
11/08/2025
koranhoras.id 11/08/2025
Darius Bayani, Rambo-nya Indonesia Raih Bintang Sakti dari Presiden
Presiden Prabowo menyematkan penghargaan Bintang Sakti kepada 2 mantan prajurit TNI. Salah satunya bernama Darius Bayani. Siapakah sosok tersebut sehingga pantas mendapatkan Bintang Sakti yang diberikan sebagai penghargaan kepada prajurit yang menunjukkan keberanian, keperwiraan, dan jasa luar biasa dalam pertempuran atau operasi militer strategis baik di dalam negeri maupun di luar negeri? Berikut ulasan singkatnya :
Operasi pembebasan sandera di Mapenduma, Papua, pada 1996 semakin menegaskan kehebatan satuan elite TNI AD Komando Pas**an Khusus (Kopassus). Keberhasilan operasi itu juga mengerek pamor Danjen Kopassus saat itu, Brigjen TNI Prabowo Subianto.
Namun tak banyak orang tahu, kesuksesan Operasi Mapenduma tak lepas dari peran pas**an di lapangan, termasuk Serka Bayani, sang pemimpin Tim Kasuari. Nama Bayani bahkan nyaris tak pernah disebut.
Prabowo dalam buku biografinya berjudul ‘Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto’ menceritakan sosok prajuritnya itu. Serka Bayani merupakan anggota Kopassus, putra asli Papua.
“Dia terkenal di Kopassus. Orangnya tenang, berani, memiliki kemampuan luar biasa dalam menembak dan memiliki kemampuan membaca jejak,” tulis Prabowo.
Dalam operasi di Papua, Bayani biasanya tidak menggunakan sepatu. Dia juga memilih menggunakan celana pendek.
Bayani bisa menginfiltrasi musuh. Ini karena musuh kerap terkecoh karena Bayani dianggap bagian dari mereka. Menurut Prabowo, Bayani berhasil menewaskan beberapa musuh dan merebut 3-4 pucuk senjata dalam sekali operasi.
“Secara keseluruhan, Beliau berhasil merebut lebih dari 100 puncuk senjata dari tangan musuh,” ujarnya.
Operasi Mapenduma dilatari penculikan Tim Lorentz 95 oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Desa Mapenduma, Distrik Nduga, Jayawijaya. OPM itu dipimpin Kelly Kwalik.
Tim Lorentz 95 merupakan sekelompok peneliti dari Biological Sciences Club dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta dan Emmanuel College dari Cambridge University. Mereka sedianya meneliti flora dan fauna di pegunungan Papua serta budaya masyarakat di Papua.
Dalam upaya membebaskan sandera tersebut, Prabowo membentuk tim inti pembaca jejak yang terdiri atas pas**an Kopassus dan Kodam Cenderawasih. Mereka semua putra daerah.
Tim pembaca jejak ini kemudian dinamai Kasuari yang dipimpin langsung Serka Bayani. Tugasnya menembus ke daerah paling sulit.
Bayani direkomendasikan oleh Mayor Zacky Anwar, yang mengenal Bayani dari operasi di Irian Barat. Menurut Zacky Anwar, Bayani adalah prajurit yang hebat di lapangan. Dia memiliki teknik lapangan yang hebat, kekuatan fisik yang hebat, dia bisa bergerak di hutan secara diam-diam.
Bayani dikenal begitu berani sehingga dia pernah menyusup ke kamp gerilya musuh sendirian tanpa senjata. Dia melewati para penjaga menuju orang-orang yang berkerumun di sekitar api unggun. Dia meraih senapan mereka dan mengalahkan mereka.
Ia bawa mereka kembali sebagai tahanan. Dia adalah tentara yang selalu tersenyum, s**a bercanda juga keren. Jika ada Rambo di TNI, saya kira Bayani bisa memenuhi syarat untuk jadi Rambo.
Menurut Prabowo, Operasi Mapenduma sangat sulit karena lokasi penyanderaan di tengah hutan. Terlebih pada 1996 itu, TNI belum memiliki satelit, drone dan pesawat pengintai yang baik. Bahkan, peta topografis skala 1:50.000 tak ada. Yang ada hanya peta tangan.
“Menjelang waktu akhir harus mengambil keputusan untuk menentukan sasaran, saya bertanya kepada tim intelijen di mana posisi komandan pas**an GPK Kelly Kwalik dan para sandera,” tutur Prabowo.
Namun dengan kondisi geografi sulit, tim intelijen meyakini penyandera dan sandera berada di dalam salah satu dari enam titik dalam 2-3 hari.
Menjelang putusan kapan operasi akan dimulai, Prabowo diberi tahu oleh tim peninjau dari luar negeri yakni Inggris.
Mereka menyebut berhasil menyelundupkan satu alat (beacon) pada saat mereka menitip obat-obatan, makanan dan pakaian kepada Palang Merah Internasional kepada para sandera. Alat itu dapat mendeteksi exact location tersebut.
Setelah dicek dengan helikopter, titik koordinat yang diperkirakan exact location itu berada di gunung tinggi. Persoalannya, titik itu berda di luar 6 titik yang diberikan oleh tim intelijen sebelumnya.
Dihadapkan pada dua pilihan, insting Prabowo mengarahkannya untuk bertanya kepada orang yang mengenal daerah itu. Di situlah dia memanggil Serka Bayani.
Prabowo lantas menjelaskan titik koordinat yang disebut Inggris dengan menggunakan teknologi itu. Apa kata Bayani?
Menurut Prabowo, ucapan Bayani tidak akan pernah dilupakannya bahkan setelah puluhan tahun. Dengan logat Papua, prajurit Kopassus itu memberi penjelasan.
“Bapak, jangankan Kelly Kwalik (pemimpin OPM saat itu), monyet pun tidak mau tinggal di situ. Tidak ada air di situ. Bapak, bagaimana sekian puluh orang berada di atas (gunung) tanpa air,” ucapnya, ditirukan Prabowo.
Penjelasan itu pun menjadi dasar bagi Prabowo untuk menentukan langkah selanjutnya. Mantan Pangkostrad ini memutuskan untuk menyerang di enam titik sesuai hasil kajian tim intelijen.
Dari sekian puluh tahun sampai sekarang, sangat sulit untuk menemukan contoh keberhasilan dalam operasi pembebasan sandera di tengah hutan. Operasi pembebasan sandera yang biasa saja, statistiknya tidak menggembirakan. Menurut kajian FBI, dari semua operasi pembebasan sandera, 50 persen gagal. Akhirnya sandera dan banyak pas**an pembebasnya yang tewas.
Pendeknya, Operasi Mapenduma itu berhasil membebaskan sandera. Kendati demikian, operasi itu bukan tanpa cacat. Dari 26 sandera, tiga orang meninggal dunia dibunuh penyandera. Sementara semua WNA selamat.
"Saya bersyukur bahwa naluri saya benar untuk mengikuti anak buah saya sendiri dan tidak terintimidasi untuk terlalu mengandalkan teknologi Barat yang canggih," tulis Prabowo.
Seorang perwira Inggris bahkan berkomentar: “Hanya James Bond yang bisa melakukan ini. Hanya James Bond yang bisa berhasil dalam jenis operasi ini.”