30/05/2023
Dramaturgi Menutup yang Terbuka
Tensi legislator Senayan mulai meninggi sejak utak-atik sistem Pemilu dilempar ke sidang Mahkamah Konstitusi (MK). Tercatat delapan Fraksi di DPR RI menolak jika sistem Pemilu proporsional terbuka atau coblos nama caleg diubah menjadi proporsional tertutup atau coblos gambar partai.
Anggota Komisi III DPR RI Habiburokhman dalam konferensi pers di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (30/5/2023) menegaskan pihaknya bisa mengubah Undang-Undang terkait Mahkamah Konstitusi (MK) jika hakim MK memutuskan mengubah sistem Pemilu.
Habiburokhman awalnya menyatakan DPR tak ingin unjuk kekuasaan. Namun, dia mengingatkan semua pihak bahwa DPR punya kewenangan sebagai lembaga legislatif.
Panggung riuh sejak layar pertama kali dibuka. Lalu makin siru begitu para tokoh hadir dengan teknik muncul menarik dan mencuri perhatian. Penonton yang perhatiannya telah tercuri kini menanti jawab.
Sedangkan calon-calon legislator di antero Indonesia mulai pasang mata-telinga sembari bersiap 'war' nomor urut. Diyakini perburuan nomor urut bakal penuh drama, meminjam istilah anak muda kita kini.
Mirip jagad pertunjukan sastra lakon yang punya alur dramaturgis, 'war' antara DPR dan MK bakal dipenuhi aktor yang memainkan karakter manusia-manusia lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.
Aristoteles, filsuf Yunani pencetus istilah dramaturgi teater tahun 350 SM silam pasti bangga. Teorinya masih laku.
Bahkan Kenneth Duva Burke, teoritis literatur Amerika dan filosof pasti kegirangan. Setidaknya penganjur konsep dramatisme sebagai metode pemahaman fungsi sosial ini menyebut hidup itu drama. Lewat bahasa dan drama sebagai pentas simbolik kata dan kehidupan sosial, Burke menyebut hidup bukan seperti drama, tapi hidup itu sendiri adalah drama.
Jadi masuk akal jika memandang dinamika di jagad nyata yang terpampang di depan mata sebagai drama sesungguhnya.
Drama penghuni Senayan--MK tengah berlangsung. Prolognya adalah saat Ketua KPU RI, meminta maaf di depan Komisi II DPR RI pada rapat kerja, Rabu (11/01/2023). Katanya, "Saya sebagai pribadi memohon maaf karena pernyataan saya menimbulkan diskusi yang berkepanjangan dan mungkin tidak perlu."
Laku minta maaf ini berlawanan dengan komentarnya sendiri pada akhir Desember 2022. Soal uji materi UU Pemilu no 17 tahun 2017 itu, ia sebutkan kemungkinan Pemilu mendatang menggunakan mekanisme proposional tertutup.
Kini, setelah serangkaian sidang dilalui dan konon tinggal menunggu pembacaan keputusan, Denny Indrayana tampil ke panggung dengan teknik muncul ciamik. Ia berhasil mencuri perhatian, semua kuping fokus kepadanya yang 'mendapat' info valid bahwa MK bakal memutus sistem pemilu menggunakan proposional tertutup. Jeng-jeng.... Musik tempo dimarchia bertabuh singkat lalu koda. Lenguhan biola alto. Panggung black out.
Tangga dramatik menanjak. Bak bola glinding yang berburu maskot, sejumlah pakar melontarkan komentar. Tak ketinggalan petinggi parpol ikut nimbrung. Bahkan Menkopolhukam juga nyambar.
Goffman yang mendalami dramaturgi dari segi sosiologi menulis The Presentation of Self In Everyday Life. Segala macam perilaku interaksi kehidupan sehari-hari baginya sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Ada komunikasi timbal-balik para pelaku demi mencapai tujuan.
Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukkan: setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain. Tak bukan, demi meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan: membangun tangga dramatik.
Lantas genre drama apa yang sedang dimainkan para aktor di atas? Tragedikah? Kalau dari temanya, masuk. Karena menyangkut kemanusiaan universal. Secara tradisional, alur tragedi ada keruntuhan atau kehancuran tokoh yang statusnya tinggi. Tragedi menimbulkan rasa kasihan dan teror terhadap penonton. Aristoteles menyebutnya, Catarsis, atau ”pembersihan jiwa”.
Atau ini lakon komedi? Masuk juga. Pertama, situasi penuh humor sudah terjadi sejak dialog permintaan maaf Ketua KPU diucapkan. Ada tokoh atau watak yang mempertentangkan diri sendiri dan yang lain dengan akhir yang menimbulkan kelucuan. Komedi dapat menjadi kuat, bergairah, bernuansa remeh dan bergerak, tetapi organisasi pengalaman dramatiknya sama sekali menopang rasa kasihan atau teror dan mendatangkan tawa terbahak-bahak.
Sambil menunggu babak akhir, cermati klimaks-kilmaks kecil yang menuntun ke tangga puncak. Andai ada tokoh berstatus sosial tinggi yang tumbang atau hancur disertai rasa kasihan mendalam dan penonton terteror maka ini sudah pasti tragedi.
Namun jika di akhir cerita tak ada penonton yang mengalami katarsis melainkan gelak tawa belaka berarti ini kisah drama komedi.
Dan...jika ada tokoh penting terguling dan penonton serta merta tertawa terbahak, tentulah ini genre tragi-komedi.
