Andini Putri Vlog

Andini Putri Vlog konten random ✅
Gosip selebritis 🙏❎✅
cerita novel ✅
(1)

Aku diam-diam menikah lagi saat istriku di rumah sakit. Di tengah acara pernikahan keduaku, tiba-tiba istriku mengatakan...
12/08/2025

Aku diam-diam menikah lagi saat istriku di rumah sakit. Di tengah acara pernikahan keduaku, tiba-tiba istriku mengatakan sudah ada di rumah, dia memberiku kejutan yang membuatku menyesal seumur hidup

DOA ISTRI PERTAMA MENDATANGKAN DERITA
(1)

“Selamat ya, Mas. Akhirnya kamu mendapatkan pendamping baru. Kamu sudah bebas sekarang, tidak perlu lagi mengurus aku yang berpenyakitan.”

Deg!

Jantungku seperti berhenti berdetak mendengar suara Nilam. Darimana dia tahu kalau aku sudah menikah lagi?

“Sa-sayang. Apa maksudmu? Mas tidak mengerti.” Aku langsung menutup pintu kamar pengantin dan mengunci dari dalam, jangan sampai ada yang tiba-tiba masuk.

“Jangan lupa ambil barang-barangmu di rumah. Aku tidak mau ada satupun barangmu yang tertinggal.”

“Nil-”

Tut ....

Sambungan telepon langsung terputus sebelum aku selesai bicara.

“Argh!”

Kenapa Nilam bisa tahu soal pernikahan ini? Orang tuaku saja tidak tahu.

Dia pasti akan menerima setelah kujelaskan. Aku tidak ingin kehilangannya, aku sangat mencintai Nilam.

Kusambar kunci mobil tanpa memperdulikan mereka yang meneriaki ku. Saat ini aku hanya ingin mendatangi Nilam, takut jika dia berbuat hal konyol.

Mobil milik Nilam masih terparkir di pekarangan rumah. Aku langsung turun, berlari menuju pintu masuk.

Keningku mengernyit saat aku tidak bisa membuka pintu, menempelkan ibu jari bahkan memasukkan pin tidak membuat pintu rumah langsung terbuka.

Dia menggantinya?

Kriet!

Pintu terbuka sebelum aku menekan bell. Nilam mendorong keluar dua koper besar dan bisa kupastikan itu adalah barang-barangku.

“Kurang baik apa aku ini. Sudah kukemasi semua barang-barangmu agar kau tidak perlu berlama-lama di sini.”

“Sayang ....”

“Kenapa masih berdiri di situ? Pergilah. Pengantinmu pasti menunggu.”

Suara Nilam terdengar begitu santai, tapi aku bisa melihat luka dari sorot matanya.

“Sayang. Mas minta maaf.” Aku berniat meraih tangannya namun dia malah mundur seolah tak ingin kusentuh.

“Maafmu kuterima tapi kehadiranmu tidak akan lagi kudamba. Semoga saja istri barumu bisa mendampingi saat kau melarat nanti. Dan jangan harap dia bisa sepertiku.”

“Kenapa kamu bicara begitu! Kamu itu istriku, jelas kamu harus ada disampingku dalam kondisi apapun. Kalau Mas melarat kamu juga yang susah nanti.” Tanganku mengepal mendengar perkataannya.

Baru sekarang aku melihat Nilam bicara sekasar ini. Dia seperti mendoakan aku kembali miskin seperti dulu. Aku jelas tidak akan mau, tidak mudah bagiku ada di posisi sekarang. Butuh waktu panjang dan juga perjuangan, dia tidak tahu bagaimana jatuh bangunnya aku karena dia hanya ada di rumah.

Nilam menyeringai, “Sebelum menikah denganmu aku bekerja, bisa memiliki penghasilan sendiri dan setelah berpisah denganmu tidak sulit bagiku menjalani kehidupan seperti dulu. Kalau kau mengira aku tak bisa tanpamu, kau salah besar, Mas. Aku bisa tanpamu, Mas. Ingat, aku ini istri yang sudah kau jatuhi talak tiga. Apa perlu aku ingatkan, betapa kejamnya dirimu yang meninggalkan aku yang sedang berjuang melawan penyakit malah kau berikan talak.”

“Saat itu Mas dalam keadaan kalut, ada masalah besar di kantor dan kamu malah terus ingin ditemani.”

Dia menganggukkan kepalanya, kulihat matanya sudah berembun dengan bibir bergetar seperti menahan tangis, “Dalam keadaan apapun talak yang kau ucap tidak bisa ditarik lagi jadi silahkan pergi. Nikmati hari-hari manis bersama pengantimu sebelum nanti kau harus menelan pahitnya empedu,” ujarnya lalu melangkah masuk dan menutup pintu.

Aku tidak tahu jika Nilam sudah p**ang dari rumah sakit bahkan yang membuatku kaget dia juga tahu soal aku yang sudah menikah dengan Laras.

Memang salah jika aku menikah lagi? Aku akan adil pada Nilam dan juga Laras, karena Nilam yang berulang kali keguguran membuatku tidak tega melihatnya jika harus hamil dan berujung hal yang sama. Aku menikahi Laras juga agar bisa memiliki keturunan. Perusahaanku harus ada yang menjalankan, karena aku tidak akan selalu muda.

Baru saja aku berniat menekan bell, ponsel langsung berdering.

“Mas ... kamu dimana? Cepat kembali.” Suara Laras begitu mendayu dari ujung telepon membuatku tidak tega untuk menolak.

Kuhela napas panjang sebelum meninggalkan rumah itu. Rumah yang kuberikan pada Nilma sebagai hadiah untuk hari jadi pernikahan kami yang ketujuh tahun lalu.

***

Pikiranku terganggu, bayangan wajah Nilam berkelebat di dalam benak. Hatiku berdenyut nyeri membayangkan dia menangis sendirian karena ulahku.

Sengaja aku tidak memberitahu siapapun karena menghindari agar Nilam dan orang tuaku tidak marah. Tapi kenapa bisa Nilam sampai tahu. Jika Nilam tahu, sudah pasti orang tuaku juga akan tahu cepat atau lambat.

Kuhempaskan bokongku di kursi yang ada di teras. Orang-orang sibuk membereskan bekas resepsi.

“Laki-laki busuk sepertimu memang tidak pantas mendapatkan wanita sebaik Nilam.”

Aku terperanjat mendengar suara itu dan sontak menoleh, mengerutkan kening, mengingat siapa wanita di depanku ini.

“Hatiku teriris melihat sahabatku dikhianati begini.”

“Dea ....” Aku baru mengingatnya, “kau yang memberitahu Nilam soal ini?”

Dea melemparkan amplop coklat tepat di wajahku, “Aku kembalikan uangmu itu. Andai tahu dari awal kau yang menikah, aku tidak akan sudi menjadi MUA untuk jalang itu. Tanganku malah kotor nantinya.”

“Jaga ucapanmu!” pekik Laras yang tiba-tiba ada di sampingku.

“Jangan bangga hanya karena sudah merebut suami orang, menghancurkan kebahagiaan orang lain. Ingat doa orang yang terzalimi itu mudah sekali terkabul. Kalian siap-siap saja.” Dea berbicara sakras sebelum pergi begitu saja.

“Ya ampun, ternyata Laras itu merebut suami orang?”

“Baru bangganya lagi dia pamerkan ternyata hasil curian.”

“Masih punya harga diri dia sampai membuat pesta pernikahan ini.”

“Kasihan sekali istri pertamanya.”

“Sebentar lagi juga mereka menderita. Pelakor itu berteman akrab dengan karma.”

Beberapa orang yang ada disana langsung mencibir

“Diam kalian!” bentak Laras, “kalian di sini aku bayar ya.”

“Cih. Kami tidak sudi bekerja untuk pelakor sepertimu, lagi p**a belum ada uang yang kami terima. Anggap saja itu sumbangan untukmu yang s**a mencuri,” ujar salah seorang wanita paruh baya bertubuh tambun.

“Iya, betul. Ayo, mending kita pergi saja.”

“Mas. Mereka menghinaku.” Laras bergelayut manja di lenganku.

Aku mengurut pelipis yang terasa berdenyut, baru saja satu hari dan hal-hal seperti ini malah bermunculan membuat kepalaku seperti akan pecah.

“Tidak usah didengarkan. Ayo masuk.” Aku merangkul pundaknya masuk ke dalam mobil.

Niatnya memang kami mau ke hotel yang sudah disiapkan. Selain karena ingin anak, jujur aku memang tertarik pada Laras sejak dia pertama kali bekerja di kantorku. Dia selalu berpenampilan menarik, membuatku sulit menjauhkan pandangan darinya.

“Mas, bulan madu kita ke Swiss ya.”

“Aku masih banyak pekerjaan. Dan-”

“Mbak Nilam? Bisa tidak kamu jangan memikirkan dia kalau kita lagi berdua, Mas. Bikin kesel tahu.” Dia yang tadi bersandar mesra di pundakku langsung menjauh.

“Iya, maaf.”

“Aku maafin tapi belikan kalung ya. Aku bosan sama kalung ini.”

Aku hanya mengangguk. Selama perjalanan menuju hotel hanya dia yang terus berceloteh, aku hanya menyahut sesekali karena masih merasa kalut dengan sikap Nilam.

“Mas, ponsel kamu bunyi.”

Aku terhenyak saat Laras menepuk pundakku. Segera kutepikan mobil dan menjawab telepon dari kakakku.

“Kenapa, Mbak?”

“Ke rumah sakit sekarang. Di rumah sakit dekat rumah,” ucap Mbak Dilla..

“Siap-”

Sambungan telepon diputus sepihak. Ingatanku langsung tertuju pada Nilam.

“Turun, Ras.”

“Loh, kenapa kamu minta aku turun di sini. Hotel masih jauh loh, Mas.”

“Turun! Kamu pakai taksi, ini ada hal darurat.”

“Hal apa yang lebih penting dari aku, Mas?” Dia sangat keras kepala.

“Turun, Laras!” Nada suaraku meninggi membuatnya tersentak, “jangan membuatku marah.”

Bersambung ….
Tayang di KBM App sudah tamat.
Judul : DOA ISTRI PERTAMA MENDATANGKAN DERITA
Penulis : andrianisilviar

Setelah Sahabatku Berkhianat (1)"Aku terpaksa menikahinya karena kasian tak lebih."Langkahku berhenti depan kamar sahaba...
12/08/2025

Setelah Sahabatku Berkhianat (1)

"Aku terpaksa menikahinya karena kasian tak lebih."

Langkahku berhenti depan kamar sahabatku begitu mendengar kalimat tersebut berasal dari suara lelaki yang sangat familier.

"Apakah setelah menikah dengannya kita akan tetap seperti ini, Ryan sayang?"

Itu suara Miranda, sahabatku yang selama ini aku anggap sebagai teman sejati. Suaranya begitu manja penuh rasa ingin tahu.

"Tetap seperti ini... seperti ini.... "

Sejenak hening, tak terdengar suara.

Tanganku mengepal tak memedulikan kartu undangan pernikahan yang aku

genggam menjadi rusak, seperti hatiku yang rusak.

"Tentu saja, kamu adalah tipe idealku, cantik dan s.ksi, sedangkan Nilam kamu tahu sendiri bagaimana penampilannya sehari-hari. Cupu banget."

"Ya ampun, Ryan, kamu benar-benar manis."

Tawa keduanya berderai memenuhi telingaku, seolah-olah menertawakan kebodohanku yang selama ini memercayai sandiwara keduanya.

"Oh, Ryan, jika aku tipe idealmu mengapa kamu tak menikah saja denganku?"

Kepalaku mendidih, napasku keluar tak beraturan. Bersiap meledakan emosi pada dua makhluk tak tahu diri itu.

"Sabar, aku harus menikah dulu dengannya agar rencanaku berhasil, Miranda."

Rencana? Apa yang Ryan rencanakan dengan menikah denganku? Aku bahkan gadis m1$kin yang tak memiliki harta.

Dengan tangan gemetar aku membuka kenop pintu perlahan dan malah terpaku menatap pemandangan itu sampai kartu undangan pernikahan yang aku genggam terjatuh ke lantai.

Amarah yang meluap-luap barusan entah menguap ke mana? Melihat pemandangan di sana, lututku lemas, hatiku porak poranda.

Allah, apakah ini adalah mimpi? Aku berusaha memejamkan mata menghela nafas, tetapi tak ada yang berubah.

Tanganku bergerak mencubit pipiku sendiri dan terasa sakit.

Menyadari semuanya adalah nyata aku mundur sambil menutup mulut sendiri menahan aeiolak dalam dada yang
meluap-luap. Mengambil kartu undangan dari lantai lalu menutup kembali pintu kamar.

Aku balik badan, merasakan detak jantung yang terasa berat dan napas yang semakin sesak, melangkah dengan kaki gemetar, masih berharap semuanya adalah mimpi.

Sampai beberapa kali menabrak bahu orang lain di lorong dan kena omel lalu menabrak kuli yang membawa karung di tangga sampai barang bawaannya jatuh melewati anak tangga.

Aku hanya mengatakan maaf pada mereka, tak memiliki kekuatan lebih untuk membantu.

Segera memacu motorku meninggalkan gedung kosan dan menaikkan kecepatannya tak sabar ingin segera sampai rumah.

Sebuah rumah yang aku tempati bersamacalon ibu mertua yang sebenarnya adalah dosenku sendiri di kampus.

Sebetulnya, kendaraan sore itu cukup padat, tetapi aku tetap nekat menyalip kendaraan orang lain dan beberapa kali menyalip kendaraan besar.

Ingin segera sampai rumah dan menceritakan kebsu.kan Ryan pada ibunya sendiri. Ya, aku akan memutuskan pernikahan ini, tak sudi rasanya menikah dengan lelaki seperti itu.

Saking fokusnya pada Ryan, aku tak sempat menghindar ketika sebuah mobil dari arah berlawanan menghantam kendaraanku.

Aku terlepas dari motorku, melayang di udara.

Apakah ini adalah akhir dari kisah hidupku?

Dikh14nati calon suamiku lebih mirisnya lagi ia berkb14nat dengan sahabatku
sendiri.

Baca selengkapnya di KBM app
Judul: Setelah Sahabatku Berkh14nat
Penulis: Airlangit

DILAMAR TU4 B4NGKA DINIKAHI BOSS TAMPAN (1)KBM BAB 1EPISODE KAMU HARU MAU....."Yang bener aja Mama mau aku nikah sama pr...
12/08/2025

DILAMAR TU4 B4NGKA DINIKAHI BOSS TAMPAN (1)
KBM BAB 1

EPISODE KAMU HARU MAU.....

"Yang bener aja Mama mau aku nikah sama pria tua bangka itu," ucap Erina kesal setelah mendengar apa yang ingin disampaikan Mamanya.

"Mama nggak punya pilihan lain Erina. Perusahaan kita sedang tidak baik-baik saja, kalau kamu menerima lamaran Pak Hutama, perusahaan kita akan terselamatkan," ucap Maya.

"Nggak bisa, enak aja aku harus nikah sapa Pak Hutama. Kenapa bukan Mama aja yang nikah sama dia?"

"Erina ... Pak Hutama bilang dia hanya Mau sama anak-anak Mama, dan cuma kamu yang bisa menolong Mama."

"Mama tega lihat aku hidup nggak bahagia sama pria tua bangka itu??

Apa kata semua teman-teman aku nanti Ma. Aku bisa malu, masa cantik-cantik begini nikahnya sama tua bangka??"

Maya juga tidak mau melakukan hal itu, tapi dia terpaksa, cuma Pak Hutama yang bisa menolong perusahaannya yang sekarang sedang tidak baik-baik saja. Pak Hutama mau membantu asalkan setuju menerima lamarannya untuk putrinya. Maya sangat tahu kalau Erina pasti akan menolak, tapi dia tidak punya pilihan lain sekarang. Kalau dia tidak menyetujuinya, pasti dia akan jatuh miskin.

"Suruh Inara aja yang nikah sama pak Hutama ma, dia juga nggak guna tinggal di sini." Rendi mengusulkan hal itu pada Mamanya.

"Nah bener, mending Inara norak itu aja yang nikah sama Pak Hutama. Dia cocok sama Pak Hutama."

Malam harinya Inara baru p**ang bekerja dan dia segera di sidang di ruang tamu.

"Kamu harus menikah sama Pak Hutama biar perusahaan Mama terselamatkan," kata Maya tanpa basa basi.

"Apa??

Pak Hutama??" Inara mengerutkan kening ketika Mamanya menyebut nama Pak Hutama.

ya, dia ngelamar Erina, tapi Erina nggak bisa karena Erina sudah punya pacar."

"Aku juga udah punya pacar Ma, aku juga nggak bisa," tolak Inara. Bagaimana bisa lamaran untuk Erina justru diberikan padanya.

"Lo pantes sama Pak Hutama, jadi Lo yang cocok buat dia," ucap Rendi saat itu.

"Ma--" Inara ingin protes tapi mamanya seketika memo-tong ucapannya.

"Kamu akan menikah dengan Pak Hutama, tidak ada tawar menawar." Setelah mengatakan itu Maya pun meninggalkan Inara di sana.

"Ngapain nangis, udah sih terima aja, setidaknya Lo bisa bahagia kalau nikah sama aki-aki itu. Lama-lama juga Lo bakalan bahagia. Dia banyak duit, jadi Lo nggak perlu
apek-capek kerja lagi kan??"

"Bener banget, kamu kan anak yang nggak dianggap sejak kecil, jadi kamu pergi dari sini juga nggak bakalan ada yang kangen," kata Erina dan membuat Inara semakin sakit.

Sejak kecil dia memang sudah dibedakan oleh Mama dan juga kakak-kakaknya. Erina memang jauh lebih cantik dari Inara, apa lagi Erina pintar makeup dan semakin membuat Erina terlihat cantik. Erina juga pintar, tak seperti Inara yang selalu memiliki nilai yang pas-pasan. Dan sejak kecil dia selalu saja dibandingkan dengan Erina. Semua kakaknya pun lebih menyayangi Erina dari pada Inara.

"Kamu bukan anak Papa dan Mama, buktinya kamu je-lek dan bo-doh. Jangan-jangan pas kecil kamu di pungut dari tempat sampah sama Mama dan Papa." Hinaan itu sering Inara dengar dari kakak dan adiknya dulu dan hal itu membuat Inara jadi insecure sejak kecil. Dia tidak percaya diri dan sulit untuk bergaul dengan teman-temannya.

Beberapa teman Inara bahkan selalu saja ada di pihak Erina dan selalu berakhir menjauhi Inara

Sejak kecil orang-orang mengira kalau Inara itu anak pembantu karena ketika mengambil raport di sekolah, bukan Mamanya yang datang, melainkan pembantu rumah yang selalu datang untuk mengambil raport miliknya, alasannya Mamanya malu karena nilai Inara selalu buruk dan membuat Mamanya lebih memilih mengambil raport milik Erina.

Inara tidak pernah protes karena dia sadar kalau dia memang tidak dicintai seperti Erina, padahal mereka sama-sama anak kandung. Atau ... Mungkin memang Inara memang cuma anak pungut, itulah yang sering Inara pikirjan dan membuatnya tidak pernah protes.

"Tolak aja Nara, kamu juga berhak bahagia Nak. Kamu tidak perlu mengikuti keinginan nyonya Maya yang selama ini selalu pilih kasih." Bu Siti mendatangi Inara dan
Chelarangnya untuk menerima perjodohan itu, karena Bu Siti tidak rela kalau Inara menikah dengan pria tua yang pantas untuk menjadi Ayahnya dari pada suaminya.

"Kata Mama sama Kak Rendi, aku nggak ada gunanya juga di sini Bu, jadi mungkin lebih baik aku menuruti apa keinginan Mama."

"Nggak perlu Nara ... Kamu jangan berkorban Nak ... Biarkan saja Erina yang menikah dengan pria itu. Sejak awal kan memang yang dilamar Erina, bukan kamu."

"Mungkin ... Ini bentuk bakti terakhirku buat Mama dan semoga setelah aku pergi dari sini Mama jadi punya sedikit rasa sayang sama aku Bu."

Bu Siti sangat sedih melihat Inara yang terpaksa menerima permintaan Mamanya
ntuk menikah dengan rekan bisnis Mamanya, padahal lamaran itu untuk Erina, tapi justru Inara yang dipaksa untuk menikah dengan pria tua itu.

Keesokan harinya ketika Inara hendak pergi bekerja tiba-tiba saja Erina muncul dengan seorang pria.

"Aku akan menikah dengan Mas Vano sebentar lagi." Erina melingkarkan tangannya pada Vano, pria yang selama ini dis**ai Inara.

"Ma, kenalin ini calon suami aku, namanya Vano. Kami berencana akan menikah," kata Erina.

Erina mendekati Inara dan berbisik. "Maaf ya, pria yang kamu s**ai sejak dulu, lebih s**a sama aku dan akan menikah denganku." Erina tersenyum mengejek.

Next.......
Baca selengkapnya di KBM app
Judul: dilamar tua bangka dinikahi bos tampan
Penulis By: Nafisa ica



Dalam barisan taqdir..........KBM bab 1"Ngapain kamu ke sini, Vin? Mau ngemis balikan?"Suara itu tajam, penuh ejekan, me...
12/08/2025

Dalam barisan taqdir..........

KBM bab 1

"Ngapain kamu ke sini, Vin? Mau ngemis balikan?"

Suara itu tajam, penuh ejekan, menusuk tepat ke jantungnya.

Vina berdiri tegak, tangannya mencengkeram erat map berkas di dadanya. Udara panas di sekitar batalyon seperti tak ada artinya dibandingkan bara yang membakar dadanya saat ini.

Di hadapannya, Desi, wanita yang telah menggantikan posisinya sebagai pacar Rangga berdiri dengan senyum angkuh, menggandeng lengan calon suaminya erat, seolah sengaja menunjukkan kemenangan.

Persis seperti yang dulu dilakukan Vina.

Vina menarik napas, menahan emosinya yang bergolak. Tapi sebelum sempat menjawab, Desi kembali menyambar, kali ini lebih tajam.

"Atau... kamu ke sini buat ngajuin pernikahan? Bukannya kamu udah dibuang Rangga? Dia udah milih aku buat jadi Persit-nya."

Vina tetap diam. Namun, dalam hatinya, luka lama itu menganga kembali.

Ia masih ingat jelas hari di mana dunianya hancur, hari di mana Rangga, lelaki yang ia dampingi sejak SMA, tiba-tiba memutuskan semuanya.
"Kita harus putus, Vin."

Kata-kata itu jatuh begitu saja di hadapan Vina. Suara Rangga datar, tanpa emosi. Seperti angin yang membawa kabar buruk, tapi tanpa belas kasih.

Sejenak, dunia terasa membeku.

"Apa?" suaranya nyaris berbisik, tapi matanya berbicara lebih banyak dari bibirnya yang bergetar.

"Kita putus, Vin."

Rangga menyandarkan tubuh ke kursi, seakan pernyataan itu hanyalah sebuah formalitas. Seolah hubungan mereka yang bertahun-tahun bisa disimpulkan dalam dua kata singkat.

Dada Vina terasa sesak. Tangannya yang tadi menggenggam sendok kini menggigil. "Kenapa?" tanyanya lirih.

Rangga menatapnya, tetapi tidak dengan sorot yang biasa. Tidak ada lagi kehangatan di sana, hanya kehampaan.

"Maaf, aku nggak melihat masa depan sama kamu."

Vina tertawa kecil, meskipun hatinya remuk.

"Jadi... selama ini kita ini apa, Rangga? Kamu serius denganku atau hanya menjadikanku
Wengisi waktu? 10 tahun loh, bukannya dulu janjimu kita menikah di usia 25, tahun ini?"

Rangga tidak langsung menjawab. Dia meraih gelas kopinya, menyesapnya perlahan, sebelum akhirnya meletakkannya kembali dengan bunyi pelan yang justru menambah ketegangan.

"Mungkin kita memang nggak jodoh."

Vina menggigit bibir. Tangannya mengepal di atas pangkuan, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang.

"Maaf, " kali Rangga berucap lebih pelan.

Vina tertawa getir. "Lucu sekali. Bertahun-tahun aku menemanimu, menunggumu, berusaha memahami kerasnya hidup sebagai seorang tentara... "

"Aku tidak ingin memperpanjang ini, Vin."

"Jadi, begitu saja?" Vina mencondongkan tubuhnya ke depan, menatapnya lebih tajam. "Setelah semua yang kita lalui? Semua yang kita rencanakan?"

"Aku tidak mau kita saling menyakiti lebih jauh."

"Aku sudah cukup tersakiti."

Rangga diam. Vina bisa melihat rahangnya mengeras, tapi ia tetap tidak berkata apa-apa.
berkata apa-apa.

Keheningan di antara mereka begitu menyiksa.

Tunggu, jika Vina sudah putus dengan Rangga, untuk apa ia ke batalyon membawa berkas pengajuan nikah?

Halo, Semuanya!

Bab 1-10 memang lebih pendek, tapi tenang, mulai Bab 11 ceritanya lebih panjang! Jangan lupa like, komen, dan subscribe!

Sayang kalian banyak-banyak

Next baca selengkapnya di KBM app
Judul dalam barisan taqdir
Penulis: Fierda way

DIKIRA KULI TERNYATA SULTAN PART 6Episode ada yang kangen.........H-1 Pernikahan.Titt..Tit....Tittttt..Suara klakson mob...
12/08/2025

DIKIRA KULI TERNYATA SULTAN PART 6

Episode ada yang kangen.........
H-1 Pernikahan.

Titt..Tit....Tittttt..

Suara klakson mobil terdengar sangat membisingkan sehingga aku yang berada di dalam rumah segera melangkah keluar melihat keadaan luar. Aku segera mendekat ke sebuah mobil bewarna putih yang masih menghidupkan klakson.

"Mbak, apa-apaan tenda dipasang di tengah jalan, aku mau lewat," teriak Laras di dalam mobil menyorakiku.

Memang tenda pelaminan yang aku pesan seminggu yang lalu dalam proses pemasangan. Aku memesan tenda kecil saja, sesuai dengan anggaran kami yang minim ekonomi. Lagi p**a hanya tenda kecil yang bisa di pasang di depan rumahku, tepatnya di jalan depan rumah. Kami pun sudah meminta

izin kepada pak RT untuk menggunakan separuh jalan itu.

Memang biasa bagi warga meminjam jalan untuk acara pesta, lagi p**a jalanan di kampungku tidak terlalu sering dilalui mobil, sehingga aman-aman saja dipasang tenda yang biasa akan menyisihkan sedikit ruang untuk motor lewat.

4

Padahal kemaren kami sudah memberitahu Bude, dikarenakan di kampung kami hanya rumah Bude yang memiliki kendaraan mobil. Kami meminta izin untuk dua hari saja mereka tidak bisa mengendarai mobil dulu, lagi p**a dua hari itu pun hari libur. Bude sudah mengiyakan karena waktu itu kami datang bersama Pak RT untuk mendiskusikan hal ini.

Namun, ternyata anaknya Bude entah tidak tahu atau bagaimana, tiba-tiba mengelakson seperti kesetanan di samping tenda.
"Maaf Laras, untuk sementara mobil tidak bisa lewat. Kami udah mintak izin pada Pak RT. Bude pun sudah mengetahui ini, apa bude tidak menyampaikan padamu? Putar balik saja, lalu tukar dengan mengendarai motor supaya bisa lewat," ucapku detail kepadanya.

"Emangnya siapa kamu, Mbak? Kamu yang punya jalan? enggak kan? Kenapa bisa kamu jadi penguasa jalan seperti ini?" Laras sudah keluar dari mobil dan kini di hadapanku dengan kalimat-kalimat tajam yang keluar dari mulutnya.

Aku hanya diam sejenak sambil menatap datar kepadanya. Dimanakah rasa kekeluargaannya? Apa dia tidak pernah menganggapku sebagai saudaranya? Padahal selama ini aku tidak pernah menjahatinya apalagi merebut apupun darinya,yang ada dia yang pernah menggoda lalu merebut tunanganku dulu. Aku heran dengan perempuan satu itu. Memang sama persis sifatnya dengan budeku. Susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah. Itulah kalimat yang sesuai untuk ibu dan anak tersebut.

"Aku hanya orang biasa yang sudah meminjam jalan ini pada Pak RT. Lagi p**a aku cuma meminjam dua hari saja. Bukannya dulu kamu pesta juga meminjam jalan?" ucapku sudah mulai kesal.

"Aku dulu pinjam bukan untuk tenda ya, tapi untuk papan bunga dan parkir. Biasalah tamu orang kaya. Padahal udah dibilangin, orang susah ga usah aja ngadain pesta, ini malah dipaksain sampai minjam jalan segala untuk pasang tenda. Aku mau keluar tau ga, aku mau jalan-jalan mumpung hari libur. Tidak bisa pakai motor panas-panasan. aku lagi perawatan kulitjadi harus pakai mobil. Udah cepat copot tenda ini, beri aku lewat!"

Haduh, manusia satu ini ada saja jawabannya. Bukannya nolongin rewangan, dia malah ingin bertamasya ria. Memang seperti tidak ada ikatan saudara di antara kami. Sama seperti ibunya yang juga tidak hadir membantu-bantu, padahal seluruh tetangga pada ikut serta membantu masak-masak dan sebagainya.

"Ga semudah itu Ras. Orang udah capek-capek masang tenda malah kamu suruh copot. Memang ga ada hati kamu. Sengaja kayak gini kan? Kamu ga s**a aku nikah dan ngadain pesta kan? Emang aku ada masalah apa sama kamu? Sampe segitunya kamu sama aku?"

ucapanku tak bisa terkontrol lagi.

Aku sudah muak dengan tingkah kekanak-kanakannya.

"Ada ana ini?" ucap seorang laki-lakibaru saja datang menghampiri kami yang tengah bersitegang. Dia adalah Mas Denis.

Laras segera memeluk laki-laki itu erat dengan menampilkan raut wajah sedih. "Mas, Mbak Cia marahin aku. Padahah aku cuma mau lewat pake mobil."

Sumpah aku ingin muntah melihat adegan yang terpampang nyata di hadapanku. Laras tidak lebih seperti pelakon antagonis yang sedang pura-pura tersakiti sekarang.

"Bilangin ke istri kamu itu, cuma dua hari saja mobilnya tidak bisa lewat di sini." Tegasku.

"Mas, padahal aku mau jalan-jalan," ucap Laras dengan nada mengiba.

"Udah ya sayang, cuma dua hari saja kok kata Mbak mu. Minggu depan kita jalan-jalannya ya," jawab Mas Denis lembut, namun aku beridikmendengar percakapan dua insan yang berusaha romantis di depan publik itu. Apa mereka sedang memanas-manasiku sekarang? Sorry aku biasa saja.

Tak lama kemudian, seorang laki-laki petugas pemasangan tenda datang menghampiriku.

"Permisi Bu Cia, barusan ada kurir bunga datang dan menitipkan ini kepada saya, katanya dari Mas Langit untuk Buk Cia," ucapnya sambil menyerahkan sebuah bucket bunga mawar segar bewarna merah muda kepadaku.

Dari Mas Langit?

Aku dan Mas Langit memang tidak ketemu dua pekan ini. Kami memutuskan untuk tidak saling bertemu hingga hari pernikahan tiba.
Aku tersenyum tipis memperhatikan bucket bunga tersebut dimana ada terselip sepucuk surat di sana. Ingin segera kubaca, namun kusurutkan karena ada dua makhluk pengganggu di hadapanku.

"Dari calonmu Mbak? Sok romantis p**a gayanya pake ngirimin bunga segala. Aduh udah jelas banget pasti calonmu om-om ganjen," ucap Laras seketika mengusik kebahagianku.

"Apa sih Ras? Emang kamu ga pernah ya diberi suamimu bunga?" Aku sudah terlalu dongkol hingga tidak bisa lagi menahan amarahku. Biar saja, memang Laras harus dilawan sekali-kali biar dia tidak seenaknya.

Kulirik Mas Denis memasang raut wajah kesal, barangkali ucapanku benar.

"Jangan terlalu bahagia Cia calonmumengelabuimu. Masak kamu mau dengan laki-laki kere itu. Mending pikir-pikir lagi sebelum terlanjur menikahinya," ucap Mas Denis ke arahku.

Namun aku hanya diam tak menghiraukan.

"Mas, apaan sih, kok kamu seakan perhatian kepada Mbak Cia?" Laras seketika marah setelah mendengar ucapan suaminya kepadaku.

Aku tetap diam sambil menyaksikan.

"Mana ada perhatian, Mas cuma ngingetin aja." Laki-laki itu membela diri.

"Mas, kamu masih ada rasa sama Mbak Cia? Ayo jujur Mas!"

"Tidak sayang. Jangan salah paham. Mas cuma memberi tahu. Tidak lebih."

"Serius, Mas? Aku ga percaya."

Terjadilah pertengkaran diantara suami istri tersebut. Sayang aku tidak peduli. Lebih baik aku pergi dan menyimpan bunga pemberian dari calon suamiku. Aku juga tak sabar membaca sepucuk surat darinya.

Apa Mas Langit sedang kangen kepadaku?

Baca selengkapnya ada di KBM app
Judul dikira kuli ternyata sultan
Penulis:Shasya Rahman



Kepingan hati yang hilang part 2KBM bab 1Episode: Kep**angan tanpa pelukanTampak mereka sudah pergi dengan sebuah mobil ...
12/08/2025

Kepingan hati yang hilang part 2

KBM bab 1

Episode: Kep**angan tanpa pelukan
Tampak mereka sudah pergi dengan sebuah mobil berwarna hitam. Aku meminta supir taxi yang masih menungguku dari tadi, untuk mengikutinya.

"Ikuti mobil hitam itu, pak!"

Sesuai intruksiku, supir itupun mengikuti mobil yang di naiki Raisa dan Andre.

Hatiku bergemuruh, antara marah, sakit, dan tidak percaya saat mobil kami mengikuti mereka dari belakang.
Tuhan, beginikah sakitnya menyaksikan pengkhianatan dari orang yang aku cintai bahkan perjuangkan?

Apakah ini bentuk kasih sayang atau karma-Mu? Dengan menunjukkan semuanya secara terang-terangan, seolah Kau tak ingin aku terus dibutakan oleh cinta?

Selama mengikuti mereka, aku tak bisa menangis, karena air mataku seakan tertahan oleh emosi yang sudah mulai membara di dalam dada.
Tak lama, mobil mereka berhenti di depan sebuah hotel. Aku mengamati dari kejauhan saat mereka turun-berjalan bergandengan tangan, tertawa ringan, kemudian masuk ke dalam hotel dengan penuh kemesraan. Tidak ada beban. Tidak ada rasa bersalah.

Dengan masih menggunakan masker, aku menguatkan diri untuk mengikuti mereka, hingga keduanya masuk ke sebuah kamar dengan nomer kamar 206.

Aku hanya merekam mereka, aku tak mau jika aku harus melabrak ataupun menangkap basah mereka, cukup rekaman ini menjadi bukti bahwa aku tidak sedang
berhalusinasi. Setelah itu aku memilih pergi dengan mobil taxi yang masih setia menungguku.

Jangan di tanya bagaimana keadaan hatiku.

Hatiku hancur berkeping-keping.

Karena Raisa adalah orang yang aku cintai bahkan selama ini aku perjuangkan.

Untuknya, aku rela tidak p**ang ke Indonesia meski nenekku wafat.

Untuknya, aku menjauh dan bahkan tidak pernah menghubungi Widiya -seorang wanita yang selama enam tahun ini aku tinggalkan di rumah bersama ibu dan adikku, semua hanya karena Raisa tak mengizinkan.
Tapi semua pengorbanan itu kini terasa sia-sia.

Sakit, sesak dan rasanya bagai gelas pecah tak tersisa. Raisa, haruskah aku menangis karenamu?

BRAK!

Lamunanku buyar saat taksi yang ku naiki mendadak berhenti.
"Ada apa, Pak?" tanyaku panik.

"Sepertinya ada yang tertabrak, Mas!"

Aku segera turun dan melihat seorang anak perempuan sedang menangis di tepi jalan, sementara di dekat anak itu ada sebuah kotak yang berisi gorengan, yang sebagiannya berantakan. Rupanya kaki dan tangan anak itu terluka karena terserempet mobil kami.

"Kita harus segera bawa dia ke rumah sakit, Pak!" seruku.
"Apa sebaiknya kita cari orang tuanya dulu, Mas." ucap supir taxi.

"Tidak ada satu orang pun di sini.

Jalan ini cukup sepi. Kita bawa saja dulu, nanti aku akan minta bantuan polisi agar mencari keluarganya.

Dalam keadaan panik, aku membuka koper dan mengambil baju bersihku untuk mengikat luka di kaki anak itu, meskipun tidak terlalu parah, tapi setidaknya bisa menghentikan aliran d4 r4h sementara. Anak itu sempat memanggil, "Ibu..." sebelum akhirnya pingsan.
"Nak, Ibumu di mana?" tanyaku panik, padahal aku tahu dia pingsan.

Aku langsung menggendong tubuh kecilnya itu dan bergegas kembali ke dalam taksi, untuk ku bawa ke Rumah Sakit.

Sungguh malang nasibnya, anak sekecil ini jalan sendirian di jalan, untuk jualan gorengan.

Di sepanjang perjalanan ke rumah sakit, anak itu ku baringkan di pangkuanku-dan anehnya, kenapa aku merasa wajahnya terasa familiar. Tapi aku tak bisa mongingat dari mana wajah itu.

Next selanjutnya baca di KBM app
Judul kepingan hati yang hilang
Penulis: Moza Riya

Address

Ponorogo

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Andini Putri Vlog posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Andini Putri Vlog:

Share


Other Ponorogo media companies

Show All