El Biru

El Biru Creator pemula
Author pemula

Hasil adukan hari ini bestie
18/10/2024

Hasil adukan hari ini bestie

Capek🥴🥴
17/10/2024

Capek🥴🥴

Enaknya dibikin apa nih
12/10/2024

Enaknya dibikin apa nih

Kubalas hinaan keluarga ibuku 01"Tanah bapak yang terjual kemarin hanya satu hektar, sisanya belum."ucap paman pada bibi...
04/10/2024

Kubalas hinaan keluarga ibuku 01

"Tanah bapak yang terjual kemarin hanya satu hektar, sisanya belum."ucap paman pada bibiku yang kelima, bik Ani namanya.

"Ini total uangnya 30 juta, kamu bilang mau renovasi rumah, pakai lah uang itu gunakan sebaik mungkin."paman masih melanjutkan ucapannya pada bibi yang hanya diam.

"Ini beneran boleh saya pakai buat renovasi rumah saya bang, nanti takut ada yang marah dan tidak setuju."tanya bibi yang tidak mau sembarang pakai, takut terjadi keributan.

"Tidak apa-apa pakailah dulu, nanti biar yang lain menjadi urusanku."balas paman meyakinkan bibi, dan akhirnya bibi mengiyakan apa yang disarankan paman pada bibi.

"Tapi uangnya abang saja yang pegang, nanti kalau aku butuh biarlah aku yang kerumah abang."ucap bibi yang sebenarnya masih ragu.

"Yasudah kalau begitu biar aku yang simpan, nanti sore aku akan ke rumah Siti untuk mengatakan hal ini."balas paman dan mengakhiri percakapannya dengan bibi.

Setelahnya paman segera berlalu keluar dan langsung pulang.

Siti adalah nama ibuku, seharusnya yang mendapatkan uang itu ya ibuku, kami lebih membutuhkan uang itu untuk renovasi rumah yang sudah bocor dimana-mana dan tinggal menunggu waktu rumah itu akan roboh dengan sendirinya, tapi mereka seperti tidak peduli saja dengan keluargaku.

Ibuku tak pernah marah apa saja yang dilakukan saudaranya dan tidak pernah menuntut apapun walau itu haknya sendiri, ibu malah membiarkan mereka begitu saja melakukan apapun sesuka mereka.

Itulah yang membuatku sangat membenci mereka tak peduli keluarga atau bukan.

____

Sore harinya paman datang kerumah menemui ibu, mungkin ingin membicarakan perihal uang tadi, sengaja tak ku beritahu ibu biarlah dia sendiri yang mengatakannya langsung pada ibu.

Dan tugasku hanya mendengarkan apa saja yang akan disampaikannya pada ibuku.

"Ti, uang hasil dari jual kebun kemarin abang berikan pada Ani untuk renovasi rumahnya".ucap pamanku langsung pada intinya saat kakinya baru melewati ambang pintu rumah kami bahkan tanpa mengucap salam, sangat tidak pantas untuk dicontoh.

Walau datang kerumah adik sendiri sebaik dan seharusnya bersikap sopan santun dengan mengucap salam agar menjadi contoh untuk para anak kecil yang melihat dan mendengarnya.

"Nanti kalau kebunnya terjual lagi baru akan abang berikan padamu, kamu juga belum mau renovasi kan rumahnya, rumahmu juga masih bagus ini."sambungnya saat sudah duduk berseberangan dengan ibuku yang tengah melipat baju, aku yang mendengarkan hanya menggerutu dalam hati.

Lihat saja, suatu saat nanti kalian akan mendapat balasan atas apa yang telah kalian lakukan pada ibuku.

Dan aku sangat yakin uang yang di janjikan untuk renovasi rumah bibi tersebut tidak akan di dapatkan kembali oleh bibi jika sudah, berada di tangan paman lagi, pria tamak itu kalau sudah diberi kepercayaan akan menguasai apapun yang dipercayakan padanya.

Apalagi bik Wati, kakak pertama dari ibuku, dia lebih menggilai yang namanya uang, mereka memang pantas menjadi saudara dengan sifat yang sama, aku sampai heran dengan takdir ibuku yang baik harus menjadi bagian keluarga mereka.

Ibuku anak ketiga dari enam bersaudara, satu laki-laki dan lima perempuan, bibiku yang keempat sedikit bodoh karena penyakit dan tidak akan mengerti apa-apa, apalagi sekarang tinggal di beda provinsi dengan kami karena ikut suaminya jadi mudah saja mereka untuk membodohinya.

"Terserah abang saja, aku ikuti apapun yang abang katakan, kalau memang Ani lebih membutuhkan berikan saja padanya."apa aku bilang, ibuku pasti akan mengikuti apa saja yang mereka katakan, bukan tak mau protes, ibu hanya tak ingin ribut dan membuatnya harus bermusuhan dengan saudara sendiri hanya karena uang.

"Baiklah kalau begitu abang pamit pulang dulu, masih banyak pekerjaan yang harus abang kerjai."eleh, bilang saja takut di marahi istri.

Suami istri sama saja pelit minta ampun dan lagi kalau meminjam apapun itu milik saudara dari suaminya pasti tak akan kembali lagi beruntungnya mereka tak pernah meminjam pada kami karena memang tidak memiliki apa-apa.

Dasar, sudah pada tua tapi tidak ingat dengan akhirat hanya memikirkan dunia yang hanya sementara ini.

"Ini ada sedikit untuk kau dan anak-anak, yang lain juga abang bagi sama rata, sisanya ya abang berikan ke Ani semua."setelah memberikan uang yang berjumlah lima ratus ribu tersebut pamanku yang bernama Rizal ini segera melangkahkan kaki keluar dan langsung pergi tanpa mengucapkan salam, seperti tak pernah di ajarkan etika saja.

____

Seminggu setelah kejadian pamanku datang ke rumah waktu itu, kini aku kembali bermain ke rumah bik Ani, dan saat itulah seseorang datang dan mengatakan sesuatu yang sudah bisa kutebak.

"Ani, uang itu tidak akan cukup untuk kamu gunakan renovasi rumahmu ini, lebih baik nanti saja tunggu terjual lebih banyak lagi, lagipula saat aku menanyakan pada orang-orang disini mereka juga bilang tidak akan cukup."sudah ku duga, inilah yang akan terjadi, uang itu tidak akan berguna untuk apa-apa, dan akhir dari uang tersebut hanya akan mereka gunakan untuk kebutuhan mereka dan foya-foya saja.

Bik Wati datang ke rumah bik Ani hanya utuk mengatakan hal tak berguna seperti itu, padahal ku ketahui uang tersebut hanya untuk tambahan dari tabung bik Ani untuk rumahnya, lalu uang itu akan mereka bagi dua oleh paman dan bik wati.

"Kalau tidak cukup ya sudah, apa boleh buat, aku tidak akan memakai uangnya, kalau kalian butuh silahkan kalian pakai saja."jawab bik Ani cuek, ia juga sudah menduga akan hal ini, sudah banyak tetangga yang mengatakan padanya jika bik Wati telah membagi uang itu dengan paman, dan ucapanya itu hanya akal-akalannya saja.

"Ya memang tidak akan cukup, lebih baik aku saja yang menggunakan uang itu untuk memperbaiki atap rumahku, pasti akan cukup."sungguh sangat muak mendengarkan alasan-alasan yang tidak masuk di akal itu, mana mungkin uang 30 juta tidak cukup hanya untuk tambahan saja.

Ingin menyela tetapi aku sadar,aku hanya seorang anak kecil yang tidak akan di dengar omongannya, jadi lebih baik aku diam dan mendengarkannya saja, tunggulah saat nanti aku dewasa kan ku buat kalian merasa omonganku pantas untuk didengarkan.

Kini aku hanya anak SMA yang berusia 16 tahun, dua tahun lagi akan tamat sekolah dan akan langsung bekerja, sebenarnya aku memiliki mimpi untuk melanjutkan sekolah tapi aku sadar akan ekonomi keluarga, sangat memprihatinkan, makan saja kami sering dikasih tetangga, jadi bila nanti sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri barulah aku akan melanjutkan sekolahku, aku tak ingin merepotkan orang tua.

"Ya pakai saja."singkat bik Ani cuek sekaligus kesal dengan kakaknya itu.

"Ya sudah kalau begitu kakak pulang dulu."datang hanya untuk mengatakan itu, melalui telepon juga bisa, tidak perlu berkoar-koar hingga di dengar oleh tetangga kiri kanan.

"Ya."jawab bik Ani singkat, setelahnya bik Wati langsung pulang, dia sama sekali tak mengajakku berbicara atau sekedar melihat, aku seperti tak nampak dan tak di anggap, baiklah akan ku terima dengan lapang hati.

"Bik, kalau begitu aku juga mau pulang, sudah sore kasihan emak dirumah pasti beberes sendirian."pamitku pada bik Ani.

Bik Ani ini orangnya sebenarnya baik hanya saja kalau kita salah bicara dikit saja yang tidak mengenakan hatinya ia akan langsung marah dan tak akan mau menegur sapa dengan kita.

"Iya nduk, hati-hati di jalan,titipkan salam bibik pada ibumu, sudah lama bibik tak bertamu kerumah kalian."pesan bik Ani saat aku akan pulang.

"Baik bik, assalamualaikum bik."salamku saat berada di ambang pintu.

"Wa'alaikumsalam."balas bik Ani.

Ku langkahkan kaki menuju rumah yang lumayan jauh, aku tidak memiliki kendaraan seperti orang-orang, jangankan motor, sepedapun aku tak punya.

Masih untung aku masih di beri kesehatan, itu sudah cukup bagiku.

Biarlah tak memiliki apa-apa tapi hidup aman dan tentram

dari pada punya banyak barang tapi hidup dikejar hutang yang bertumpukan di sana sini.

"Tanah bapak yang terjual kemarin hanya satu hektar, sisanya belum."ucap paman pada bibiku yang kelima, bik Ani namanya.

"Ini total uangnya 30 juta, kamu bilang mau renovasi rumah, pakai lah uang itu,gunakan sebaik mungkin."paman masih melanjutkan ucapannya pada bibi yang hanya diam.

"Ini beneran boleh saya pakai buat renovasi rumah saya bang, nanti takut ada yang marah dan tidak setuju."tanya bibi yang tidak mau sembarang pakai, takut terjadi keributan.

"Tidak apa-apa pakailah dulu, nanti biar yang lain menjadi urusanku."balas paman meyakinkan bibi, dan akhirnya bibi mengiyakan apa yang disarankan paman pada bibi.

"Tapi uangnya abang saja yang pegang, nanti kalau aku butuh biarlah aku yang kerumah abang."ucap bibi yang sebenarnya masih ragu.

"Yasudah kalau begitu biar aku yang simpan, nanti sore aku akan ke rumah Siti untuk mengatakan hal ini."balas paman dan mengakhiri percakapannya dengan bibi.

Setelahnya paman segera berlalu keluar dan langsung pulang.

Siti adalah nama ibuku, seharusnya yang mendapatkan uang itu ya ibuku, kami lebih membutuhkan uang itu untuk renovasi rumah yang sudah bocor dimana-mana dan tinggal menunggu waktu rumah itu akan roboh dengan sendirinya, tapi mereka seperti tidak peduli saja dengan keluargaku.

Ibuku tak pernah marah apa saja yang dilakukan saudaranya dan tidak pernah menuntut apapun walau itu haknya sendiri, ibu malah membiarkan mereka begitu saja melakukan apapun sesuka mereka.

Itulah yang membuatku sangat membenci mereka tak peduli keluarga atau bukan.

____

Sore harinya paman datang kerumah menemui ibu, mungkin ingin membicarakan perihal uang tadi, sengaja tak ku beritahu ibu biarlah dia sendiri yang mengatakannya langsung pada ibu.

Dan tugasku hanya mendengarkan apa saja yang akan disampaikannya pada ibuku.

"Ti, uang hasil dari jual kebun kemarin abang berikan pada Ani untuk renovasi rumahnya".ucap pamanku langsung pada intinya saat kakinya baru melewati ambang pintu rumah kami bahkan tanpa mengucap salam, sangat tidak pantas untuk dicontoh.

Walau datang kerumah adik sendiri sebaik dan seharusnya bersikap sopan santun dengan mengucap salam agar menjadi contoh untuk para anak kecil yang melihat dan mendengarnya.

"Nanti kalau kebunnya terjual lagi baru akan abang berikan padamu, kamu juga belum mau renovasi kan rumahnya, rumahmu juga masih bagus ini."sambungnya saat sudah duduk berseberangan dengan ibuku yang tengah melipat baju, aku yang mendengarkan hanya menggerutu dalam hati.

Lihat saja, suatu saat nanti kalian akan mendapat balasan atas apa yang telah kalian lakukan pada ibuku.

Dan aku sangat yakin uang yang di janjikan untuk renovasi rumah bibi tersebut tidak akan di dapatkan kembali oleh bibi jika sudah, berada di tangan paman lagi, pria tamak itu kalau sudah diberi kepercayaan akan menguasai apapun yang dipercayakan padanya.

Apalagi bik Wati, kakak pertama dari ibuku, dia lebih menggilai yang namanya uang, mereka memang pantas menjadi saudara dengan sifat yang sama, aku sampai heran dengan takdir ibuku yang baik harus menjadi bagian keluarga mereka.

Ibuku anak ketiga dari enam bersaudara, satu laki-laki dan lima perempuan, bibiku yang keempat sedikit bodoh karena penyakit dan tidak akan mengerti apa-apa, apalagi sekarang tinggal di beda provinsi dengan kami karena ikut suaminya jadi mudah saja mereka untuk membodohinya.

"Terserah abang saja, aku ikuti apapun yang abang katakan, kalau memang Ani lebih membutuhkan berikan saja padanya."apa aku bilang, ibuku pasti akan mengikuti apa saja yang mereka katakan, bukan tak mau protes, ibu hanya tak ingin ribut dan membuatnya harus bermusuhan dengan saudara sendiri hanya karena uang.

"Baiklah kalau begitu abang pamit pulang dulu, masih banyak pekerjaan yang harus abang kerjai."eleh, bilang saja takut di marahi istri.

Suami istri sama saja pelit minta ampun dan lagi kalau meminjam apapun itu milik saudara dari suaminya pasti tak akan kembali lagi beruntungnya mereka tak pernah meminjam pada kami karena memang tidak memiliki apa-apa.

Dasar, sudah pada tua tapi tidak ingat dengan akhirat hanya memikirkan dunia yang hanya sementara ini.

"Ini ada sedikit untuk kau dan anak-anak, yang lain juga abang bagi sama rata, sisanya ya abang berikan ke Ani semua."setelah memberikan uang yang berjumlah lima ratus ribu tersebut pamanku yang bernama Rizal ini segera melangkahkan kaki keluar dan langsung pergi tanpa mengucapkan salam, seperti tak pernah di ajarkan etika saja.

____

Seminggu setelah kejadian pamanku datang ke rumah waktu itu, kini aku kembali bermain ke rumah bik Ani, dan saat itulah seseorang datang dan mengatakan sesuatu yang sudah bisa kutebak.

"Ani, uang itu tidak akan cukup untuk kamu gunakan renovasi rumahmu ini, lebih baik nanti saja tunggu terjual lebih banyak lagi, lagipula saat aku menanyakan pada orang-orang disini mereka juga bilang tidak akan cukup."sudah ku duga, inilah yang akan terjadi, uang itu tidak akan berguna untuk apa-apa, dan akhir dari uang tersebut hanya akan mereka gunakan untuk kebutuhan mereka dan foya-foya saja.

Bik Wati datang ke rumah bik Ani hanya utuk mengatakan hal tak berguna seperti itu, padahal ku ketahui uang tersebut hanya untuk tambahan dari tabung bik Ani untuk rumahnya, lalu uang itu akan mereka bagi dua oleh paman dan bik wati.

"Kalau tidak cukup ya sudah, apa boleh buat, aku tidak akan memakai uangnya, kalau kalian butuh silahkan kalian pakai saja."jawab bik Ani cuek, ia juga sudah menduga akan hal ini, sudah banyak tetangga yang mengatakan padanya jika bik Wati telah membagi uang itu dengan paman, dan ucapanya itu hanya akal-akalannya saja.

"Ya memang tidak akan cukup, lebih baik aku saja yang menggunakan uang itu untuk memperbaiki atap rumahku, pasti akan cukup."sungguh sangat muak mendengarkan alasan-alasan yang tidak masuk di akal itu, mana mungkin uang 30 juta tidak cukup hanya untuk tambahan saja.

Ingin menyela tetapi aku sadar,aku hanya seorang anak kecil yang tidak akan di dengar omongannya, jadi lebih baik aku diam dan mendengarkannya saja, tunggulah saat nanti aku dewasa kan ku buat kalian merasa omonganku pantas untuk didengarkan.

Kini aku hanya anak SMA yang berusia 16 tahun, dua tahun lagi akan tamat sekolah dan akan langsung bekerja, sebenarnya aku memiliki mimpi untuk melanjutkan sekolah tapi aku sadar akan ekonomi keluarga, sangat memprihatinkan, makan saja kami sering dikasih tetangga, jadi bila nanti sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri barulah aku akan melanjutkan sekolahku, aku tak ingin merepotkan orang tua.

"Ya pakai saja."singkat bik Ani cuek sekaligus kesal dengan kakaknya itu.

"Ya sudah kalau begitu kakak pulang dulu."datang hanya untuk mengatakan itu, melalui telepon juga bisa, tidak perlu berkoar-koar hingga di dengar oleh tetangga kiri kanan.

"Ya."jawab bik Ani singkat, setelahnya bik Wati langsung pulang, dia sama sekali tak mengajakku berbicara atau sekedar melihat, aku seperti tak nampak dan tak di anggap, baiklah akan ku terima dengan lapang hati.

"Bik, kalau begitu aku juga mau pulang, sudah sore kasihan emak dirumah pasti beberes sendirian."pamitku pada bik Ani.

Bik Ani ini orangnya sebenarnya baik hanya saja kalau kita salah bicara dikit saja yang tidak mengenakan hatinya ia akan langsung marah dan tak akan mau menegur sapa dengan kita.

"Iya nduk, hati-hati di jalan titipkan salam bibi pada ibumu, sudah lama bibi tak bertamu kerumah kalian."pesan bik Ani saat aku akan pulang.

"Baik bik, assalamualaikum bik."salamku saat berada di ambang pintu.

"Wa'alaikumsalam."balas bik Ani.

Ku langkahkan kaki menuju rumah yang lumayan jauh, aku tidak memiliki kendaraan seperti orang-orang, jangankan motor, sepedapun aku tak punya.

Masih untung aku masih di beri kesehatan, itu sudah cukup bagiku.

Biarlah tak memiliki apa-apa tapi hidup aman dan tentram

dari pada punya banyak barang tapi hidup dikejar hutang yang bertumpukan di sana sini.

Tida hari tanpa kesawah💥
04/10/2024

Tida hari tanpa kesawah💥

05/11/2023

Malam buat yang masih bangun😊

05/11/2023

Happy weekend gaes🌹

Address

Abdurrahman
Pelawan

Telephone

+6282386892723

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when El Biru posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share