ALVIN TV Channel

ALVIN TV Channel INFORMASI SEPUTAR OLAHRAGA ,LIVE STREAMING, DRONE ,VLOG DLL

Segala hasil yang diraih di piala FF U23 ini sejatinya memang harus kita terima walaupun pasti kita semua masih belum pu...
31/07/2025

Segala hasil yang diraih di piala FF U23 ini sejatinya memang harus kita terima walaupun pasti kita semua masih belum puas. Sebab dari sisi permainan masih banyak hal yang bisa ditingkatkan, terutama dari sisi kreativitas serta kualitas finishing. Meskipun begitu, pihak IFF sendiri bagaimanapun juga harus berbenah terutama untuk lebih membuat turnamen ini nyaman. Apalagi jika menyangkut pertandingan-pertandingan tim-team. seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam ataupun Thailand. Karena bukan rahsia lagi jika turnamen piala AFF kategori apapun sering dibilang turnamen Mortal Kombat yang mana itu mengacu pada permainan keras menjurus kasar terutama dari tim seperti Vietnam yang bukan rahsia lagi memang terkenal punya gaya main seperti itu. Dan sebenarnya untuk level kelompok usia, turnamen ini sangat cocok digunakan sebagai ajang kadarisasi sekaligus memberikan pengalaman internasional berharga buat pemain muda. Namun seperti yang terjadi di laga final, kelihatan jelas terlalu banyak hal yang harusnya bisa teratasi oleh VAR namun nyatanya tidak seperti itu. Hal yang sepertinya juga secara tersirat diakui oleh Eric Thohir walaupun beliau sendiri sepertinya ingin lebih fokus ke langkah apa yang selanjutnya dilakukan. Mengingat setelah ini, Timnas U23 masih ada dua agenda, yakni kualifikasi Piala Asia dan SEA Games. Terima kasih kerana menonton! Sebelum ini, banyak yang berharap serta membayangkan betapa besarkan timnas Indonesia meraih juara AFF. Kalau menurunkan skuad yang di sana, terdapat nama-nama yang terbiasa main di level senior Ambil kata Ivar Jener, Justin Hoepner, Marcelino, Raphael Strike, Dion Marks, Wilbur Jardim serta Tim Gapens. Akan tetapi semua juga tahu kalau piala FFU23 itu tidak masuk kalender FIFA sehingga yaudah mereka tidak bisa tampil. Ditambah Coach Gerald sendiri sebelum turnamen juga menegaskan... Kalau mereka-mereka yang sudah main di timnas senior, cukup fokus saja di sana. Karena biar bagaimanapun, kualifikasi piala dunia jauh lebih penting. Dan ini adalah ajang untuk memberikan kesempatan lebih kepada pemain lain untuk memberikan jam terbang di level internasional. Dan setelah melihat bagaimana kultur piala FF yang sering dirosting sebagai turnamen Mortal Kombat, rasa-rasanya kok ada untungnya juga walaupun akhirnya kita kembali gagal jadi juara. Bukannya apa-apa, dari dulu hingga sekarang, gak di senior, gak di kelompok umur, memang piala FF ini kayaknya ya gitu-gitu saja. Dan satu hal yang semua bisa nebak dari awal, kalau Indonesia ketemu Vietnam, selalu ada saja hal-hal kontroversial serta permainan keras dan kasar akibat tensi tinggi yang diakibatkan. Setelah di final 2023 lalu kita beneran dongkol sama kelakuan pemain Vietnam yang lebih mirip pemain Kung Fu, kali ini hal serupa sedikit banyak terjadi. Yang paling jelas adalah kejadian di menit 32, manakala Rahmat Arjuna harus mengerang kesakitan usia kena sikut pemain Vietnam. Tapi apa yang terjadi? Yap, wasit Koji Takasaki cuma ngasih kartu kuning dan tidak mengecek VAR. Mungkin jika nanti sampai rumah wasitnya lihat lagi secara lebih jelas, itu beneran sikutnya masuk lho. Nah, bisa dibilang terlalu banyak hal yang cukup merugikan Indonesia. Ini fakta, bukan pembelaan. Sebab siapapun yang nonton pasti ngeh ketika pemain Vietnam dijatuhkan langsung prit. Bahkan gak ragu buat cek VAR. Lah giliran kita, boro-boro cek VAR, disemprit aja jarang? Dan sayangnya, seperti kultur pemain Liga Indonesia, pemain kita mudah banget kepancing sama hal-hal beginian. Sehingga yaudah, permainannya jadi rusak, fokus buyar, passing control, lebih sering error, dan hawanya gerada geruduk, mutar-mutar, bingung sendiri. Alhasil di laga ini, kita selain dibikin sebel sama pemain yang gak berani inisiatif ambil umpan resiko serta pergerakan yang smooth, terus semua terkesan main aman walaupun Coach Geralt sudah teriak-teriak di pinggir lapangan. Kita juga emosi sendiri lihat pemain emosi, serta gampang banget kepancing sehingga game plan-nya nggak jalan. Dan usai laga, Coach Gerald pun juga cukup menyayangkan kepemimpinan Wasid yang dirasa cukup membuat pertandingan terganggu karena beberapa keputusannya plus VAR yang kayaknya percuma juga dipasang. Ya, tentu saja kad merah tidak bagus

Timnas U23 harus menerima pil pahit manakala harus kalah dari Vietnam di final AFF U23 2025. Yap, satu gol dari pas**an ...
30/07/2025

Timnas U23 harus menerima pil pahit manakala harus kalah dari Vietnam di final AFF U23 2025. Yap, satu gol dari pas**an Huyen cukup untuk membuat mimpi Geruda Muda angkat trofi di rumah sendiri harus kandas. Sekaligus menjadikan ini adalah hat-trick gelar AFF U23 bagi Vietnam secara beruntun. Nah, di luar dari skor yang ada, kita semua harus objektif kalau pemain Indonesia masih banyak kekurangannya. Oke lah secara skill, gocak-gocek kita gak kalah, tapi dalam urusan basic inilah yang maaf-maaf aja seolah jadi penyakit lama pemain didikan Liga Indonesia. Hal yang disinyalir membuat Gerald Vandenbergh kabarnya merasa tidak puas dan akan melakukan evaluasi besar-besaran. Selain itu, yang perlu menjadi sorotan adalah karakter kepemimpinan wasit Koji Takasaki, yang lagi-lagi cukup kontroversial. Ya, para pemain Vietnam tampaknya lebih memahami gimana karakter wasit yang satu ini, sehingga drama-drama yang mereka ciptakan terbilang sukses untuk merusak fokus pemain Indonesia. Namun dilihat dari sisi manapun, di laga final ini, Mimin pribadi secara jujur mengatakan, Kalau permainan kita, terutama dari sisi progresi, passing, serta meng-create chance, apalagi finishing, emang belum layak untuk jadi juara. Bahkan jika para pemain nggak introspeksi diri, jangan kaget kalau nanti di kualifikasi PL Asia, sektor-sektor sentral bakal diisi oleh pemain diaspora. Karena sejatinya, di timnas U23, kita masih ada nama-nama seperti Dion Marks, Tim Gepens, Wilbur Jardim, hingga beberapa nama yang kabarnya masih dalam proses seperti Mauro Zelsra, Adrian Wibowo, sampai mungkin Laurin Ulrich. We never know. Usaha sudah perjuangan timnas U23 di AFF kali ini, dimana seperti edisi sebelumnya, kita kembali kalah melawan Vietnam di final. Yap, hasil ini sendiri pada akhirnya semakin mengkukuhkan posisi Vietnam sebagai tim terbaik dengan hat-trick juara 3 kali beruntun. Dan Indonesia, meskipun diisi 12 pemain yang pernah mentas di piala AFF Senior akhir 2024 kemarin, pada akhirnya memang harus banyak berbenah. kalau di Asia nanti ingin berbicara banyak. Yap, di laga ini sendiri, Coach Gerald tampil dengan formasi yang sangat beda. Sebab, jika dari fase grup, sampai semifinal kemarin selalu main 4-3-3, tapi di final ini, dia bermain dengan pakem 3-back yang diisi Kakang, Ferrari, dan Kadek Arel. Nah, problem dari tim ini, sepertinya memang nggak punya backup yang setara. Terutama di sektor tengah, Arkan Fikri, Tony Firmansyah, boleh dibilang adalah kehilangan besar. Walaupun Arkan akhirnya main di 10 menit terakhir, Tapi terlihat jelas, dia ibaratnya masih 60% pulih. Pun begitu dengan Jens Ravn, kondisi fit aja dia kemarin sulit bekerja keras, menembus marking pemain Thailand. Lah ini, dengan kondisi yang nggak 100%, dia seolah dipaksa nggak punya ruang buat melewati man-to-man marking pemain Vietnam. Ibaratnya, belum juga balik badan, udah ada 2-3 pemain yang mengapungnya. Apalagi dia ini tipikalnya real striker, ya susah juga kalau harus dipaksa bermain mobile. Kemudian yang paling mencolok bahkan sejak awal turnamen adalah kemampuan pemain yang kayaknya sulit banget buat ngirim progresi passing ke depan dan keliatan banget. Gak ada Arkan Fikri, gak ada Tony Firmansyah, walah position si position, tapi ya gak dikit-dikit back pass. Itulah kenapa Coach Giralt sendiri diketahui juga mumet karena dia pun sebenarnya minta untuk lebih banyak berani kasih umpan ke depan. Tapi ya gimana Coach, kualitas pemain kita masih gitu, sekalinya passing ke depan? lebih sering gak nyampe, atau pas giliran nyampe, eh kontrolnya salah. Catatan penting, terutama buat Dion yang gak tau kenapa, sepanjang dia main dari match sebelumnya, lebih banyak main aman. Kemudian Frankie Misa, dia bagus kalau soal urusan gocek-gocek, tapi kontrol dan passing bolanya, please banget jangan gitu lagi. Lalu Robby Darwish, Mimin sebenarnya s**a sama etos kerjanya, tapi ya gitu, kontrol sering kejauhan, long ballnya sering ngawur, dan giliran syuting, eh cepat. Ini Mimin bilang begini bukan berarti Mimin benci lho ya, tapi ini fakta dan semoga semua pemain belajar. Karena kalau mainnya masih bawa penyakit lama pemain didikan lokal, yaudah berat pas nanti dikualifikasi Piala Asia. Dan sebenarnya, final ini seolah menunjukkan kalau tim ini memang masih banyak kurangnya. Mulai dari kedalaman squad, sampai hal-hal basic sepak bola terutama segi urusan progresi passing. Itulah kenapa, mungkin jika Laurin Ulrich yang katanya, jadi salah satu pemain yang akan dinaturalisasi nonton match ini, so pasti dia juga ikut geregetan karena kepres dikit passing ke belakang. Intinya yaudah terima aja kalau kita emang layak kalah dari sisi teknis melawan Vietnam. Sementara itu, terkait hal-hal nonteknis, ini juga jadi catatan penting nih, terutama buat AFF. Pertama, jelas soal wasit. Nah, di laga ini, gak tau kenapa, kalau pemain Indonesia dilanggar, wasitnya seolah moto peteng. Tapi giliran pemain Vietnam di Senggol, walah langsung prit, terutama di babak pertama, yang sumpah bikin panas. Kedua, soal gaya main Vietnam yang asli tengil dan penuh provokatif. Nah, ini berkaitan dengan catatan ketiga. Terkat karakter wasit Koji Takasaki yang sepertinya udah dipahami betul sama Vietnam untuk ambil keuntungan. Ya bagi yang belum tahu, wasit Koji ini emang dikenal kontroversial dan Indonesia bukan pertama kalinya merasa jengkel sama keputusan-keputusannya. Sebab di Laga Indonesia vs Filipina di fase grup Piala FF Senior 2024 lalu, dia adalah orang yang ngasih kartu merah buat Muhammad Ferrari di akhir babak pertama karena dianggap berlebihan. Nah, laga itu sendiri menjadi laga debut Koji, mimpin laga internasional. Yap, Koji Takasaki ini emang dikenal dengan pendekatan disiplin tinggi dalam memimpin laga, yang mana ia nggak segan memberikan kartu untuk menjaga tempo dan integritas pertandingan. Data menunjukkan bahwa pada musim 2024, di J1 League, dari 13 pertandingan yang ia pimpin, tercatat ada 37 kartu kuning dan 3 kartu merah keluar dari sakunya. Kemudian di ajang AFF U16 2024, Ia bahkan pernah memberikan tujuh kartu kuning dan satu kartu merah, termasuk kepada baik muda Indonesia U16, Raihan Apriansyah, saat lagam awan Australia. Sehingga menjadi hal yang wajar jika Eric Thohir sedikit merasa agak males-males gitu pas deketan sama Presiden AFF. Karena ya gimana bisa? Sebuah laga final dipimpin oleh wasit yang jam terbangnya di level internasional terbilang masih cetek Ditambah dia adalah tipe wasit yang kalau pelanggaran dianggap ringan gak bakal disemprit Tapi yang bikin kocak, VAR seolah gak ada gunanya di laga ini Plus pemain Indonesia yang kayaknya polos-pol gitu loh Seperti misal pemain Vietnam guling dikit, eh bolanya langsung dibuang padahal lagi momentum. Padahal sama wasit belum niub, yaudah serang aja. Toh keliatan abis dihentikan, gak berselang lama pemain Vietnam udah ngibrit lagi. Jelas hal-hal ini juga perlu para pemain buat belajar, karena di level internasional gak bisa kita sepolos itu. Contohlah seperti Justin Hoepner, yang kita inget pas lawan Vietnam gimana dia melakukan intimidasi yang bikin pemain Nguyen gak berani aneh-aneh. Ya intinya jangan polos-polos lah, kan gitu. Yap, terlepas dari apapun, yang udah, yaudah. Kalah ya kalah, gak usah terlalu berlarut dalam kesedihan. Sebab di depan sana, masih ada kualifikasi Piala Asia yang mana kita segrup sama Korea Selatan, Laos, dan Makau. Jadi hal-hal basic serta pemahaman, situasi main di level tertinggi, entah itu teknis ataupun non-teknis, harus benar-benar ditingkatkan. Karena kalau enggak, jangan kaget, kalau nanti di kualifikasi Piala Asia atau semisal kita lolos ke Piala Asia, sektor-sektor sentral bakal diisi oleh pemain diaspora. Karena sejatinya, di timnas U23 kita masih ada nama-nama seperti Dion Marks, Tim Gepens, Welber Jardim, hingga beberapa nama yang kabarnya masih dalam proses seperti Mauro Zellstra, Adrian Wibowo, sampai mungkin Laurin Ulrich. Dan gak menutup kemungkinan, akan ada pemain-pemain lain yang bakal dinaturalisasi kalau itu memang dibutuhkan. Sebab nama-nama seperti Delano, Van Der Heiden, Luka Blondel, sampai Jim Kroku bisa aja sekalian diangkut sekalian. Ingat, kalau udah bicara timnas, ini soal kualitas, jadi gak ada istilah kasian-kasian. Yang ada bersen secara sehat dan buktikan semuanya di atas lapangan, kan gitu. Semoga kekalan ini jadi pelajaran kalau main bola gak cuma sekedar urusan teknis, tapi mental menguasai non teknis juga harus diperkuat. So masih ada waktu, maaf kalau mimin seolah mencurahkan semua unek-unek. Pokoknya ya, kalau bagus mimin bilang bagus, kalau jelek ya jelek. Bukan sok tau atau gimana-gimana, tapi ngasih kritik saran adalah hak kita sebagai fans Timnas Indonesia. Yang penting gak keluar dari koridor sepak bola, kan gitu. Maka dari itu, buat semua elemen Timnas, tetap semangat dan sukses selalu, oke? Kita Garuda! Terima kasih.

Full Time
29/07/2025

Full Time

Half Time
29/07/2025

Half Time

Kick off
29/07/2025

Kick off

Asisten pelatih Timnas Indonesia U-23, Frank van Kempen, buka suara soal alasan menempatkan Muhammad Ferarri sebagai pen...
27/07/2025

Asisten pelatih Timnas Indonesia U-23, Frank van Kempen, buka suara soal alasan menempatkan Muhammad Ferarri sebagai penyerang saat menghadapi Thailand U-23 pada semifinal Piala AFF U-23 2025 di Stadion Utama Gelora B**g Karno, Jakarta, Jumat (25/7).
Dalam pertandingan itu Ferarri masuk pada menit 77' bersama Brandon Scheunemann dan Muhammad Alfharezzi Buffon.
Namun, Ferarri tidak menempati posisi aslinya, yakni bek tengah, dan justru didorong ke depan mendampingi Jens Raven.
Asisten Gerald Vanenburg, Frank van Kempen, menjelaskan bahwa situasi itu tidak direncanakan sebelumnya.
Gerald mengambil keputusan memasang Ferarri sebagai penyerang karena Timnas Indonesia U-23 dalam keadaan tertinggal 0-1.
Hasilnya, Timnas Indonesia U-23 berhasil menyamakan kedudukan lewat Jens Raven pada menit 84' dan memaksakan laga berlanjut hingga adu penalti.
Di babak adu penalti, Timnas Indonesia U-23 menang 7-6 sehingga berhak mendapatkan tiket ke final Piala AFF U-23 2025.
"Skenario itu (memasang Ferarri di depan-Red) tidak kami latih sebelumnya," kata Frank van Kempen.
"Tapi kami butuh gol, jadi kami masukkan banyak pemain yang punya postur tinggi.""Dan ternyata kami bisa mencetak gol, jadi kami sangat senang dengan keputusan itu," tuturnya.

Ya, timnas U23 Indonesia baru saja melangkah ke final piala AFF U23 2025 dengan cara yang dramatis. Seperti sama-sama ki...
26/07/2025

Ya, timnas U23 Indonesia baru saja melangkah ke final piala AFF U23 2025 dengan cara yang dramatis. Seperti sama-sama kita lihat, squad Garuda Muda menyingkirkan Thailand di semifinal melalui adu penalti 7-6 setelah bermain imbang 1-1 selama 120 menit. Kemenangan Heroic ini jelas tak terlepas dari perjuangan para pemain di Squad Garuda. Tapi lebih dari itu, sentuhan kejeniusan Gerald Vandenberg sebagai pelatih kepala juga layak mendapatkan kredit tersendiri. Banyak yang mungkin tidak menyadari betapa besar peran Vandenberg dalam keberhasilan ini. Ia berani mengambil keputusan yang tak terpikirkan oleh orang kebanyakan, sekaligus menunjukkan visi taktik luar biasa yang patut diapresiasi. Nah di video ini, kita akan ulas kedatangan Vandenberg ke timnas U23, bagaimana awalnya ia diramehkan. Namun dengan disiplin yang ia tanamkan, strategi jenius dan visi besarnya, kita bisa melihat timnas U23 kembali ke final piala AFF. Sebelum kita bicara soal apa yang dilakukan Vandenberg di timnas U23, kami pikir kalian perlu tahu siapakah sosok satu ini dan bagaimana ia bisa menjadi pelatih timnas Indonesia. Jadi singkat cerita, Gerald Vandenberg resmi diperkenalkan sebagai pelatih kepala timnas U23 Indonesia U23. Pada Januari 2025, penunjukannya diumumkan PSSI melalui akun Instagram resmi bersamaan dengan restrukturisasi tim kepelatihan di level senior. Di sini, Vandenberg juga dipercaya masuk dalam staff pelatih timnas senior Indonesia sebagai asisten. Bekerja sama dengan Patrick Levert serta asisten lain seperti Alex Pastor dan Danny Lansat. Nah, kehadiran Van den Berghe yang merupakan mantan winger timnas Belanda yang pernah menjuarai Euro 1988 ini pun diharapkan membawa dampak positif dalam membangun fondasi generasi muda yang kompetitif sekaligus memperkuat timnas senior. Ada harapan bahwa dengan pengalaman panjang di Eropa, termasuk melatih tim muda PSV Eindhoven, Van den Berghe bisa mengukir prestasi di level U23 dan mempersiapkan pemain-pemain muda untuk jenjang senior. Terima kasih telah menonton! Meski begitu, jelang turnamen pertamanya di piala AFF, banyak yang meragukan apakah Gerard Vandenberg bisa memberikan yang terbaik. Ada alasan kuat kenapa Vandenberg awalnya diragukan. Salah satunya adalah, ia baru bisa mengumpulkan tim dan memulai pemusatan latihan pada akhir Juni 2025. Praktis hanya sekitar 3 minggu sebelum piala AFF dimulai. Dalam hal ini, minimnya waktu persiapan membuat banyak pihak sangsi. Apakah Vandenberg mampu merajik tim yang padu dalam waktu mepet? Tapi menariknya, inilah kenapa kita respect padanya. Terbaru, Usai berhasil melangkah ke semifinal dengan status juara grup. Laga semifinal melawan Thailand U23 menjadi panggung pembuktian jenius taktik Gerald Vandenberg. Bermain di Stadion Utama Gelora B**g Karno yang dipadati puluhan ribu supporter, Indonesia sempat tertinggal 0-1 setelah gawang Ardiansyah dibobol Yotsakon Purapa di menit ke-60, menunjukkan mentalitas tak kenal menyerah yang dipadukan dengan taktik menarik dari pelatih tim Garuda. Ya, saat tertinggal, di mana kebanyakan pelatih mungkin akan menambah pemain penyerang untuk mengejar gol. Vandenberg yang melihat lini pertahanan Thailand sulit dicepol dengan skema 1-2, memilih keputusan tak lazim yang bikin banyak orang terkejut. Pada menit ke-77, ia memasukkan Muhammad Ferrari, seorang back tengah jangkung, bersama pemain bertubuh tinggi lainnya Brandon Shoneman dan Buffon untuk menggantikan pemain-pemain ofensif seperti Rahmat Arjuna, Dominicus Dion, dan Ahmad Maulana. Tapi menariknya, disinilah letak kecerdikannya. Ferrari yang berpostur 183 cm lebih didorong maju ke depan untuk membantu serangan udara di kotak penalti lawan. Hasilnya terbukti jitu. Pada menit ke-83, Indonesia mendapat sepak pojok dan James Ravan berhasil meloncat di kerumunan pemain untuk menanduk bola hasil sepak pojok Raihan Hanan menjadi gol. Stadion GBK pun bergemuruh melihat skor berubah satu-satu. Gol Ravan dari dual udara itu jelas bukan kebetulan semata. Itu buah dari keberanian Vandenberg memasukkan pemain-pemain jangkung untuk memenangkan bola atas di kotak penalti Thailand. Menurut Frank Van Kampen, skenario memainkan pemain bertahan di sektor lini serang bukanlah skenario yang sudah mereka latih, tapi muncul karena insting pelatihnya yang melihat kebutuhan tim. Dalam hal ini, pelatih melihat jika duel-duel udara lah yang dibutuhkan timnas, dan itu berhasil, dengan Vandenberg mengaku sangat senang. Skenario itu tidak kami latih sebelumnya, tapi kami butuh gol, jadi kami masukkan banyak pemain yang punya postur tinggi. Ternyata kami bisa menjata gol, jadi kami sangat senang dengan keputusan itu, ungkap asisten pelatih Frank Van Kampen, usai laga. Sekali lagi, keputusan out of the box Vandenberg ini menunjukkan intuisi tajam dan kreativitas taktik. Ia berani keluar dari pakem, melakukan apa yang tak terpikirkan oleh pelatih biasa, demi mengubah nasib timnya. Banyak awalnya meragukan pergantian tersebut, namun Vandenberg melihat potensi yang orang lain lewatkan. Kejeniusan seperti inilah yang membuat perbedaan antara pelatih bagus dan pelatih hebat. Indonesia berhasil memaksakan perpanjangan waktu berkat langkah berani tersebut. ketegangan di babak penalti. Seperti sama-sama kita lihat, usai skor imbang bertahan hingga 120 menit, laga Indonesia versus Thailand berlanjut ke adu penalti. Ini adalah momen yang menguji mental dan ketenangan, di mana disinilah lagi-lagi peran Vandenberg sangat krusial. Squad asuan pelatih asa Belanda tersebut menunjukkan mental baja di babak tos-tosan krusial ini. Di situ, kita melihat para algojo penalti Garuda Muda tampil begitu tenang dan penuh percaya diri dalam mengeksekusi tendangan mereka. Hasilnya? Dari 8 penendang Indonesia, hanya satu yang gagal, yakni penalti Robby Darwish, diselamatkan keeper lawan. Sementara keeper muda Muhammad Argyansyah sukses menghalau tendangan ke-8 Thailand yang akhirnya membuat Indonesia memenangkan adu penalti dengan skor 7-6. Ya, mempersiapkan tim muda menghadapi tekanan adu penalti tentu bukan perkara mudah. Uniknya, Vandenberg sebelumnya mengaku tidak secara khusus melatih adu penalti karena menargetkan menang dalam 90 menit waktu normal. Meski begitu, mental tangguh pemain dalam momen genting tersebut mencerminkan bagaimana Vandenberg telah membangun kepercayaan diri dan fokus tim. Para pemain berani maju sebagai eksekutor dengan keyakinan tinggi, termasuk Hockey yang mengambil tembakan penalti kelima. Padahal sama-sama kita ketahui ya, Hockey ini adalah pemain timnas paling mendapatkan tekanan terbesar. Tapi ia berhasil mengatasinya semalam.

Gini Akibatnya Kalau Terlalu Cepat Selebrasi ‘Raven TERTAWAKAN El Patok“ Comeback Epic Garuda
26/07/2025

Gini Akibatnya Kalau Terlalu Cepat Selebrasi ‘Raven TERTAWAKAN El Patok“ Comeback Epic Garuda

Pertandingan yang menegangkan, penuh drama dan syarat emosi. Timnas Indonesia U23 akhirnya berhasil melaju ke final pial...
26/07/2025

Pertandingan yang menegangkan, penuh drama dan syarat emosi. Timnas Indonesia U23 akhirnya berhasil melaju ke final piala FFU23 setelah menumbangkan rival Abadi Thailand lewat adu penalti yang mendebarkan. Bertempat di Stadion Gelora B**g Karno yang penuh sesak oleh dukungan supporter merah putih, timnas Indonesia menunjukkan mental juara saat menghadapi Thailand di semifinal piala FFU 23. Dalam laga penuh tensi, kedua tim bermain imbang hingga waktu normal dan babak tambahan usai dengan skor satu sama. Di babak kedua penalti, drama semakin memuncak. Keeper Indonesia tampil sebagai pahlawan dengan menyelamatkan dua tendangan penalti pemain Thailand. Skor akhir atuh penalti 4-3 untuk Indonesia. Kemenangan ini tidak hanya membawa Indonesia ke partai final, tapi juga jadi pembalasan sempurna atas pertemuan-pertemuan panas sebelumnya. Pelatih, ofisial, dan para pemain langsung sujud syukur atas keberhasilan menembus final dengan penuh perjuangan. Garuda muda terbang tinggi final kini di depan mata. Mampukah mereka membuat trofi bergengsi ini di tanah air? Kita tunggu perjuangan mereka selanjutnya. Menyelamatkan harga diri bangsa, Raven balas selebrasi sarkas pemain Thailand. Pertandingan syarat emosi antara Indonesia dan Thailand di semifinal piala FF U23 tak hanya menghadirkan drama di lapangan, tapi juga momen yang viral di luar permainan. James Raven, striker berdarah Belanda-Indonesia membalas rebasi sarkas pemain Thailand dengan cara yang tak tertuga. Insiden bermula saat salah satu pemain Thailand melakukan selebrasi provokatif setelah mencetak gol penyeimbang dengan gestur tengil menghadap supporter Indonesia. Namun, tak lama berselang, James Trafford muncul sebagai pahlawan. Lewat skema serangan balik cepat, ia berhasil menyarankan bola ke gawang Thailand. Tapi yang mencuri perhatian bukan hanya golnya, melainkan selebrasi balasan James yang penuh sidiran balik. Dengan menuju ke arah pemain Thailand dan memberi isyarat diam, James Raven secara halus namun tajam menyampaikan pesan jangan pernah remehkan Garuda. Aksi bala selebrasi itu sempat memanaskan tensi antar pemain. Namun James tetap tenang, menunjukkan kelas dan keberaniannya membela harga diri timnas Indonesia di tengah tekanan. James Raven tak hanya mencetak gol tapi juga memilah martabat merah putih, sebuah pembalasan elegan yang akan dikenang dalam sejarah pertemuan Indonesia melawan Thailand. Strategi kasar Thailand tak dapat tumbangkan Garuda Muda. Di bawah tekanan dihujani pelanggaran, bahkan dipancing emosi, tapi Garuda Muda tak goyah. Strategi kasar Thailand akhirnya gagal total menumbangkan semangat juang timnas Indonesia U23 di semifinal piala FFU23. Sejak peluit babak pertama dibunyikan, timnas Thailand terlihat menerapkan pendekatan fisik yang agresif. Beberapa kali pemain Indonesia dijatuhkan, bahkan ada momen ketika tekel kasar terlihat seperti upaya mencintidai. Namun Geruda Muda tampil disiplin, tidak terpancing emosi. Meski dihajar berkali-kali, semangat juang pemain Indonesia justru semakin membara. Solidaritas tim, permainan cepat dan kerjasama tanpa lelah jadi senjata utama Indonesia. Bahkan saat Thailand berusaha mengacaukan ritme permainan lewat pelanggaran, Geruda Muda justru berhasil mencetak gol banyak imbang. Thailand boleh bermain keras, tapi Indonesia bermain cerdas, mental juara dan pengendalian diri jadi pembeda. Pada akhirnya, strategi kasar Thailand tak membuahkan hasil, Indonesia menang maju ke final dan membuktikan bahwa sepak bola bukan soal menjatuhkan lawan, tapi soal menjunjung sportivitas dan menunjukkan kualitas. Emosional pelatih dan pemain pecah setelah menang atas Thailand. Tangis pecah, peluk haru, dan secucukur memenuhi stadion, timnas Indonesia U23 melaju ke final piala FFU23 setelah melalui laga penuh tekanan melawan Thailand. Emosi para pemain pun akhirnya meledak di tengah malam, kemenangan yang tak terlupakan. Tak hanya pemain dan pelatih supporter di Stadion Gelora B**g Karno meledak, ribuan penonton bersorak dan para pemain langsung berhamburan ke lapangan, menangis, berteriak, memeluk satu sama lain. James Raven terlihat menutup wajah sambil menangis lalu bersujud. Beberapa pemain lain dan coach Gerald bahkan tak kuasa menaik air mata. Ini bukan sekadar semifinal, ini perjuangan panjang. Mereka sudah diberi semuanya. Saya bangga dan terharu, ungkap Gerald Van Der Boel. Tak ada kata yang bisa menggambarkan malam ini selain bangga, emosi para pemain meledak bukan hanya karena kemenangan, tapi karena beban, tekanan, dan kecintaan pada merah putih. Jadi menurut kalian gimana nih dengan perjuangan pemain kita melawan Thailand ini gengs? Yuk berikan pendapat kalian di kolom komentar.

Full Time adu penalti go final
25/07/2025

Full Time adu penalti go final

Tambahan waktu 2 x 15 menit
25/07/2025

Tambahan waktu 2 x 15 menit

Address

Jalan Raya Sungai Baru
Sambas
79465

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when ALVIN TV Channel posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Category