27/09/2025
KASUS PANIK
Pasien seorang wanita berusia 30 tahun, muslimah, sudah menikah 5 tahun dan dikaruniai 1 orang anak perempuan berumur 2 tahun.
Dalam kehidupan berumah tangga selama 5 tahun itu, dirasakannya lebih banyak duka daripada s**a.
Pasien merasa tertekan oleh sikap suami yang mau menang sendiri, keras dan kasar.
Pada suatu hari, ayah tercinta yang selama ini merupakan figur idola, meninggal mendadak karena serangan jantung dalam usia 55 tahun.
Rasa kaget dan duka baru beberapa hari berlalu, pasien mendengar bahwa pamannya juga meninggal mendadak karena kecelakaan lalu lintas.
Seminggu kemudian pasien kembali terkejut, mengetahui bahwa tetangga sebelah rumah, seorang ibu yang selama ini bersama-sama dalam kegiatan arisan dan pengajian juga meninggal mendadak karena stroke.
Kematian dari 3 orang yang terdekat, secara tidak terduga, dalam waktu berturut-turut selama 2 minggu, membuat hati pasien terguncang.
Sejak saat itu.. pasien sering mengeluh sesak nafas, jantung berdebar-debar, nyeri di dada, pusing, badan merasa dingin, perasaan melayang mau pingsan dan perasaan takut mati.
Karena keluhan-keluhan tersebut di atas,
Pasien menjalankan pemeriksaan kesehatan umum (General Check Up), pada salah satu Rumah Sakit di Jakarta; dan hasilnya dinyatakan sehat.
Keluhan-keluhan tadi ternyata hilang timbul,
Dan kalau keluhan itu muncul sifatnya mendadak, yang membuat pasien ketakutan dan panik kalau-kalau akan mati mendadak.
Karena itu pasien sering datang ke Unit Gawat Darurat (UGD), dan seperti halnya pada contoh kasus pertama diatas, pasien kembali karena dinyatakan tidak ada kelainan yang dapat menyebabkan kematian.
Demikianlah hal ini berulang kali, tanpa memandang waktu, meskipun ditengah malam, takut mati mendadak itu muncul.
Pada pemeriksaan kedokteran jiwa (psikiatrik),
Pasien dinyatakan menderita serangan panik ( _panic attack_ ), karena keluhan-keluhan yang disampaikan pasien memenuhi kriteria diagnostik sebagai *gangguan panik.*
Pada pasien diberikan terapi :
√ Psikofarmaka berubah obat anti cemas dan anti depresi;
√ Psikoterapi (suportif, psikodinamik) untuk memulihkan kepercayaan diri dan meyakinkan bahwa sebenarnya tidak ditemukan kelainan organ tubuh yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
√ Terapi psikososial diberikan dalam bentuk terapi keluarga, khususnya suami,, agar dapat memberikan perhatian, toleransi, menghilangkan sifat egoisme, keras dan kasar,, agar dengan demikian pasien (istri) dapat merasakan rasa aman dan terlindung dari suaminya.
√ Khususnya terapi Psikoreligius selain sholat, doa dan dzikir..
Beberapa ayat dan hadits berikut ini dapat diamalkan, yaitu :
1. "(Yaitu).. orang-orang yang *beriman* dan hati mereka menjadi *tenang* dengan *mengingat Allah.* Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi *tenang*". [Qs. 13 : 28]
2. "Dan apabila aku *sakit, DIA lah yang menyembuhkan.* [Qs. 26 : 80]
3. "Dengan nama Allah Ar Rahman Ar Rahim. Ya Allah Rabb-nya manusia, *hilangkanlah derita, sembuhkanlah penyakit,* Engkaulah *Dzat Maha Penyembuh* (tidak ada yang dapat menyembuhkan) kecuali Engkau. Ya Allah.. hamba mohon kepada MU *agar aku sehat.* " [HR. Ahmad, Nasa'i, dari Muhammad bin Khatib]
4. "Ya Allah.. *hidupkanlah aku*, bila hidup itu *lebih baik untukku,* dan *wafatkanlah aku* jika wafat itu *lebih baik bagiku* ". [HR. Bukhari & Muslim dari Anas]
Selama 1 bulan menjalani terapi holistik tersebut diatas secara intensif,
Pasien tidak lagi dihantui oleh serangan panik atau takut mati mendadak dan dapat menjalankan kembali kehidupannya sehari-hari.
Dalam kasus ini, peranan suami sangat mendukung bagi kesembuhan pasien.
📚 Manajemen STRES, CEMAS & DEPRESI
Prof. DR. dr. Hi. Dadang Hawari, Psikiater
Balai Penerbit FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
🌍🌏🌏🌏🌎🌍🌍
Integrasi Ilmu Thibbun Nabawi - Chinese Medicine - Medis Modern & All
📱Call Center +62 813 6327 9984