Cerita Dongeng Indonesia

Cerita Dongeng Indonesia Cerita Dongeng Indonesia adalah Wahana Edukasi dan Hiburan Kumpulan Dongeng, Fabel, Hikayat, Pendidikan Karakter PAUD Taman Kanak-Kanak dan Budaya.
(1)

Cerita Dongeng Indonesia adalah wahana Edukasi, Kumpulan Dongeng, Fabel, Hikayat Indonesia Lengkap, Pendikan karakter PAUD dan Taman Kanak-kanak. Dan semua yang berkaitan dengan : Pend**geng, Pend**geng Indonesia, Pend**geng Jenaka, Pend**geng Ekspresif, Pend**geng Enerjik, Pend**geng Musikal, Pend**geng Nasional, Pend**geng Kondang, Pend**geng di Jakarta, MC untuk acara anak, konsep mend**geng, teknik mend**geng, teknik bercerita,

Udin BarbershopDi sebuah desa kecil yang damai dan penuh canda tawa, tinggallah tiga sahabat: Udin si tukang cukur, Yono...
15/07/2025

Udin Barbershop

Di sebuah desa kecil yang damai dan penuh canda tawa, tinggallah tiga sahabat: Udin si tukang cukur, Yono si pedagang roti keliling, dan Tukijan seorang tukang kerupuk.

Udin dan Yono adalah sahabat karib dari Kecil. Sedangkan Tukijan adalah pendatang yang tinggal di desa itu karena menjadi menantu pak RT. Sehingga Udin dan Yono tidak begitu akrab dengannya, tapi jika ketiganya sudah berkumpul ya tetap asyik.

Udin memiliki istri yang cantik, Udin juga membuka usaha barbershop kecil bernama "Udin Barbershop" yang selalu ramai dikunjungi warga. Ia memang jago mencukur rambut dan selalu ramah menyapa pelanggan. Namun, selama sebulan terakhir, ada satu kejadian yang membuatnya bingung setengah mati.

Suatu hari, Tukijan datang ke tempat cukur Udin, lalu berdiri di pintu dan ingin memangkas rambutnya. Ia pun pun bertanya ke Udin yang saat itu sedang menggunting rambut.

"Berapa lama lagi saya bisa potong rambut Mas Udin?", tanya Tukijan santai. Udin langsung melihat sekeliling ruangan babershop-nya yang penuh dengan pelanggan dan berkata, "Sekitar 2 jam lagi... Jan"

Tukijan pun pergi tapi tidak kembali lagi setelah 2 jam Udin menunggunya.

Seminggu kemudian Tukijan kembali datang ke Udin Barbershop dan bertanya, "Berapa lama lagi saya bisa potong rambut?!" Udin melihat sekeliling dan berkata, "Sekitar 1,5 jam... silakan, bisa nunggu duduk sambil Wifian gratis!!"

Tapi, lagi-lagi Tukijan pergi dan tidak kembali lagi ke barbershop.

Hal ini terjadi setiap hari, saat "Udin Barbershop" buka selama sebulan penuh. Udin jadi heran dengan kelakuan Tukijan yang setiap kali datang hanya bertanya antriannya dan menghilang tak kembali lagi.

Akhirnya Udin yang penasaran dengan perilaku aneh Tukijan berkata kepada teman karibnya si Yono.

"Yon... Bisa bantu aku gak?!", kata Udin suatu hari. "Tolong apa bro?!", tanya Yono.

"Tolong bantu aku, ikuti si Tukijan ketika keluar dari barbershop ini dan lihat kemana dia pergi..", kata Udin seperti seorang detektif yang sedang menjelaskan target operasi.

"Maksudnya gimana Din?!", tanya Yono heran. "Begini, Tukijan tuh setiap hari datang kesini dan menanyakan antriannya. Setelah aku memberitahunya berapa lama dia harus menunggu potong rambut, eh dia malah pergi dan tidak kembali lagi. Jangan-jangan dia mau buka jasa cukur juga, atau suruhan orang untuk kesini ingin memata-matai ku", kata Udin.

"Baiklah.. sesuai arahan, besok aku akan buntuti dia..." Kata Yono menyanggupi rencana Udin.

Dan benar saja, keesokan harinya Tukijan pun datang lagi ke barbershop. Seperti biasa, dia menanyakan pertanyaan yang sama, lalu pergi dan tak kembali lagi.

Yono yang dari tadi ada di ruangan tersembunyi di belakang dan sudah siap dengan tugasnya, langsung ikut keluar dan membuntutinya dari belakang dengan sembunyi-sembunyi.

Satu jam kemudian, Yono kembali ke barbershop. Melihat yono datang, Udin langsung bertanya, "Katakan padaku, kemana dia pergi, setelah bertanya berapa lama aku mencukur rambut?

Yono yang terkenal dengan kepolosannya di episode-episode sebelumnya, tentu saja menjawab sesuai dengan apa yang dilihatnya, "Dia ternyata menuju rumahmu, Din... Saya tungguin sampai lama, tidak keluar-keluar. Ya saya tinggal aja, balik ke sini untuk laporan!!"

Pesan Moral
Penulis Edi Warsono
Kontributor Eva Nurhayati Bundanya Khafa

Kadang hal yang membuat kita penasaran ternyata jawabannya ada di dekat kita. Dan ternyata… bukan saingan yang harus dicurigai, tapi keahlian istri sendiri!

Bagikan d**geng ini di beranda Facebook sobat semua jika menyukai isinya, agar semakin banyak sahabat kita yang membaca dan termotivasi untuk selalu berbuat kebajikan di muka bumi ini.

PENGUMUMAN :
Bagi sobat yang s**a dengan cerita hantu dan cerita misteri, atau cerita yang seram-seram bisa mengikuti kami di saluran baru yang khusus untuk cerita-cerita Mistis dan Misteri, silakan Klik Cerita Horror Nusantara dan ikuti untuk mendapatkan cerita misteri setiap hari. Terimakasih.

15/07/2025

Mengapa burung yang hinggap di kabel listrik tidak tersengat listrik?

Petani dan Istri BerbaktiDi sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh sawah dan perbukitan hijau, hiduplah sepasang suami ...
15/07/2025

Petani dan Istri Berbakti

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh sawah dan perbukitan hijau, hiduplah sepasang suami istri bernama Waryan dan Laela. Mereka adalah petani sederhana yang tinggal di rumah berdinding anyaman bambu dan beratap rumbia. Hidup mereka jauh dari kata berkecukupan, namun hati mereka selalu penuh syukur.

Setiap pagi, Waryan berangkat ke ladang membawa cangkul dan bekal seadanya. Sementara itu, Laela menyiapkan air hangat dan membersihkan halaman rumah. Makanan mereka tidak pernah mewah—kadang hanya singkong rebus atau nasi dengan garam. Namun tak pernah sekalipun Laela mengeluh.

"Apa pun yang kamu bawa pulang hari ini, aku pasti senang, Mas," kata Laela dengan senyuman hangat, setiap Waryan pulang dari ladang.

Waryan menyimpan uang hasil jerih payahnya di dalam kaleng kecil yang ia selipkan di bawah tumpukan pakaian tua di sudut kamar. Ia tahu Laela sesekali melihatnya, namun istrinya tak pernah sekalipun menyentuhnya, walau sekadar memindah. Jika ia ingin jajan atau membeli sesuatu, Laela menunggu dengan sabar sampai Waryan memberikannya sendiri.

“Saya tahu kamu simpan uang di bawah baju, Mas. Tapi aku nggak berani ambil. Aku lebih s**a kalau kamu yang ngasih langsung,” ujar Laela suatu malam, sambil menyandarkan kepalanya di pundak suaminya.

Mendengar itu, Waryan menatap istrinya dengan mata berkaca-kaca. “Kamu ini anugerah terbesar dalam hidupku, Laela.”

Suatu musim tanam, mereka mencoba menanam sayur labu di tanah belakang rumah. Setiap hari, mereka menyiram dan merawatnya dengan penuh cinta. Beberapa bulan kemudian, labu-labu itu mulai tumbuh besar dan ranum. Tapi ada satu labu yang bentuknya aneh—tidak bulat seperti lainnya, melainkan memanjang seperti mentimun, namun ukurannya jauh lebih besar.

“Aneh benar bentuknya, Mas,” kata Laela sambil membelai labu itu. “Tapi entah kenapa aku merasa labu ini istimewa.”

“Kalau begitu, kita petik saja dan bawa pulang. Besok kita masak,” ujar Waryan.

Sesampainya di rumah, Laela menaruh labu itu di atas meja kayu reyot mereka. Dengan pisau tajam, Waryan membelahnya. Namun, alangkah terkejutnya mereka ketika dari dalam labu itu bukan biji-biji biasa yang keluar, melainkan batu-batu kecil yang berkilauan terang seperti bintang.

“Mas… ini… berlian?” suara Laela bergetar.

Waryan terdiam. Ia memungut satu dan mengamati kilauannya di bawah lampu minyak. “Benar, Laela. Ini berlian. Banyak sekali.”

Mereka berdua saling berpandangan. Bukannya berteriak gembira atau terburu-buru pergi ke kota, mereka malah bersujud bersyukur di atas tikar lusuh mereka.

“Ini pasti rezeki dari Allah karena kesabaranmu, Laela,” ucap Waryan haru. “Karena kamu tidak pernah mengambil yang bukan hakmu. Karena kamu selalu bersyukur.”

Dengan bijak, mereka hanya menjual sebagian berlian itu untuk membeli kebutuhan hidup yang lebih layak. Mereka membangun rumah kecil yang nyaman, membantu tetangga yang kesulitan, dan membuka lahan pertanian yang lebih luas. Sebagian dari hasil panen mereka tidak pernah lupa untuk berbagi dengan warga desa.

Namun, hidup mereka tetap sederhana. Laela masih memasak sendiri, menyapu halaman, dan menyimpan uang suaminya di tempat yang sama—tanpa pernah sekalipun menyentuhnya tanpa izin.

Dan setiap malam sebelum tidur, Waryan tak lupa berkata:

“Rezeki terbesar dalam hidupku bukan labu itu, tapi kamu, Laela.”

Pesan Moral
Penulis Edi Warsono
Kontributor Eva Nurhayati Bundanya Khafa

Kesetiaan, kejujuran, dan rasa syukur dalam rumah tangga adalah kunci datangnya keberkahan. Rezeki bukan hanya soal jumlah, tetapi soal cara memperolehnya dan rasa cukup yang menyertainya.

Namun, penting juga untuk terus belajar dan memperluas wawasan agar kita memahami makna dan fungsi benda dari budaya lain—supaya tak salah pakai, seperti menjadikan koteka sebagai cangkir teh!

Bagikan d**geng ini di beranda Facebook sobat semua jika menyukai isinya, agar semakin banyak sahabat kita yang membaca dan termotivasi untuk selalu berbuat kebajikan di muka bumi ini.

PENGUMUMAN :
Bagi sobat yang s**a dengan cerita hantu dan cerita misteri, atau cerita yang seram-seram bisa mengikuti kami di saluran baru yang khusus untuk cerita-cerita Mistis dan Misteri, silakan Klik Cerita Horror Nusantara dan ikuti untuk mendapatkan cerita misteri setiap hari. Terimakasih.

Saksi PembunuhanDi sebuah kota kecil yang damai, terdapat tiga sahabat lama yang bekerja di lingkungan yang sama: Udin, ...
15/07/2025

Saksi Pembunuhan

Di sebuah kota kecil yang damai, terdapat tiga sahabat lama yang bekerja di lingkungan yang sama: Udin, Tarmin, dan Ucok. Mereka tinggal bertetangga, hidup sederhana, dan dikenal warga karena kepolosan dan tingkah konyol mereka yang tiada habisnya. Namun suatu hari, hidup mereka terasa berbeda karena sebuah peristiwa berdarah yang melibatkan tetangga mereka, Jemikun, dan si korban, Wito.

Cerita ini bermula ketika Udin dipanggil sebagai saksi utama di pengadilan negeri, atas kasus penus**an yang dilakukan Jemikun terhadap Wito. Duduk di kursi saksi dengan wajah datar dan tatapan lugu nan polos, Udin membuat suasana sidang berubah dari tegang menjadi kacau.

Hakim dengan suara lantang memulai,
“Apakah anda kenal dengan terdakwa, saudara Jemi?”

Udin menjawab sambil garuk-garuk kepala,
“Maaf, yang mulia… saya sama sekali tidak mengenalnya.”

Hakim mengernyit. “Lho, katanya Jemi tetangga anda?”

“Kalau Jemi sih memang betul, ia tetangga saya. Dan saya mengenalnya,” jawab Udin dengan polos.

Hakim melotot. "Tadi katanya anda tidak kenal, mana yang benar. Anda sebagai saksi sudah di sumpah lho. Jangan ngalor ngidul jawabnya!"

"Maaf yang mulia, kalau Jemi memang saya akui, dia tetangga saya dan saya sangat mengenalnya, tapi kalau saudaranya saya tidak kenal..." Jawab Udin, masih dengan wajah tidak bersalah.

Hakim menutup wajahnya dengan telapak tangan. “Alamaak… ribet bener ini orang”

Tak kuat lagi, hakim menyerahkan giliran tanya ke jaksa.
"Saudara Jaksa, silahkan Anda yang bertanya, saya bisa stroke jika berlama-lama bertanya sama orang ini.."

Jaksa pun mengangguk dan mulai bertanya, “Baik Yang Mulia... Maaf, Saudara Udin, apakah Anda melihat langsung Jemi membunuh Wito?”

Udin menjawab mantap, “Maaf pak, saya tidak melihatnya....”

“Lho, di dokumen pemeriksaan ini, katanya kamu melihat Jemi menusuk Wito...!?” Tanya Jaksa.

“Benar pak, saya lihat Jemi menusuk Wito, tapi kalau membunuh Wito saya tidak tahu...!”

Jaksa terdiam sejenak, lalu mencoba lebih tajam.
“Kalau Anda sudah tahu akan ada penus**an, kenapa tidak Anda cegah?”

Udin menggeleng cepat. “Saya takut, Pak.”

“Takut ditusuk balik?”

“Bukan, Pak. Takut dimarahin Jemi karena ganggu dia lagi nusuk Wito...” jawab Udin sambil serius.

Jaksa sampai batuk-batuk menahan emosi. “Lalu kenapa Anda tidak menelepon polisi?”

“Pulsa saya habis, Pak.”

“Di lokasi kejadian kan ada motor Anda. Kenapa tidak pergi ke kantor polisi?”

“Anu Pak... motor saya bod**g...”

“Kenapa Anda tidak mencoba berteriak memanggil warga, agar mereka berdatangan?”

Udin menjawab dengan wajah serius, “Pak Jaksa, itu bukan pertunjukan. Masa saya suruh orang-orang datang cuma buat liat penus**an?”

Hakim akhirnya berdiri sambil menepuk palu, wajah merah padam.
“Cukup!! Ini bukan ruang dagelan! Saya sudah tak sanggup dengar kesaksian saudara Udin. Saya sudah cukup, saya tidak mau kena stroke di ruangan ini! Saya putuskan—karena kesaksiannya terlalu membingungkan dan tidak membantu, maka Udin dihukum... eeh... dipulangkan saja. Dan terdakwa tetap menjalani proses hukum lebih lanjut, sambil menunggu sampai adanya saksi lain!”

Udin pun melangkah keluar ruang sidang sambil berkata kepada Tarmin dan Ucok yang sudah menunggu di luar,
“Gimana? Keren kan kesaksian gue? Kayaknya gue bakal diajak jadi saksi tetap nih!”

Tarmin dan Ucok saling pandang, lalu tertawa keras sampai security gedung datang menegur mereka.

Pesan Moral
Penulis Edi Warsono
Kontributor Eva Nurhayati Bundanya Khafa

Terkadang niat baik dan kejujuran tidak cukup tanpa pemahaman dan logika yang tepat. Kalau jadi saksi, lebih baik belajar dulu cara menjawab yang masuk akal—daripada bikin hakim sakit kepala dan jaksa migrain atau bahkan stroke!

Namun, penting juga untuk terus belajar dan memperluas wawasan agar kita memahami makna dan fungsi benda dari budaya lain—supaya tak salah pakai, seperti menjadikan koteka sebagai cangkir teh!

Bagikan d**geng ini di beranda Facebook sobat semua jika menyukai isinya, agar semakin banyak sahabat kita yang membaca dan termotivasi untuk selalu berbuat kebajikan di muka bumi ini.

PENGUMUMAN :
Bagi sobat yang s**a dengan cerita hantu dan cerita misteri, atau cerita yang seram-seram bisa mengikuti kami di saluran baru yang khusus untuk cerita-cerita Mistis dan Misteri, silakan Klik Cerita Horror Nusantara dan ikuti untuk mendapatkan cerita misteri setiap hari. Terimakasih.

Dua Office BoyDi suatu pagi cerah, di lantai tiga sebuah kantor di kota besar, duduklah dua orang office boy yang sedang...
15/07/2025

Dua Office Boy

Di suatu pagi cerah, di lantai tiga sebuah kantor di kota besar, duduklah dua orang office boy yang sedang menikmati teh manis dan sepotong gorengan. Mereka adalah Ujang dan Udin, dua sahabat sejati yang dikenal karena tingkah polos dan kepedean luar biasa.

Udin, yang duduk sambil menyilangkan kaki dan menatap ke langit-langit kantor, tiba-tiba bersuara dengan nada bangga.
“Jang, kayaknya minggu ini gue bakal naik jabatan deh, lo besok harus hormat sama gue ya” ujarnya sambil senyum-senyum sendiri.

Ujang yang sedang meniup teh langsung mengangkat alis.
“Naik jabatan? Jadi apa, Din?” tanyanya dengan heran.

“Paling nggak sih, jadi Kepala Office Boy. Gimana enggak? Liat aja nih... Gue udah pake otak gue, bro,” kata Udin sambil menepuk pelan kepalanya.

Ujang makin penasaran. “Emang lo udah ngapain sih?”

Udin menghela napas panjang, seolah akan bercerita tentang pencapaian luar biasa.
“Kemarin... Bos nyuruh gue beli beras kemasan 10 kilo, katanya untuk diberikan ke pak satpam yang di depan. Sebelum saya berangkat, bos sudah memperingatkan agar gue beli sesuai yang ia perintahkan. Nah, gue udah ke minimarket deket kantor. Tapi ternyata yang ada cuma beras kemasan 5 kiloan,” jelas Udin.

Ujang mengangguk-angguk. “Terus lo beli dua d**g?”

“Yaaa... Kagak! Gue balik ke kantor, bilang ke Bos kalo yang ada cuma 5 kiloan. Lagian kan Bos mintanya 10 kilo, bukan dua bungkus 5 kiloan... Gue patuh sama atasan d**g, inget pesannya sebelum aku berangkat, kalau gue harus beli sesuai perintah.”

Ujang melongo. “Terus? Bos ngomong apa?”

“Nah, anehnya dia malah ngamuk! Katanya gue bego dan harusnya beli dua bungkus yang 5 kiloan. Padahal kan... yah, gue cuma nurut...” Udin mengeluh, matanya memandang langit-langit kantor dengan pandangan nelangsa.

Ujang menepuk pundak sahabatnya. “Sabar, Din. Mungkin Bos belum paham cara mikir kita, nanti lama-lama bos pasti menyadari keistimewaan kita.”

“Tapi nih ya, Jang... Bos gak kapok, gue juga gak nyerah. Kemarin Bos nyuruh gue lagi untuk beli sepatu ukuran 42. Di toko cuma ada ukuran 21. Nah, kali ini gue pake otak d**g!” Udin berkata penuh semangat.

Ujang mulai curiga. “Lo beli dua pasang sepatu ukuran 21?”

“Yap! Genius kan, gue? Dua kali 21, jadi 42. Sama aja kan ukurannya?” Udin menjawab sambil senyum lebar, bangga.

Ujang terdiam, antara kagum dan bingung. “Dan Bos gimana?”

“Dia liatin tuh sepatu, diem aja. Terus dengan sangat sopan nyuruh gue keluar. Tapi pas gue keluar, gue ngintip... Kayaknya dia nulis surat promosi buat gue. Ada tanda tangannya segala!”

Ujang sontak berdiri. “Wah, gawat Din! Jangan-jangan lo beneran dipromosiin, mampus d**g gue harus hormat sama Lo!”

Mereka berdua tertawa bahagia, membayangkan meja kerja baru bertuliskan “Kepala Office Boy”

Namun, keesokan harinya...
Bos memanggil Udin dan memberikan amplop cokelat. Udin membuka dengan senyum yakin—dan... ternyata isinya surat mutasi ke kantor cabang di pabrik, bagian gudang, tempat yang jaraknya dua jam dari rumah.

Udin keluar ruangan dengan wajah pucat.
“Jang… ini bukan promosi. Ini... pengasingan!”

Ujang menahan tawa, lalu menepuk bahu Udin.
“Yah, Din. Lain kali, kalau pake otak... pastiin juga pake logika.”

Hari itu juga, Udin membawa keluar barang-barangnya dari mess kantor, seperti mau transmigrasi. Segala kasur dan bantal ia angkut dengan menyewa angkot.

Pesan Moral
Penulis Edi Warsono
Kontributor Eva Nurhayati Bundanya Khafa

Kepatuhan memang penting, tapi memahami maksud perintah dan berpikir secara logis jauh lebih penting. Kepedean yang tidak diimbangi dengan pemahaman hanya akan mengantar kita ke arah yang salah.

Namun, penting juga untuk terus belajar dan memperluas wawasan agar kita memahami makna dan fungsi benda dari budaya lain—supaya tak salah pakai, seperti menjadikan koteka sebagai cangkir teh!

Bagikan d**geng ini di beranda Facebook sobat semua jika menyukai isinya, agar semakin banyak sahabat kita yang membaca dan termotivasi untuk selalu berbuat kebajikan di muka bumi ini.

PENGUMUMAN :
Bagi sobat yang s**a dengan cerita hantu dan cerita misteri, atau cerita yang seram-seram bisa mengikuti kami di saluran baru yang khusus untuk cerita-cerita Mistis dan Misteri, silakan Klik Cerita Dongeng Indonesia dan ikuti untuk mendapatkan cerita misteri setiap hari. Terimakasih.

15/07/2025

Tahukah anda, jika kuda tidur sambil berdiri? Bagian 11

15/07/2025

Tahukah anda, jika kuda tidur sambil berdiri? Bagian 10

15/07/2025

Tahukah anda, jika kuda tidur sambil berdiri? Bagian 9

15/07/2025

Tahukah anda, jika kuda tidur sambil berdiri? Bagian 8

15/07/2025

Tahukah anda, jika kuda tidur sambil berdiri? Bagian 7

15/07/2025

Tahukah anda, jika kuda tidur sambil berdiri? Bagian 6

15/07/2025

Tahukah anda, jika kuda tidur sambil berdiri? Bagian 5

Address

Randegan

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Cerita Dongeng Indonesia posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Cerita Dongeng Indonesia:

Share