13/07/2025
BAB: 1
"Lestari, kamu keluar dari kontrakan ku ini sekarang juga, kamu ini sudah empat bulan gak bayar, besok lusa sudah ada yang mau ngisi kontrakan ini, jadi sekarang juga kamu keluar dari kontrakan ku ini!" teri ak Bu Salamah itu langsung membuat Lestari pa nik.
"Bu, tolong beri waktu seminggu lagi Bu, saya sedang mencari duit untuk bayar kontrakan ini kok Bu," jawab Lestari sambil menggend**g sang putra yang baru berusia setahun itu terlihat mengi ba.
"Tak ada waktu lagi buatmu, pergi sana, cari duit kemana, orang tiap hari di rumah terus!" tegas Bu Salamah sambil melo tot.
"Pak.. tolong keluarkan pakaian dan barang-barang dari rumah ini, kom por gas, lemari pakaian dan tv bawa ke rumahku!" perintah Bu Salamah pada dua tukang ojek yang di bawa Bu salamah ke kontrakan Lestari.
Memang Lestari sudah empat bulan belum membayar kontrakan itu, karena suaminya yang biasa mencari nafkah telah menin ggal dalam kecel akaan kerja empat bulan lalu.
Lestari harusnya dapat santunan dari tempat kerja suaminya di sebuah pabrik triplek, karena suaminya kec elak aan kerja di pabrik itu hingga menin ggal, tapi entah kenapa hingga kini santunan yang kata akan segera diberikan itu belum juga sampai padanya, padahal sudah empat bulan berlalu dari kecel akaan yang menew askan suaminya itu.
"Bu, Ibu kan perempuan, apa Ibu ndak kasi han pada anakku, setidaknya jangan u sir kami senja-senja seperti ini Bu." ucap Lestari sambil menahan air matanya.
"Sesukaku d**g, ini rumahku loh, kenapa kamu yang ngatur sih! Pokoknya kamu bawa pakaianmu saja dan pergi sekarang juga, semua barang yang laku dijual, ku ambil buat bayar yang empat bulan kamu nun ggak bayar kontrakan!" tegas Bu Salamah tampak tak begitu ped uli pada Lestari yang sedang menggend**g anaknya itu.
Lestari pun meraih tas berisi dokumen-dokumen kependudukan miliknya dan suami itu, lalu mengambil botol minum dan dia isi dari air galon.
"Ini Bu, semua pakaian, gombal dan bingkai foto di rumah ini sudah ku bungkus jadi satu dalam kain sprei ini!" sela Mang Yoyok sang tukang ojek langganan Bu Salamah itu.
"Dah sana pergi, semua isi rumah ini jadi milikku buat bayar kontrakan empat bulan." ucap Bu Salamah membuat Lestari tak bisa apa-apa lagi selain pas rah.
Tak mungkin lestari menuntut pemilik kontrakan itu mengembalikan semua perabotan rumah yang juga tak seberapa itu, andaikan dijual pun seluruh perabotan itu tak mungkin laku dua juta, sedangkan dia sudah nunggak bayar kontrakan sama empat bulan yang berarti empat juta karena kontrakan itu sebulan sejuta.
"Pak, apa boleh saya minta tolong anterin ke terminal?" tanya Lestari pada Mang Yoyok yang tukang ojek itu.
"Gak bisa, ke terminal itu butuh bensin, aku lagi bo kek dan kamu pasti tak mau bayar kan!" jawab Mang Yoyok dengan ket us.
Lestari hanya terdiam duduk di ujung emp eran kontrakannya sambil mengelus-elus kepala anaknya yang meminta ASI, ingin rasanya dia menan gis dan meminta bantuan orang lain, tapi entah mengapa dia merasa akan sia-sia meskipun dia mena ngis, karena Bu Salamah tetap saja mengus irnya.
Pikiran Lestari semakin bingung mau mencari bantuan pada siapa sedangkan duit di dompetnya tinggal empat puluh ribu saja, hp jad ulnya yang sudah diikat karet itu pun tak ada pulsanya untuk menelpon Bapaknya.
"Bu, apa boleh saya minta tolong untuk telpon ke hp Bapak, ndak lama kok Bu, aku hanya minta di jemput saja," pinta Lestari dengan sopan.
"Mana nomor hp Bapakmu, biar ku telepon?" pinta Bu Salamah yang masih sedikit ib a pada Lestari.
Lestari pun memberikan hp jad ulnya itu pada Bu Salamah tepat di nomor telpon Bapaknya dan Bu Salamah langsung menelpon Bapaknya Lestari yang tinggal di Bekasi.
"Halo ini Bapaknya Lestari bukan?" tanya Bu Salamah kala menelpon Bapaknya Lestari.
"lya, nama anak sulung saya Lestari, Bu, ini siapa dan ada perlu apa?" tanya Pak Jayusman sedikit p***s aran.
"Silahkan jemput Lestari ke kontrakannya sekarang Pak, dia ku u sir saat ini juga karena sudah empat bulan gak bayar kontrakan,kontrakannya besok ada yang mau menempati, jadi cepet jemput Lestari atau dia jadi gem bel di jalanan!" teg as Bu Salamah yang langsung mema tikan teleponnya.
"Astagfirullah, Lestari diu sir magrib-magrib gini!" gumam Pak Jayusman lalu segera meraih kunci motornya di meja dan buru-buru keluar rumah menuju motornya yang terparkir di teras.
Meskipun jarak dari Bekasi ke Tangerang sangat jauh bagi Pak Jayusman, tapi demi putrinya dia pun rela menjemput dengan motornya.
Sesampainya Pak Jayusman di kontrakan Lestari, sudah jam setengah sembilan dan hatinya terasa han cur le bur kala melihat putrinya duduk dilantai emp eran kontrakan sambil memangku sang putra yang sudah tertidur lelap.
"Kamu sudah makan Nak?" tanya Pak Jayusman sambil mengelus kepala putrinya itu.
Lestari tak bisa menjawab pertanyaan Bapaknya itu karena dadanya bergem uruh dan pandanganya pun sudah terhal ang bendungan air mata.
"Kenapa kamu ndak telepon Bapak?" tanya Pak Jayusman tampak kebingu ngan dengan bunte lan seprai yang ge de itu.
"Ibu sudah mema rahiku dan mela rang ku menelpon Bapak." jawab Lestari sambil teri sak.
"Kita pulang ke rumah Bapak, Bapak order taksi online saja buat kamu, kalau naik motor, kita gak bisa bawa buntelan segede ini." ucap Pak Jayusman sambil mengutak-atik hpnya untuk pesan taksi online.
Selang beberapa saat sebuah mobil berwarna hitam pun tiba di depan kontrakan Lestari dan Lestari langsung masuk ke mobil itu, setelah buntelan sprei besar itu di masukan ke bagasi.
"Bapak duluan ya!" ucap Pak Jayusman lalu memakai helm dan segera pergi dengan motornya.
Sepanjang jalan Lestari bingung dan tak ut jika harus serumah dengan Ibu tirinya itu, karena selama suaminya menin ggal, hubungannya dengan Ibu tirinya memang tak baik, Ibu tirinya selalu memar ahi Lestari kala Lestari menelpon sang Bapak untuk minta bantuan beli beras atau lainnya.
Bukan tanpa sebab sang Ibu tiri mar ah pada Lestari yang minta bantuan Bapaknya, karena Bapaknya pun hanya kuli bagunan dan dia punya seorang anak yang masih sekolah SMP, rumahnya masih kre dit, bahkan motor yang dikendarai Pak Jayusman pun masih kred it, jadi kondisi keuangan mereka memang mep et jika harus ditambah Lestari dan anaknya pasti sagat membeb ani.
Bersambung
Selengkapnya di KBMApl
Judul : RUMAH WARISAN MERTUA
Penulis :Seruni Baskoro