21/12/2019
*RINDU ALLAH*
Oleh: Abdullah Zaen, Lc, MA
Rindu adalah perasaan sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu. Perasaan ini biasanya muncul saat lama tak berjumpa dengan seseorang yang amat disayangi. Hal ini manusiawi dan sah-sah saja. Selama tidak berlebihan atau melampaui batas.
Namun, pernahkah kita merindukan Dzat yang teramat sangat menyayangi kita? Bahkan tak mungkin kita hidup tanpa kasih sayang-Nya.
Dialah Allah _subhanahu wa ta’ala._
Kerinduan hamba kepada Rabbnya akan terobati saat bermunajat kepada-Nya. Terutama ketika menunaikan shalat. Sehingga ia benar-benar selalu menunggu-nunggu kedatangan waktu shalat dan sangat menikmati saat menjalaninya.
Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ menggambarkan,
"وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ"
_“Hiburanku adalah shalat”._ HR. Nasa’iy dan dinilai sahih oleh al-Hakim, adh-Dhiya’ serta al-Albaniy.
Bagaimana tidak terhibur dan menikmati shalat, sedangkan saat itu seorang hamba ‘bercakap-cakap’ dengan Allah _ta’ala._
Dalam _Shahîh Muslim_ (No. 876) disebutkan bahwa setiap hamba membaca ayat per ayat surat al-Fatihah, Allah _ta’ala_ akan membalas dengan firman-Nya.
Imam Ibn Rajab (w. 795 H) menjelaskan bahwa "hadits di atas menunjukkan bahwasanya Allah mendengarkan bacaan orang yang shalat. Sebab dia sedang bermunajat (berbisik-bisik) dengan Rabbnya. Lalu Allah menjawab setiap bisikan hamba-Nya, kalimat per kalimat".
*Pertemuan Akbar*
Pertemuan rutin harian hamba dengan Allah adalah ketika shalat. Adapun pertemuan akbarnya, adalah ketika ia *bertemu Allah di surga-Nya.*
Hanya orang-orang beriman yang merindukan pertemuan tersebut lah, yang akan menikmati karunia terbesar itu.
Dari Ubadah bin ash-Shamit _radhiyallahu ‘anhu,_ dari Nabi _shallallahu ‘alaihi wasallam_ beliau bersabda,
_“Barang siapa merindukan perjumpaan dengan Allah, maka Allah pun akan merindukan perjumpaan dengannya. Barang siapa membenci perjumpaan dengan Allah, maka Allah pun akan membenci perjumpaan dengannya”._
Aisyah atau salah satu istri Nabi _shallallahu ‘alaihi wasallam_ berkata, “Bukankah kita semua membenci kematian?”.
Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ menjawab, _“Bukan itu yang dimaksud._
_Namun *seorang mukmin* saat menghadapi sakaratul maut, dia akan diberi kabar gembira berupa ridha Allah dan karunia-Nya. Tidak ada sesuatu yang lebih ia sukai dibandingkan apa yang akan ia peroleh kelak. Saat itulah ia merindukan perjumpaan dengan Allah. Sehingga Allah pun merindukan perjumpaan dengannya._
_Adapun *orang kafir,* ketika menghadapi sakaratul maut, ia akan diancam dengan azab dan hukuman Allah. Tidak ada sesuatu yang lebih ia benci dibanding apa yang akan menimpanya kelak. Sehingga ia membenci perjumpaan dengan Allah. Maka Allah pun membenci perjumpaan dengannya”._ HR. Bukhari dan Muslim.
_Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, Jum’at, 25 Muharram 1440 H / 5 Oktober 2018_
Facebook
https://www.facebook.com/UstadzAbdullahZaen/
Telegram
https://t.me/ustadzabdullahzaen
Soundcloud
https://soundcloud.com/ustadzabdullahzaen
Instagram
instagram.com/ustadzabdullahzaen/
Youtube
https://www.youtube.com/c/ustadzabdullahzaenma
Halaman Resmi Ustadz Abdullah Zaen, Lc.MA.