14/11/2025
Rasman, seorang pria miskin dari desa terpencil, putus asa setelah hidupnya terus direndahkan dan cintanya ditolak. Dalam keputusasaan itu ia bertemu Mbah Karsono, dukun penjaga hutan keramat, yang menawarkan pesugihan dengan syarat mengerikan: setiap kali Rasman ingin hartanya bertambah, satu istrinya harus dijadikan tumbal.
Tanpa pikir panjang, Rasman menerima perjanjian itu. Ritual pertama berhasil—sawahnya panen besar dan emas muncul di tanahnya. Sejak hari itu, Rasman menikah berkali-kali, dan setiap istri yang dinikahinya mati secara misterius. Untuk menjaga kekayaan, ia terus mencari perempuan baru, hingga jumlah istrinya mencapai dua belas. Di rumah megahnya, ia menyimpan peti berisi 13 rambut perempuan sebagai syarat terakhir perjanjiannya.
Kecurigaan mulai tumbuh ketika Sari, istri ke-6, memergoki ritual gelap Rasman di hutan dan menghilang tanpa jejak. Di waktu yang sama, anak angkatnya, Adi, menemukan catatan pesugihan yang menyebut: jika tumbal tidak lengkap menjadi tiga belas, keturunan Rasman akan menjadi korban berikutnya.
Saat tubuhnya mulai melemah, Rasman mencari istri terakhirnya—yang ke-13. Ia menikahi seorang perempuan bernama Nisa, tanpa tahu bahwa Nisa bukan manusia, melainkan jelmaan dari semua arwah istri yang ia tumbalkan. Pada malam pernikahan, wajah Nisa berubah menjadi sosok mengerikan, dan rumah Rasman terbakar hebat. Rasman ditemukan hangus di tengah ruangan, sementara lukisan-lukisan para istrinya tersenyum tenang.
Kutukan itu tak berhenti. Anak cucu Rasman tumbuh kaya namun dihantui musibah aneh dan kematian tragis. Adi mencoba mengakhiri kutukan itu, tapi ia pun hilang setelah bertemu bayangan tiga belas perempuan di hutan keramat.
Puluhan tahun kemudian, rumah besar peninggalan Rasman dibiarkan kosong. Warga sering melihat tiga belas sosok perempuan berdiri berbaris di teras setiap malam Jumat Kliwon. Dan konon, arwah Rasman masih berkeliling mencari tumbal baru, membisikkan kepada lelaki yang serakah:
“Satu tumbal lagi… agar harta tetap mengalir.”