13/03/2025
Cerita Rakyat: Kisah LUTUNG KASARUNG. Bagian 4.
Pagi menjelang, sinar matahari menembus celah dedaunan, menciptakan kilauan keemasan di hutan. Purbasari terbangun di bawah pohon besar, tubuhnya masih lelah setelah perjalanan panjang semalam.
Saat ia membuka mata, sosok berbulu hitam itu masih ada di dekatnya—Lutung Kasarung. Makhluk itu duduk di atas dahan, matanya mengawasi seolah memastikan Purbasari baik-baik saja.
Purbasari duduk dan menarik napas panjang. "Sepertinya aku harus mulai mencari makan," gumamnya.
Namun sebelum ia sempat berdiri, lutung itu melompat turun dan menghilang ke dalam semak-semak. Tak lama, ia kembali dengan tangan penuh buah-buahan hutan—mangga liar, jambu, dan pisang hutan—lalu meletakkannya di depan Purbasari.
Purbasari terkejut. "Untukku?" tanyanya tak percaya.
Lutung Kasarung hanya menatapnya tanpa ekspresi.
Dengan hati-hati, Purbasari mengambil sebuah mangga dan menggigitnya. Rasanya manis dan segar. Air matanya hampir jatuh, bukan karena rasa buahnya, tetapi karena untuk pertama kalinya sejak diusir dari istana, ada yang peduli padanya.
"Terima kasih…" bisiknya.
Lutung Kasarung masih diam, tetapi di dalam hatinya, ada perasaan aneh yang tumbuh. Ia sendiri tidak mengerti mengapa ia begitu peduli pada gadis ini.
Hari-hari berlalu. Purbasari mulai terbiasa dengan kehidupannya di hutan. Lutung Kasarung selalu ada di sisinya, membawakannya makanan dan melindunginya dari bahaya. Hubungan mereka perlahan terjalin, meski tak satu kata pun keluar dari sang lutung.
Suatu malam, saat Purbasari tertidur di bawah langit berbintang, Lutung Kasarung menatapnya lama. Di dalam dirinya, ingatan samar tentang masa lalunya mulai muncul.
"Siapa aku sebenarnya…?" pikirnya.
Di kejauhan, bintang-bintang bersinar lebih terang, seolah menyaksikan takdir yang perlahan mulai terbentuk.
Malam itu, setelah Purbasari tertidur, Lutung Kasarung melangkah menjauh dari tempat peristirahatan mereka. Ia menatap langit yang dipenuhi bintang dan merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya—sebuah panggilan yang datang entah dari mana.
Dalam diam, ia menutup mata dan merapalkan mantra dalam bahasa kahyangan yang nyaris terlupakan. Dalam sekejap, udara di sekelilingnya bergetar. Cahaya kebiruan muncul dari tanah, membentuk sebuah lingkaran bercahaya. Dari dalam cahaya itu, sesosok bayangan muncul—Dewi Pohaci, dewi pelindung bumi yang mengetahui segala rahasia.
"Guruminda…" suara Dewi Pohaci lembut namun penuh makna.
Lutung Kasarung menundukkan kepala. "Aku tidak ingat siapa diriku, tetapi ada sesuatu yang membuatku ingin melindungi gadis itu. Mengapa?"
Dewi Pohaci tersenyum tipis. "Karena hatimu mulai menemukan jalan yang benar. Kau dikirim ke dunia ini bukan tanpa alasan."
Lutung Kasarung diam.
"Aku akan membantumu," lanjut Dewi Pohaci. "Jika kau ingin melindunginya lebih baik, kau harus membangun tempat yang layak untuknya. Aku akan memberimu kekuatan untuk itu."
Cahaya biru semakin bersinar, lalu lenyap, menyatu ke dalam tubuh Lutung Kasarung. Seketika, ia merasa kekuatan baru mengalir di dalam dirinya.
Tanpa membuang waktu, ia menempelkan tangannya ke tanah. Getaran halus menyebar ke seluruh hutan. Perlahan, akar-akar besar mulai bergerak, membentuk sebuah gubuk kecil dengan dinding dari anyaman daun dan atap yang kuat dari ranting pohon.
Esok paginya, Purbasari terbangun dan terkejut melihat gubuk itu berdiri di dekat tempat tidurnya.
"Ini… dari mana?" bisiknya.
Lutung Kasarung hanya duduk di dekatnya, matanya masih menampilkan ekspresi datar, seolah tidak tahu apa-apa.
Purbasari tersenyum kecil. "Apakah ini… hadiah darimu?"
Lutung Kasarung tidak menjawab, tetapi matanya berbinar samar.
Purbasari melangkah ke dalam gubuk itu dan menyentuh dindingnya. "Ini sempurna. Terima kasih… aku tidak tahu harus berkata apa."
Dalam hatinya, Lutung Kasarung merasa puas. Meski masih terjebak dalam wujud binatang, ia tahu satu hal—ia akan terus melindungi gadis ini, apa pun yang terjadi.
Di kejauhan, angin berhembus pelan, membawa takdir mereka ke arah yang belum bisa mereka bayangkan.
(Bersambung ke Bab 5: Kecemburuan Purbararang)