28/10/2025
BENAR ATAU SALAH ...?
Di sebuah kampung kecil, hiduplah seorang lelaki miskin bernama Hasan. Setiap hari, ia bekerja keras memikul karung berisi pasir di pinggir jalan. Bajunya lusuh, tangannya kasar, dan wajahnya letih. Tapi setiap kali ia pulang, senyum istrinya dan tawa anak-anaknya menyambutnya dengan hangat.
Suatu sore, saat Hasan sedang beristirahat di bawah pohon, lewatlah sebuah mobil mewah. Dari balik jendela kaca, ia melihat seorang pria berpakaian rapi duduk tenang di dalamnya. Hasan menatap mobil itu lama sekali, dan dalam hatinya terlintas rasa iri.
“Enak sekali jadi orang kaya,” gumamnya lirih.
“Punya mobil besar, rumah megah, tak perlu lelah memikul pasir seperti aku…”
Hari itu, Hasan pulang dengan hati berat. Ia makan dengan diam, tak seperti biasanya. Istrinya menatapnya khawatir.
“Abang kenapa?” tanyanya lembut.
“Tidak apa-apa,” jawab Hasan pendek. Tapi dalam hatinya ada gelombang kecil bernama ketidaksyukuran.
Malamnya, hujan turun deras. Hasan tak bisa tidur. Ia termenung di teras rumah, memikirkan hidupnya yang serba kekurangan.
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara mobil berhenti. Ia terkejut, karena itu mobil yang tadi siang dilihatnya.
Dari dalam mobil itu keluar seorang pria kaya — wajahnya sama, tapi kini matanya sembab, basah oleh air mata. Ia berdiri di depan makam kecil di tepi jalan, membawa seikat bunga. Hasan mengintip dari balik pagar.
Pria itu berlutut dan berbisik lirih,
“Anakku… seandainya kamu masih hidup, semua ini tak ada artinya. Rumahku besar, tapi sunyi tanpa tawamu…”
Hasan terdiam. Ia menunduk. Dalam sekejap, matanya basah.
Ia sadar, orang yang tadi dikiranya hidup bahagia ternyata memikul luka yang lebih dalam daripada kemiskinannya.
Malam itu, Hasan kembali ke rumahnya, memeluk anak-anaknya erat-erat, lalu menatap istrinya dengan mata berkaca-kaca.
“Maafkan Abang,” katanya, “tadi siang Abang lupa bersyukur. Rupanya, kebahagiaan bukan di dompet… tapi di hati yang masih bisa bersyukur.”
Sejak hari itu, Hasan bekerja dengan hati yang ringan. Ia tetap miskin dalam harta, tapi kaya dalam rasa. Ia belajar satu hal besar:
“Bukan semua orang kaya itu bahagia, dan bukan semua orang miskin itu sengsara. Tapi setiap orang yang bersyukur, itulah yang benar-benar kaya.”
"Syukur bukan tentang memiliki segalanya, tapi tentang menyadari betapa berharganya apa yang kita punya saat ini.
Sebab kebahagiaan bukan dari banyaknya harta, tapi dari hati yang tenang karena selalu bersyukur kepada Allah."