09/09/2025
mereka sadar jika ancaman terbesar Indonesia bukan datang dari pemain yang berkarir di Eropa, melainkan pemain kelahiran Sorong, Papua Barat, Indonesia. Dari menit pertama ia agresif menguasai bola, bergerak tanpa henti, dan mengatur tempo serangan.
Visi bermainnya tajam, karena beberapa kali kambuwaya sanggup melepaskan umpan terobosan akurat yang membongkar pertahanan Lebanon. Maka dari itu, setelah mereka menyadari semuanya, sesegera mungkin apapun caranya kambuwaya harus mereka singkirkan. Dan benar, dalam 15 menit pertama saja kambuwaya sudah dua kali dilanggar keras, tersungkur di rumput dengan wajah meringis, tapi mata yang menyala-nyala.
Jelas itu bukan kebetulan, karena bagi pelatih Lebanon, kambuwaya adalah target nomor satu yang harus disingkirkan sejak menit awal. Yap, kehebohan permainan kambuwaya memang membuat para pemain Lebanon harus ekstra waspada, dan itu memang nyata adanya. Lihat saja, pasing-pasing kuncinya, senjata rahasia yang membuat lawan geleng-geleng kepala.
Di menit ketujuh, kambuwaya melepaskan umpan terobosan. Mode trivela panjang, kemilena jonatan, di sisi kanan. Bola meluncur sempurna seperti panah yang tepat sasaran, memaksa baik Lebanon panik dan kehilangan posisi.
Jelas itu bukan pasing biasa, tapi itu adalah kunci yang hampir membuka gawang lawan. Hanya saja penyelesaian akhir masih kurang tajam. Yap, sepanjang babak pertama, kambuwaya mencatatkan akurasi umpan mencapai 88%, dengan tiga kipas yang langsung menciptakan peluang berbahaya.
Sebuah data yang membuatnya menjadi sorotan utama di antara rekan-rekannya. Yap, sementara lini depan Indonesia kesulitan mencatat gol, walaupun sembilan kali mencatat peluang yang masih off target. Kambuwaya adalah satu-satunya yang konsisten membongkar struktur Lebanon dari belakang.
Kambuwaya, dia nggak cuma bisa pasing, tapi dia juga bisa bergerak, dia bisa menekan, dan dia bisa menjadi dinding hidup yang merembut bola empat kali di lini tengah lawan. Setiap kali bola mengalir ke kakinya, supporter di tribun terasa seperti sedang menahan nafas. Apakah ini momennya? Apakah sang underrated ini akan menjadi pahlawan? Sayangnya belum, dan betapa tragisnya perjuangan itu.
Yap, Lebanon dengan lima kartu kuning berbanding dua milik Indonesia, tak segan bermain kasar, dramatis, dan provokatif, sampai-sampai Tom Haye pun tak sudi bersalaman dengan mereka. Tentu saja, strategi utama Lebanon di laga ini jelas singkirkan Kambuwaya, dan Garuda akan pincang. Mereka menugaskan gelandang bertumbuh besar untuk menempel ketat, bahkan tak ragu melakukan tackle keras yang membuat wasit angkat tangan.
Di menit ke-23, pelanggaran keduanya membuatnya terkapar, tapi Kambuwaya bangkit lagi, seperti Phoenix dari abu. Yap, ini adalah momen emosional yang mematik api di dada setiap fans Indonesia, bukti bahwa perjuangan sejati bukan tentang gol, tapi tentang ketangguhan yang tak tergoyahkan. B**g Toel, komentator kesaingan kita di masa kepelatihan STI, dengan lantang memuji penampilan Kambuwaya.