Bunda marsel

Bunda marsel allahumaaholih alasaidina Muhammad waalaalihi saidina Muhammad

28/08/2025

Ketika Kartu ATM di bekukan Istri (3)

*

Aku harus menahan malu saat tak mampu membayar belanjaan Ibu. Kartu ATM yang biasanya digunakan transaksi dibekukan. Siapa kira yang melakukannya adalah istriku, dia—

*
Gigiku sudah gemeletuk, dengan amarah menggebu-gebu aku turun dari taksi.

Aku segera membayar taksi tersebut, dan membantu Ibu serta Maya mengeluarkan barang belanjaannya dari dalam bagasi.

Ini kali keduanya, aku mengajak Ibu dan Maya belanja ke Mall, hanya saja situasi yang dulu dengan sekarang berbeda, dulu Ibu mengerti kondisi keuanganku yang serba pas-pasan, tapi sekarang tidak, apalagi saat Sekar sudah kembali berkerja.

Ibu jadi sering minta uang dan menghamburkannya dengan beli barang-barang mahal, belum lagi biaya kuliah Maya yang bukan sedikit.



“Istrimu harus di kasih pelajaran Dani, kamu marahi dan minta duit mu kembali, enak saja kamu yang kerja, dia yang ambil gajimu.” sungut Ibu.

Andai saja Ibu tahu, sebagai besar uang yang ada di Atmku itu milik Sekar.

“Tenang aja Bang, nanti Maya bantu. Tapi ada syaratnya, Abang belikan Maya handphone baru.”

Seketika aku menoleh, langkah kakiku sudah berhenti oleh seruan Maya.

Apa katanya? Minta handphone baru? Bukannya tiga bulan yang lalu Maya sudah ganti handphone.

“Kamu kan sudah ganti handphone baru May, pakai aja itu dulu, nanti kalau sudah rusak baru minta Abang.” jawabku, adik sama Ibu, sama-sama bikin pusing kepala, ada saja yang ia minta.

Tak mereka pikirkan, mobilku jadi jaminan untuk membeli barang-barang branded, kerja tiga tahun pun belum tentu aku bisa mengumpulkan uang 354 juta.

Uuhh, kapok aku mengajak Ibu dan Maya belanja. Mereka berdua ini s**a kalap lihat barang-barang mahal.

“Halah Bang, Maya udah bosan pakai handphone ini. Maya mau yang baru, sekalian Maya pengen pamer ke-teman-teman Maya.” tutur Maya, nada bicaranya memelas.

Aku mengusap wajah kasar, tampangku sudah mirip baju kusut.



“Kalau begitu kamu juga belikan Ibu perhiasan Dani, Ibu muak pakai itu-itu aja, yah Dani, kamu kan anak Ibu yang paling tampan.” sambung Ibu, di tanggapi anggukan oleh Maya.

“Uang dari mana Bu? Barang belanjaan Ibu saja belum di bayar, mobil Dani jadi jaminan sekarang.” jawabku kesal.

“Kamu minta lah Dan sama Istrimu, dia kan bisa dibod*hi. Buat apa kamu punya Istri sering kerja, pakai saja uangnya. Toh mukanya juga gitu-gitu aja ga ada perubahan.” desis Ibu, aku tak menanggapi ucapannya. Memilih kembali mengayun langkah masuk rumah, tak sabar aku ingin memarahi Sekar.

Sejak kapan ia menjadi pembangkang, Istri itu harus nurut sama suami.

***

“Sekar ...”

“Sekar kamu di mana, hah?” aku berteriak memanggil nama Sekar.

Ngapain saja dia seharian, bukannya beres-beres rumah, ini malah dibiarkan kotor, bungkus cemilan ada di mana-mana, gelas bekas minum dibiarkan di ruang tamu. Debu berterbangan sana sini. Huft, bikin jengkel saja.

“Sekar!”

C'k, apa dia tak punya telinga, di panggil dari tadi tak menyahut.

“Udah Bang langsung samperin ke kamarnya.” tutur Maya, tak belum di perintah, aku sudah pasti mencari Sekar di kamar.

“SEKAR!” panggilku menendang pintu kamar, gemuruh dadaku sudah meletup-letup.

Sekar tak boleh lagi melakukan hal ini, aku sudah malu dan tak punya muka di Mall tadi.

“Aku lagi nonton Drakor Bang, ga usah teriak-teriak,”

Aku mematung mendapati Sekar rebahan sambil menatap laptop, suaminya kelimpungan gara-gara ulahnya. Dia malah asyik-asyik nonton film.

Harusnya dia bersih-bersih rumah, bukan membiarkan rumahku ini mirip kapal pecah.

“Keterlaluan kamu Sekar, kamu kuras uang yang ada di Atm Abang!”

“Uang itu juga uangku Bang, kamu lupa selama ini kamu diam-diam ambil Atmku dan memindahkan isinya ke rekeningmu.” jawab Sekar tenang, aku langsung terdiam.

Aku tahu diri ini salah, tetap saja dia tidak boleh seperti ini padaku, biar bagaimanapun aku tetap suaminya yang patut di hormati.

“Halah, Abang juga ambilnya sedikit, ga banyak, pelit banget sih jadi istri, mentang-mentang kerjanya enak.” cibirku, Sekar mengurangi volume Drakor yang dia tonton.

Deru napasku kian memburu, Sekar turun dari ranjang, dan berdiri di depanku.

“Kamu pikir kerja itu ga capek, kamu kasih aku uang bulanan cuman 500 ribu, buat bayar tagihan listrik aja kurang, belum lagi keluargamu yang maunya makan enak.”

“Oh, jadi sekarang kamu udah berani ungkit-ungkit masalah itu, ga s**a kamu keluargaku tinggal di sini. Dasar istri ga berguna!” makiku bertubi-tubi, aku sudah tersulut emosi dengannya.

Sekar tetap tenang, dia menyilang tangannya di dada.

“Udah lah Bang, terserah, aku udah capek.” katanya, aku mencengkeram lengannya kala dia mau keluar kamar.

Masalah ini belum selesai, Sekar.

“Kembalikan uang Abang, Sekar, Abang butuh uang untuk bayar belanja Ibu dan Maya.” seruku, Sekar tersenyum sinis.

“Uang? Uang apa yang kamu maksud Bang, uang di ATM mu itu jelas hasil kamu curi uangku dan juga jual perhiasanku. Masih untung aku ga laporin kamu ke polisi.” sergahnya, alisku terangkat lebar.

Gila Sekar, suami sendiri di laporkan ke polisi. Di taruh di mana otaknya itu.

“Jangan bikin Abang makin kesal ya Sekar, uang istri uang suami juga. Jangan jadi Istri pembangkang, sini berikan ATM mu yang ada isinya.” cecarku, Sekar menghempaskan tanganku kasar.

“Sejak kapan uang istri itu uang suami, sejak kapan, Bang? Udah kamu pikir aja sendiri, ga punya duit sok-sokan belanja mahal-mahal.” cibir Sekar, dia melewatiku menuju kamar mandi.

Duh, bagaimana ini? Uang sebanyak itu aku cari di mana, kalau pun jual mobil, lakunya ga seberapa.

Aku mengendor pintu kamar mandi, memutar handlenya, meminta Sekar keluar.

“Sekar, kali ini aja, balikan uang Abang, ini lagi butuh, mobil Abang jadi jaminan di sana.” teriakku, hening, tak ada suara apapun.

“Sekar, ayo d**g, ga banyak, cuman 354 juta, kamu pasti punya, tabunganmu banyak,” lanjutku.

Aku memukul dinding gemas, jadi Istri nurut sedikit apa susahnya sih.

“Jual aja ginjalmu, Bang, buat ambil mobil. Aku ga mau ikut campur.” jawabnya.

Jual ginjal, edan Sekar?

Aaaa, sial, Ck, Ck

****
Baca selengkapnya di aplikasi Kbm App
Judul : Ketika Kartu ATM Dibekukan Istri
Penulis :Authorha

28/08/2025

Ketika Kartu ATM di bekukan Istri (2)

*

Aku harus menahan malu saat tak mampu membayar belanjaan Ibu. Kartu ATM yang biasanya digunakan transaksi dibekukan. Siapa kira yang melakukannya adalah istriku, dia—

*
Waduh, bagaimana ini. Mana belanjaan Ibu sebanyak ini?

Aku mendengkus kasar, bingung sekaligus malu, dibayar pakai apa barang-barang belanjaan Maya dan juga Ibu.

Kurang ajar Sekar! Beraninya dia membuatku panik di sini. Aku tidak menyangka senyum yang dia umbar saat cuci piring tadi, menandakan ada sesuatu yang tidak beres dengannya. Dan benar saja, Sekar diam-diam membekukan kartu Atm-nya. Dan mengambil uang simpanan yang ada di Atmku.

Gajiku memang tidak seberapa, tapi di ATMku ada uang yang biasa kuambil dari tabungan Sekar, dan aku juga sempat menjual perhiasan Sekar sebelum mengajak Ibu dan Maya jalan-jalan ke Mall. Tentu hal itu diluar pengawasan Sekar, karena selama ini dia hampir tidak pernah memakai perhiasannya.

“Ibu belanja apa saja sampai totalnya sebanyak ini? Dan kamu Maya, tas branded macam apa yang kamu beli, harganya sampai setara dengan mobil?” aku bertanya pada Ibu dan juga Maya.

Dua wanita itu langsung berhenti berfoto, kening mereka mengenyit dalam, langkah kaki mereka kian dekat denganku.

Gawat, aku pasti akan menahan malu.

Mau taruh di mana mukaku ini.

Sial! Aku mengumpat dalam hati.

“Lah Ibu belanja barang-barang yang Ibu mau, di situ itu beli baju khusus buat arisan besok, sekali-kali lah Dani Ibu tampil beda,” jawab Ibu sambil menunjuk paper bag yang berada di atas meja kasir.

“Iya Bu, Dani ngerti, tapi ga harus belanja sebanyak itu juga, 354 juta loh Bu ini?!”

“Halah baru segitu aja Abang udah marah, masa Abang ga tahu fashion sih, barang-barang yang Maya dan Ibu ambil branded semua, mahal-mahal lagi harganya. Udah buruan bayar. Maya sama Ibu mau lihat-lihat perhiasan dulu, nanti Abang belikan ya.” sahut Maya.

Makin puyeng kepalaku ini, kukira mereka berdua akan belanja barang-barang murah, dan keperluan sehari-hari, bukan dari merek ternama dunia.

Lagi p**a belanjaan ini saja belum tentu bisa kubayar, mereka berdua malah sudah berniat mengajak ke toko perhiasan.

“Benar kata kamu May, Ibu mau beli kalung sekalian ganti anting, bosen Ibu pakai perhiasan itu-itu aja.” gumam Ibu gembira, senyum merekah tak lepas dari sudut bibirnya.

“Abang ngapain masih berdiri di situ, udah cepetan sana bayar barang belanjaan kita. Kasihan tuh pegawai kasir udah nunggu sampai jamur.” tegur Maya.

C'k, apa mereka berdua ini tidak peka dengan perubahan raut wajahku.

Kalau ada duit, sudah Abang bayar dari tadi, May.

“Gimana ini Pak? Apa ga ada kartu ATM yang lain, atau Bapak bayar pakai cek saja?” usul pegawai kasir.

“Sabar dulu ya Mbak, saya hubungi Istri saya dulu.” pintaku memelas, pegawai kasir tersebut memandangku sinis.

Pasti dalam hatinya, ia bergumam, kalau ga punya duit, ga usah sok belagu, mana barang yang dibeli mahal semua.

“Buat apa kamu hubungi Sekar sih Dani? Udah bayar aja langsung, buat apa kamu perduli kan Istrimu itu, selagi bisa di bod*hi, ambil uangnya banyak-banyak Dan.” cerocos Ibu.

“Masalahnya uang di ATM Dani di ambil Sekar semua, Bu.” jawabku, Ibu dan Maya seketika terkejut.

Mereka berdua terperanjat kaget. mendengar ucapanku.

“Abang ga salah ngomong kan? Kenapa ga bilang dari tadi sih, Ish Abang bikin malu aja.” gerutu Maya kesal, ia mencubit perutku dan menghentak-hentakan kakinya.

“Aduh gimana ini Dani? Mana Ibu ambil barang-barang mahal, mau taruh di mana muka Ibu? Apalagi kalau sampai teman arisan Ibu pada tahu? Kamu sih Dan, katanya uangmu banyak,” desis Ibu berapi-api, masih memikirkan arisan Ibu di saat situasi seperti ini.

Suara mereka berdua begitu pelan, Ibu menarikku jauh dari kasir.

“Brengs*k Istrimu itu Bang, udah mulai belagu, kurang ajar Mbak Sekar.” umpat Maya, aku tak bisa menyela pembicaraan mereka berdua.

Ibu dan Maya seakan tak memberiku giliran bicara.

“Kalian mau kemana? Ini belanjaannya harus segera di bayar, masih banyak orang yang antri.” tegur pegawai kasir menghampiri kami bertiga.

Jantungku rasanya ingin lepas dari sarangnya, Ibu dan Maya menatapku bergantian.

Tidak sedikit perhatian orang berpusat ke sini, bisa hancur reputasi ku jika rekan-rekan kantor tahu aku membeli barang tapi tak bisa bayar.

Aku menarik lengan pegawai kasir, membawanya jauh. Ibu dan Maya menunggu was-was.

“Jadi gimana Pak, barang yang sudah diambil tidak bisa di kembalikan lagi. Makanya lain kali kalau belanja itu sesuaikan dengan isi dompet.” kata pegawai kasir, gemuruh dadaku meletup-letup, aku makin d**gkol dengan Sekar.

Dia tidak pernah seperti ini, pertama kalinya Sekar melawanku.

Aku jadikan saja mobilku sebagai jaminan, kalimat itu muncul dalam benak.

Tak ada pilihan lain, dari pada aku harus malu di depan orang banyak.

“Gini Mbak, ada masalah ini sama kartu ATM saya. Barangnya tetap saja ambil, tapi saya jadikan mobil saya sebagai jaminan untuk sementara, nanti saya ke sini.” tuturku sambil meletakkan kunci mobil di telapak tangannya.

Matanya menyipit, nampaknya pegawai kasir ini tidak percaya.

“Ga bisa d**g Pak—”

“Tolong Mbak, ini nomor saya nanti Mbak hubungi saja. Kalau masih ga percaya, KTP saya juga jadi jaminannya, ga bakalan lama,” potongku cepat.

Pegawai kasir tersebut menghela napas panjang, tak lama dia manggut-manggut setuju setelah berbisik sesuatu pada pria di sebelahnya. Entah, apa yang mereka bicarakan.

“Sebenarnya hal ini tidak boleh, pekerjaan saya biaa terancam."

"Tolong lah Mbak, nanti saya kasih Mbak Bonus."

"Kamu pikir, kamu ini bos saya, sudah tidak bisa bayar, belagu banget."

"Tolong ya Mbak, saya yang akan tanggung jawab jika terjadi sesuatu."

Setelah berpikir sebentar akhirnya ia menyetujui. "Baik kalau begitu, mobil dan KTP Bapak jadi jaminan, tapi ini masih kurang ya Pak, harga mobil Bapak tidak setara dengan belanjaan Ibu-ibu tadi, awas saya laporkan kalian ke polisi.” cetusnya.

Aku menganggukkan kepala, malunya itu loh yang gak bisa kuterima.

Aku segera menghampiri Ibu dan Maya, mereka berdua telah menjinjing barang belanjaan mereka.

Tidak ada ekspresi sedih mereka melihatku seperti ini, malah senyum-senyum sendiri.

Tanpa perduli pada Ibu dan Maya, aku berjalan keluar Mall, awas saja kamu sekar. Istri tidak berguna, dan ngelujak harus diberi pelajaran.

*

Baca selengkapnya di aplikasi kbm app
Judul : Ketika Kartu ATM Dibekukan Istri (Tamat)
Penulis : Authorha

28/08/2025

Ketika Kartu ATM di bekukan Istri (bagian 1)

*

Aku harus menahan malu saat tak mampu membayar belanjaan Ibu. Kartu ATM yang biasanya digunakan transaksi dibekukan. Siapa kira yang melakukannya adalah istriku, dia—

*“Dani, hari ini kita jadi kan ya ke Mall. Ibu udah ga sabar nih mau borong pakaian. Terus Ibu juga mau beli perhiasan dan ganti anting baru.” ucap Ibu diambang pintu, aku menoleh dan tersenyum hangat padanya.

Hari ini aku berencana mengajak keluargaku pergi ke mall, mumpung gajian, biar makan sehari-hari menggunakan uang Sekar—Istriku. Toh, dia juga kerja.

“Aku juga di ajak kan Bang, Maya juga mau beli tas branded. Sekali-kali lah Bang beliin.” sahut Maya—adikku. Ia mengerucutkan bibirnya cemberut.

Aku berjalan menghampiri mereka, lalu merangkul pundak Ibu dan Maya.

Aku sudah membagi rata gajiku,lima ratus ribu kuberikan pada Sekar, yah lumayan lah buat tambahan beli beras, sisanya Sekar yang cari.

“Ibu sama Maya ga usah khawatir, hari ini kita pergi belanja, terserah kalian mau beli apa.” jawabku.

Tak perlu kuulangi, dua perempuan ini langsung berlari ke kamar masing-masing.

Aku merapikan rambut sambil bersenandung. Menyemprotkan parfum pada bajuku. Lalu, mengambil dompet.

Aku melihat dompet Sekar tergeletak di nakas, tanpa pikir panjang aku langsung mengambil kartu ATM-nya.

Uang Istri, uang suami juga. Begitulah dalih yang kukatakan tiap kali Sekar bertanya tentang uangnya.

Ia seorang sekretaris di perusahaan besar, tentu gajinya tidak lah sedikit. Oleh sebab itu aku masih mempertahankan dia sebagai Istriku. Selain untuk beres-beres rumah, ia juga bisa ku manfaatkan sebagai ATM berjalan.

Aku menyeringai, lalu meletakkan dompet Sekar di posisi semula. Kemudian melangkahkan kaki keluar kamar.

****
“Mau kemana kamu Bang?” tanya Sekar yang sedang cuci piring.

Aku memutar bola mata malas, enggan meladeninya. Tapi ya sudahlah, apa susahnya di jawab.

“Hari ini kita mau ke Mall ya kan, Dan?” sela Ibu, aku mengangguk.

Sekar nampak berpikir, ia menatapku intens. “Udah ayo Bang, Maya ga sabar mau belanja,” ajak Maya menarik tanganku, sedangkan Ibu langsung mengekoriku.

Aku menoleh, Sekar nampak tersenyum tipis, lalu geleng-geleng kepala. Ia kembali melanjutkan kegiatannya mencuci piring di wastafel.

***
Ibu masuk ke dalam mobil, di susul Maya, segera aku melajukan kendaraan roda empat ini membelah jalan raya.

“Bisa cepat ga sih Dan, Ibu udah ga sabar ini.” kesal Ibu menepuk pundakku.

“Iya Bang, tambah lagi d**g kecepatannya.”

Aku menghela napas dalam-dalam, lantas menambah kecepatan mobil agar cepat sampai di Mall.

“Kita borong semuanya ya May, besok Ibu ada arisan, Ibu mau pamer aaah.”


“Bener Bu, kita juga harus beli perhiasan. Ibu harus minta dibelikan sama Bang Dani berlian.” aku masih mendengar obrolan mereka.

Ada-ada saja hasutan Maya.

Jika Ibu minta dibelikan berlian, akan kubelikan menggunakan uang Sekar yang ada di ATM. Kan tadi aku mengambil ATM khusus tabungan Sekar selama ini.

***
Tak butuh waktu lama, mobil tiba di parkiran Mall. Ibu dan Maya gegas turun, mereka berdua langsung berlari masuk.

“Cepetan Dan,” teriak Ibu, buru-buru aku menyusul mereka.

Aku melihat Maya dan Ibu asyik berbelanja, mereka mengambil berbagai model pakaian, tas, dan juga sepatu tanpa melihat harganya berapa.

“Udah cukup May, itu udah banyak.” peringatku pada Maya. Ia mendengkus kasar dan mengembalikan tas yang hendak ia ambil.

“Pelit amat, sih Bang, cuman tas doang.” sewotnya.

“Bukan itu May, lihat harganya berapa? 100 juta, duit sebanyak itu mau kamu belikan tas. Udah ambil yang lainnya aja.” jelasku, Maya menurut, ia menghampiri ibu.

Hampir dua jam mereka belanja, dan tiba saatnya menuju kasir.

Ibu dan Maya nampak berfoto-foto, aku memijat pelipisku yang tiba-tiba berdenyut nyeri.

“Berapa Mbak total belanjaannya?” tanyaku pada pegawai kasir.

“354 juta semuanya Pak.” seketika aku melongo, 354 juta. Ya Tuhan, Ibu dan Maya kalian berdua ini.

Aku merogoh kantong celana, mengeluarkan kartu ATM ku. Lalu kuserahkan pada pegawai kasir.

“Mohon maaf Pak, apa ada kartu ATM yang lain, ini isinya kosong.” serunya.

Aku terkejut sekaligus bingung, bukannya kemarin gajiku di transfer ke ATM itu.

“Coba lagi Mbak, siapa tahu salah lihat.” elakku.

“Sudah Pak, tetap tidak bisa.” protesnya.

Kuusap wajah kasar, lalu memastikan apa benar Atmku kosong.

Damn, benar saja.

Astaga pasti ini perbuatannya Sekar.

Aku memberikan kartu ATM Sekar pada pegawai kasir. Dan hasilnya sama. Malah kartu Atm Sekar telah di bekukan.

Waduh, bagaimana ini. Mana belanjaan Ibu sebanyak ini?

*Baca selengkapnya di aplikasi kbm app.
Judul : Ketika Kartu ATM Dibekukan Istri
Penulis : AuthorHa

13/05/2024

Address

Jalan Trans Sulawesi
Poso
94652

Telephone

+81332301680

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Bunda marsel posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Bunda marsel:

Share