07/04/2025
PESANTREN TIRAKAT MBAH JAD
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang sampai sekarang tetap memberikan kontribusi penting di bidang sosial keagamaan.
Untuk dikatakan pesantren, harus ada kiai, santri, dan tempat yang khusus untuk belajar,
biasanya berupa masjid, mushalla atau langgar atau Kobong (Asrama Santri).
Dalam dunia pesantren, sebuah tradisi yang melekat dan tidak dapat dipisahkan dari diri seorang santri adalah ‘tirakat’. Tirakat, merupakan sebuah lakon khusus yang bertujuan untuk mendapat kesuksesan dalam mencari ilmu dan menggapai Ridho Ilahi.
Banyak versi pendapat tentang arti tirakat tapi kami lebih condong tirakat itu kami artikan meninggalkan sesuatu yang tak bermanfaat untuk ukhrowi dalam arti meninggalkan perkara dunia yang tidak bermanfaat untuk akhirat.
Pada intinya Tirakat adalah sebuah usaha seseorang hamba dalam mengekang hawa nafsu untuk mendekatkan diri pada ilahi.
Tradisi tirakat telah banyak dilakukan oleh ulama zaman dahulu hingga sekarang. Dalam melakukan tirakat biasa nya seseorang akan di beri ijazah terdahulu oleh guru nya seperti di beri amaliyah tertentu (Wirid -wirid puasa, shalat dll) Tapi ada kala nya memang seorang melakukan tirakat yang bersifat mutlak dalam arti berupaya sekuat tenaga untuk meninggalkan maksiat untuk menggapai Ridho nya Allah Swt.
Tirakat adalah cara pelatihan seseorang terhadap hawa nafsu nya Dengan cara meninggalkan kenikmatan-kenikmatan dunia seperti nikmat kenyang, nikmat tidur, nikmat kesenangan duniawi.
Jika seseorang dapat melatih hawa nafsunya, dalam arti menundukan hawa nafsu nya agar tidak mengajak kepada perkara yang di larang maka ia akan semakin mudah untuk istiqomah, qonaah, ikhlas, syukur, zuhud, dan wirai dan sifat-sifat yang baik lain nya akan tertanam dalam diri nya.
Sifat-sifat inilah yang diharapkan tertanam pada seseorang setelah melakukan tirakat. Sehingga puncak dari tirakat ini adalah sepenuhnya melakukan sesuatu untuk menggapai ridha Allah SWT, bukan untuk kepentingan duniawi semata.
Tirakat tidak terbatas hanya pada amaliah akhirat saja, seperti puasa, sholat, dan dzikir-dzikir. Bahkan sebagian ulama sufi menyebutkan bahwa tirakat terbesar ialah menahan diri dari berbuat maksiat, dan kadang bukan puasa, sebagaimana dijelaskan oleh Kiai Baha’uddin Nur Salim yang akrab disapa Gus Baha’ Bagi santri, berada jauh dari orang tua, tidak hidup mewah, makan seadanya, susah air atau listrik, selalu sholat berjamaah, adalah bentuk tirakat. Apabila santri bolos sekolah alasan lemas karena berpuasa, atau telat masuk (tidak disiplin) sebab lama membaca wirid-an itu justru keluar dari makna dan tujuan tirakat itu sendiri.
Tirakat tidak bisa dikatakan bid`ah, karena tirakat tidak merubah tatacara ibadah mahdhoh (ibadah yang telah ditentukan tata caranya), namun tirakat hanya melatih hidup susah disertai pelatihan menata hati agar selalu menuju ridho ilahi.
Tradisi ini sudah ada sejak zaman sahabat hingga sekarang. Para sahabat sering menghabiskan waktu siangnya dengan berpuasa, dan malamnya untuk bermunajat pada Allah SWT. Mereka sedikit makan dan minum serta mengurangi jam tidurnya. Para ulama juga mengikuti jejak mereka. Banyak ulama yang menjalankan puasa bertahun-tahun untuk mentirakati para murid-muridnya agar ilmunya bermanfaat. Banyak ulama yang rela hidup susah agar dapat mengekang hawa nafsu hingga dapat menuju kepada Allah SWT dengan mudah.
Itulah sekilas tentang TIRAKAT yang tidak bisa di pisahkan dalam dunia pesantren, dan apa p**a pondok pesantren yang di kenal dengan PONDOK TIRAKAT seperti hal nya jika di Banten kita mengenal ada Pondok Abuya Munfasir dimana di sana di pondok beliau seorang santri sangat di haruskah untuk tirakat.
Di Nganjuk ada Kiai Muzajjad Faqihuudin atau biasa dipanggil Mbah Jad, Banyak Para Auliya yang ada di Nganjuk Jawa Timur Seperti Syaikh Kiyai Ageng Aliman Muhyiddin Fatah di Ngaliman Sawahan nganjuk , Mbah Fatkhur Rohman di Poleng Brebek Nganjuk, Mbah Mahfud khoiri, Ampel ngaliman Nganjuk, Sayyid Abu khoiri di Patihan Rowo Sawahan Nganjuk & Mahaguru ulama tanah Jawa yang masyhur, Kiai Zainudin Mojosari Nganjuk dan masih banyak para Auliya & Ulama di nganjuk Seakan Nganjuk Setiap Zaman tidak pernah Sepi dari Auliya & Ulama.
Pesantren Mbah Jad, terlihat sederhana, hanya berupa kamar-kamar kecil, terbuat dari kayu dan bambu.
Di Pesantren beliau pun ada syarat masuk menjadi penghuni pesantren seperti harus puasa ngrowot 40 hari, 1 tahun, 2 tahun sampai 3,5 tahun. Setelah Itu setiap santri baru diberi masa puasa berbeda. Setelah lulus dilanjutkan puasa dawud.
Usia Mbah Jad diperkirakan 70 tahunan lebih dan beliau tidak menikah atau istilah santrinya ‘uzubah. Hingga saat ini beliau istiqomah berpuasa dan Ngrowot (Tak memakan Nasi) Mengkonsumsi jagung dan lauk tak bernyawa
Diantara titik perbedaan dengan Pesantren Abuya Munfasir, Jika di Pesantren Abuya Munfasir Syarat Masuk Menjadi Santri pun Harus melakukan Puasa dimana santri Hanya di perbolehkan berbuka dengan Air putih tak boleh yang lain dan Harus Ikut serta Sholat Berjama'ah dan ada aturan yang lain sebagai mana beliau tetapkan.
Di Lingkungan Pesantren Kiyai Munfasir pun ada beberapa Pesantren yang di Asuh Oleh Para Putra Putri dan Menantu beliau yang santri nya pun terhitung banyak seperti Hal nya Pesantren KH.Thoif
Di Pesantren Mbah Jad santri diajari berbagai disiplin ilmu seperti tauhid, fikih, tafsir, nahwu, sharaf, mantiq, badi’, bayan, ma’ani, ‘arud, qawafi, dll.
Sedangkan Titik kesamaan paling menonjol antara pesantren Mbah jadd & Abuya Munfasir adalah Tazkiyatun nafsi Pembersihan diri dari segala sifat tercela, serta hidup waro'i dan Belajar serta Mengamalkan Ilmu dan Memperbanyak Ibadah.
Hari Ini Minggu Tanggal 11 Juli 2021
Kita mendengar Wafat nya Beliau KH.
Muzajjad Faqihuudin (Mbah Jad)
Warujayeng, Tanjunganom, Nganjuk, Jawa Timur
Semoga Allah Terima Iman, Islam serta Ihsan nya dan Allah Ampunkan dosa-dosanya dan jadikan beliau termasuk Ahli surga bersama para kekasih Allah Swt, Aamiin.
Di susun Oleh : KHODIM SAZIWA