Maghza Pustaka

14/10/2025

Buku kultum berbahasa sunda ini ditulis oleh seorang penyuluh agama Islam di Kabupaten Kuningan. Beliau sangat peduli terhadap pemahaman agama yang moderat.

H. Asep Nurdin memiliki dedikasi tinggi dalam menyebarkan dakwah yang menyentuh hati masyarakat, terutama dengan memanfaatkan bahasa yang mudah dipahami dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Melalui buku ini, H. Asep berhasil menyatukan dua hal penting: dakwah yang mencerahkan dan budaya lokal yang sangat kental.

Buku ini menyajikan berbagai tema penting mulai dari tauhid, akhlak, hingga moderasi beragama, yang diwarnai dengan pantun-pantun ringan dan penuh hikmah. Penulis tahu betul bagaimana membuat ajaran agama yang kadang terasa berat menjadi lebih mudah diterima.

Apa yang paling saya kagumi dari H. Asep Nurdin adalah cara beliau mengajak pembaca untuk lebih menghargai budaya Sunda dalam konteks agama. Beliau berhasil menghubungkan pesan-pesan agama dengan nilai-nilai lokal, menjadikannya lebih relevan dan mudah dipahami, terutama di kalangan masyarakat yang lebih akrab dengan bahasa daerah.

Saya pikir penyuluh dari Jawa Barat mesti punya buku ini, seperti halnya para penyuluh se-kabupaten Kuningan yang akan membaca buku ini untuk dijadikan materi kultumnya.

Ingin menerbitkan buku di Maghza Pustaka bisa hubungi https://wa.me/6289621448300

03/10/2025

19/07/2025

Sebuah perjalanan bisa mengubah cara pandangmu terhadap hidup, bahkan takdirmu sendiri.

Buku ini adalah kisah nyata Riza Almanfaluthi—seorang suami, ayah, sekaligus abdi negara—yang menapaki jejak spiritual menuju dua kota suci, Makkah dan Madinah. Ditulis dengan bahasa yang jujur dan mengalir, buku mengajak kita menyusuri lorong-lorong batin, dari riuhnya persiapan hingga keheningan Raudah, dari keraguan yang berguguran menjadi keyakinan yang menguatkan.

Buku ini adalah renungan tentang “mau, mampu, dan waktu”, tentang bagaimana kehendak Allah bekerja lewat cara-cara yang tak selalu kita pahami. Diselingi kisah-kisah ajaib dan refleksi mendalam, setiap halaman menjadi pintu untuk merenungi makna menjadi hamba yang berserah dan bersyukur.

Inilah rihlah jiwa, ketika Ka’bah tak lagi sekadar kiblat, tapi rumah yang menjawab tanya dalam diam sujudmu.