Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI)

Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI) Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI) "Komunitas Penggiat Sejarah Perjuangan Bangsa dan Sahabat Para Pejuang Indonesia" KH. Indonesia. http://www.kcpi.or.id

Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI) "Komunitas Penggiat Sejarah Perjuangan Bangsa dan Sahabat Para Pejuang Indonesia" Jl. Wahid Hasyim Jurang Mangu Timur Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, Banten.

FRANS KAISIEPO PAHLAWAN DARI PAPUA Dari Penjara Belanda Hingga Panglima Rahasia: Sang Pahlawan Menjadi Mata dan Tangan K...
01/11/2025

FRANS KAISIEPO PAHLAWAN DARI PAPUA

Dari Penjara Belanda Hingga Panglima Rahasia: Sang Pahlawan Menjadi Mata dan Tangan Komando Mandala di Bumi Cenderawasih

BIAK — Ketika genderang perang Operasi Trikora ditabuh Presiden Soekarno pada 19 Desember 1961, seorang pria dari Biak telah lama menanti momen ini. Dia adalah Frans Kaisiepo (1921–1979), tokoh yang tidak hanya bersuara lantang menentang Belanda, tetapi juga menjadi ujung tombak perjuangan fisik di medan perang Papua yang ganas. Kisah perjuangannya dalam Operasi Trikora adalah saga tentang keberanian, kecerdasan strategis, dan pengorbanan di balik layar.

Dari Penjara ke Medan Juang
Ketika Trikora dideklarasikan, Frans Kaisiepo baru saja menghirup udara bebas setelah menjalani masa penahanan yang panjang oleh Belanda (1954–1961) karena aktivitasnya yang pro-Indonesia. Alih-alih gentar, semangatnya justru makin membara.

Belanda sempat mencoba merekrutnya menjadi anggota delegasi Nieuw-Guinea Raad (Dewan Papua) untuk melegitimasi klaim mereka, namun Kaisiepo menolak mentah-mentah. Baginya, hanya ada satu tujuan: merdeka bersama Indonesia.

Peran Kunci dalam Fase Infiltrasi Trikora (1962)
Operasi Trikora dibagi menjadi tiga fase: Infiltrasi, Eksploitasi, dan Konsolidasi. Peran Kaisiepo sangat vital pada fase Infiltrasi, yaitu pendaratan pasukan-pasukan khusus Indonesia secara rahasia di wilayah Irian Barat.

1. Intelijen dan Jaringan Lokal

Begitu Belanda lengah, Kaisiepo segera menggunakan jaringan lamanya di berbagai suku Papua yang telah ia bangun sejak era Partai Indonesia Merdeka (PIM) pada 1946. Jaringan ini menjadi mata dan telinga Komando Mandala di lapangan.

Informasi vital mengenai posisi patroli Belanda, jalur aman pendaratan, hingga ketersediaan logistik di pedalaman Papua berhasil ia sampaikan kepada pasukan infiltrasi TNI. Tanpa intelijen ini, banyak misi penyusupan mungkin akan gagal total. (Sumber: Kesaksian Veteran Trikora, Arsip Militer TNI)

2. Menyatukan Suku dan Logistik.

Kaisiepo berkeliling ke berbagai wilayah, termasuk Biak, Manokwari, hingga daerah-daerah pedalaman, untuk melakukan propaganda pro-Indonesia dan menggalang dukungan penuh dari masyarakat adat.

Ia berhasil meyakinkan banyak kepala suku dan pemuda Papua untuk membantu menyembunyikan, memberi makan, dan menjadi penunjuk jalan bagi pasukan TNI yang mendarat di hutan belantara Papua. Suku-suku ini juga bertindak sebagai pembawa pesan rahasia melintasi wilayah musuh yang sulit ditembus. (Sumber: Buku "Gerilya di Hutan Papua", Laporan Komando Mandala)

3. Menumpas Loyalis Belanda.

Jaringan Kaisiepo tidak hanya membantu TNI, tetapi juga aktif dalam melumpuhkan pengaruh dan jaringan loyalis Belanda di kalangan penduduk lokal. Ini sering melibatkan konfrontasi verbal, sabotase kecil, hingga pengungkapan informan Belanda.

Ia memastikan bahwa ketika pasukan Belanda mencoba mendapatkan informasi dari penduduk lokal, mereka akan mendapatkan informasi yang salah atau menyesatkan, sehingga membingungkan strategi Kompeni.

Akhir Perang dan Kemenangan
Berkat perjuangan kolektif ini, Operasi Trikora berhasil mencapai tujuannya, tidak hanya melalui pertempuran militer tetapi juga melalui tekanan diplomatik. Perjanjian New York (15 Agustus 1962) akhirnya mengakhiri pendudukan Belanda di Irian Barat.

Frans Kaisiepo, dari seorang nasionalis yang lantang di Konferensi Malino, hingga menjadi komandan gerilya non-resmi yang tak tergantikan di lapangan, adalah pahlawan sejati yang memastikan Irian Barat kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Sumber-Sumber Utama Berita:

1. "Tri Komando Rakyat: Pembebasan Irian Barat" oleh Djamhari, S. (1995) – Mengulas peran tokoh lokal Papua dalam mendukung Trikora.

2. Biografi Pahlawan Nasional Frans Kaisiepo (Diterbitkan oleh Pemerintah RI, berbagai edisi) – Mencatat rekam jejak politik dan penahanan oleh Belanda.

3. Kesaksian Veteran Operasi Trikora (Arsip Lisan TNI dan media nasional) – Menggambarkan peran jaringan lokal dan pemimpin seperti Kaisiepo di lapangan.

4. Arsip Nasional Republik Indonesia – Dokumen terkait Konferensi Malino dan laporan intelijen Belanda mengenai aktivitas pro-Indonesia di Papua.

5. Laporan-Laporan Komando Mandala (Dokumentasi militer) – Merinci strategi infiltrasi dan peran dukungan lokal.

Keberadaan kendaraan roda empat atau mobil yang pertama di wilayah Asia ternyata bukan di Jepang atau di Korea, tapi di ...
01/11/2025

Keberadaan kendaraan roda empat atau mobil yang pertama di wilayah Asia ternyata bukan di Jepang atau di Korea, tapi di Hindia Belanda(sekarang Indonesia).
Pemiliknya bukan pejabat kolonial Belanda atau orang kaya Eropa, tapi orang pribumi, yaitu Sultan Pakubuwono X raja Kasunanan Surakarta.

Sultan Pakubuwono X memesan kendaraan roda empat ke produsen mobil Benz & Cie(cikal bakal Mercedes-Benz Jerman) pada tahun 1894.
Tipe mobil yang dipesan adalah Benz Victoria Phaeton, produk tipe pertama dari Benz & Cie yang konon harganya pada waktu itu 10.000 gulden.

Kepemilikan barang yang dulu masih dianggap aneh, paling modern dan super mewah ini membuktikan bahwa wilayah negara kita sebenarnya merupakan wilayah yang kaya raya.

Sebelum dikenal sebagai Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto adalah sosok muda sederhana yang ditempa oleh kerasny...
27/10/2025

Sebelum dikenal sebagai Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto adalah sosok muda sederhana yang ditempa oleh kerasnya kehidupan. Perjalanannya menuju tampuk kekuasaan bukanlah hasil keberuntungan, melainkan buah dari ketekunan, kecerdasan, dan keuletan menghadapi masa-masa sulit yang pernah ia alami.

Lahir di Desa Kemusuk, Yogyakarta, Soeharto tumbuh dalam lingkungan yang jauh dari kemewahan. Sejak kecil, hidupnya diwarnai perpindahan dari satu rumah ke rumah lain. Pada usia 8 tahun, ia dititipkan kepada bibinya di Wuryantoro, Wonogiri, karena orang tuanya tak mampu membiayai kehidupannya. Di rumah sang bibi yang menikah dengan seorang mantri tani bernama Prawirowihardjo, Soeharto mulai mengenal disiplin dan tanggung jawab nilai yang kelak membentuk karakternya sebagai pemimpin.

Di bawah asuhan keluarga bibinya, Soeharto berkesempatan memperoleh pendidikan di Schakel Muhammadiyah Yogyakarta. Namun, kehidupan tidak serta-merta menjadi mudah. Setelah lulus, cita-citanya untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi harus ia pendam sementara karena keterbatasan biaya. Ia pun memutuskan bekerja, berusaha mencari jalan untuk membiayai masa depannya sendiri.

Dalam pencarian pekerjaan itu, Soeharto sempat mengalami masa-masa sulit. Ia berpindah-pindah tempat dan bahkan nyaris kehilangan harapan. Hingga akhirnya, keberuntungan datang dalam bentuk kesempatan kecil menjadi pembantu klerek di Bank Desa (Volks-bank) di Wuryantoro.

Setiap hari, ia mengayuh sepeda keliling kampung bersama sang klerek, mengenakan beskap dan blangkon Jawa, menjalankan tugas dengan tekun. Walau pekerjaan itu tidak bergengsi, Soeharto tetap menjalaninya dengan semangat. Dari Kamin, sang mantri Bank Desa, ia belajar pembukuan dan administrasi. Hanya dalam waktu dua bulan, ia sudah menguasai sistem pembukuan sepenuhnya bukti kecerdasannya yang luar biasa.

Namun, nasib kembali mengujinya. Suatu hari, kain yang ia kenakan sobek tersangkut di sadel sepeda yang rusak satu-satunya pakaian layak kerjanya. Ia mendapat teguran dari bibinya dan penghinaan dari atasannya. Soeharto pun kembali menganggur.

Tapi justru dari titik terendah itu, jalannya menuju militer terbuka. Saat penerimaan KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda) dibuka, Soeharto mendaftar dan diterima dengan pangkat sersan. Ia menunjukkan keteguhan dan kedisiplinan luar biasa. Ketika Belanda menyerah kepada Jepang, Soeharto pun mengikuti pendidikan Polisi Jepang (Keibuho) dan lulus dengan predikat terbaik.

Tak berhenti di situ, ia kemudian bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air) organisasi militer bentukan Jepang. Dari situlah Soeharto mulai meniti karier militernya dengan tekad dan disiplin yang tak tergoyahkan, hingga akhirnya sejarah mencatatnya sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di Indonesia.

Masa kecilnya yang sederhana dan penuh perjuangan menjadi fondasi kuat bagi karakter kepemimpinannya di kemudian hari. Soeharto belajar langsung dari kerasnya hidup: bahwa kesabaran, kerja keras, dan kemampuan bertahan dalam kesulitan adalah kunci untuk mencapai puncak.

Pemuda yang bernama asli Margana ini lahir di wilayah barat Bogor, Rumpin(Kecamatan sek.). Ia termasuk tipikal pemuda se...
27/10/2025

Pemuda yang bernama asli Margana ini lahir di wilayah barat Bogor, Rumpin(Kecamatan sek.).

Ia termasuk tipikal pemuda sederhana tapi gemar berorganisasi. Margonda muda pernah belajar Analis Kimia di Balai Penyelidikan Kimia Bogor(Analysten Cursus te Buitenzorg) lembaga kecil dibawah Indonesische Chemische Vereniging yang berdiri sekitar 1915. 1950an tempat ini menjadi Sakma dan sekarang Smakbo. 1940an Margonda pernah mengikuti kadet cadangan penerbang di Batavia namun tidak lama karena Jepang masuk Maret 1942.

Sekitar Juli-Agustus 1944 ia bersama rekannya di Bogor mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia. Setahun kemudian ia bergabung dengan BKR Bogor dan berjumpa dengan senior dari PETA seperti Tb.Muslihat di Markas jl.Cikeumeuh (Museum Perjuangan Bogor sek.).

Ketika lasykarnya ikut bergabung Yon I TKR/Res.II/Bogor mengadakan suatu penyerangan di sekitar Kali Bata(sungai yg mengalir sekitar Tanah Baru Depok Utara yg bermuara ke Ciliwung) dan berisiatif melempar bom(molotov:cmpran minyak tanah+karbit) tiba-tiba peluru menembus dadanya dari wil lawan yaitu pemukiman orang-orang belanda depok(di duduki Sekutu/Belanda),

ia dan Sutomo rekannya gugur 16 November 1945. Kedua jenazahnya sempat di makamkan dekat Sta.Bogor sebelum akhirnya dipindahkan di Dreded Bondongan. Namanya sudah menjadi wacana untuk nama jalan utama sebelum Depok berpisah dari Kabupaten Bogor.

Pasukan Pengawal Membawa Tandu yang berisi Panglima Besar Soedirman Yang sedang Sakit dalam perang Gerilya
27/10/2025

Pasukan Pengawal Membawa Tandu yang berisi Panglima Besar Soedirman Yang sedang Sakit dalam perang Gerilya

RUDY WOWOR menantu Jendral Polisi Hoegengsumber : youtube
21/10/2025

RUDY WOWOR menantu Jendral Polisi Hoegeng

sumber : youtube

3 Jendral Besar Bintang 5 di Indonesia.
21/10/2025

3 Jendral Besar Bintang 5 di Indonesia.

Teknik Dasar Menerbangkan pesawat
18/10/2025

Teknik Dasar Menerbangkan pesawat

Seragam Loreng TNI Terbaru 2025
12/10/2025

Seragam Loreng TNI Terbaru 2025

Foto Dokumentasi Pernikahan Megawati Soekarno Putri dan Almarhum Taufik Kemas
07/10/2025

Foto Dokumentasi Pernikahan Megawati Soekarno Putri dan Almarhum Taufik Kemas

Pada 3 Oktober 1965, Tim yang terdiri dari Anggota KKO tampak sedang bersiap untuk segera masuk ke dalam sumur tua di Lu...
06/10/2025

Pada 3 Oktober 1965, Tim yang terdiri dari Anggota KKO tampak sedang bersiap untuk segera masuk ke dalam sumur tua di Lubang Buaya dalam rangka pengambilan jenazah tujuh pahlawan revolusi.

Address

Jalan KH. Wahid Hasyim RT. 04/RW. 04 Jurang Mangu Timur
Pondok Aren
15222

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI) posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Tentang KCPI

Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI) dalah Komunitas Penggiat Sejarah Perjuangan Bangsa dan sahabat Para Pejuang Indonesia. Bantuan dan Donasi untuk operasional Komunitas dapat dikirim ke No. Rekening BCA 3452157362 a.n Heri Eriyadi Safitri (Founder KCPI).