara . Lokasi desa ini tidak jauh dari kota Jepara dengan jarak 14 kilometer dari pusat kota. Kerajinan tenun Troso ini memiliki sejarah panjang sejak jaman kerajaan Mataram Islam.
Setiap tradisi dan warisan budaya yang dimiliki oleh Indonesia pasti memiliki nilai sejarah di dalamnya. Nilai-nilai sejarah tersebut sudah sepatutnya kita ketahui agar nantinya tradisi dan warisan budaya tersebut tidak hanya sekedar tradisi yang tidak memiliki nilai. Kita sebagai generasi penerus bangsa sudah sepatutnya mengetahui nilai sejarah yang terkandung di dalam setiap warisan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang.
Salah satu warisan budaya yang dimiliki oleh Indonesia dan syarat akan makna sejarah di dalamnya yaitu kain tenun. Ada banyak kain tenun di Indonesia, salah satunya yaitu Tenun Troso. Kain tenun Troso berasal dari daerah Jepara, Jawa Tengah, tepatnya ada di Desa Troso. Berikut ini asal usul kerajinan tenun Troso yang mengandung nilai-nilai sejarah di dalamnya.
Sebelum kita mengulik lebih jauh asal usul kain tenun Troso, ada baiknya kita pelajari terlebih dahulu apa itu kain tenun. Kain tenun adalah kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsi yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna kain.
Kain Troso dibuat secara tradisional menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Kain ini ditenun oleh pengrajin yang berasal dari desa Troso sendiri.
Kerajinan kain ikat termasuk kerajinan wastra tradisional yang diwariskan secara turun temurun ke generasi-generasi selanjutnya. Menurut tradisi lisan, asal usul Kain Tenun Troso dimulai pada saat masuknya agama Islam ke daerah Jawa Tengah dan sekitarnya, tepatnya pada saat berdirinya Kerajaan Mataram Islam.
Konon, sejarah tenun Troso dimulai saat pertama kali dipakai oleh Mbah Senu dan Nyi Senu dalam pertemuan dengan ulama besar yaitu Mbah Datuk Guanardi Singorejo saat berdakwah di Desa Troso. Pada saat itu, kain ini dibuat khusus untuk pelengkap pakaian orang terkenal dan terpandang di masyarakat.
Menurut penuturan masyarakat Desa Troso, warga setempat mengenal kain tenun ini sejak zaman kolonial Belanda. Pada tahun 1935, masyarakat masih menggunakan teknik sederhana saat membuat kain tenun, teknik tersebut dinamakan teknik tenun gedhong.
Kemudian saat keahlian mereka mulai berkembang, sekitar tahun 1943, warga Desa Troso mulai membuat kerajinan tenun dengan teknik pancal yang kemudian dinamakan tenun Pancal. Seiring berjalannya waktu, warga Desa Troso kemudian menggunakan alat yang lebih mudah dan efisien. Alat ini dinamakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Asal usul kain tenun Troso dan perkembangan hingga kondisi terkini dapat dibagi dalam beberapa fase :
Tahun 1935-1970.
Tahun 1970-1998.
Tahun 2099-2010.
Tahun 2010-2014.
Tahun 2014 hingga sekarang.
Sumber: Novi Ariani
Editor: KKPNEWS