22/09/2025                                                                            
                                    
                                                                            
                                            Lembaran Baru Rani
Bab 4 – Kesempatan Kedua
Anak itu selamat setelah dibawa ke rumah sakit, meski harus dirawat beberapa hari. Sang ibu memaafkan Rani, meski luka di hati perempuan itu tampak begitu dalam.
Rani pulang dengan hati remuk. Untuk pertama kalinya dalam hidup, ia menutup pintu kamar dan menangis hingga pagi. Ia merasa Tuhan baru saja menegurnya dengan keras, tapi juga memberi kesempatan untuk memperbaiki diri.
Hari-hari berikutnya, Rani mulai mendekat pada hal yang selama ini ia tinggalkan: shalat, membaca Al-Qur’an, dan meminta maaf pada ibunya. Meski kikuk, ia mencoba.
“Bu… maafkan Rani,” katanya suatu sore sambil menunduk. Ibunya memeluknya erat, dengan air mata bahagia. “Nak, Allah itu Maha Pengampun. Selama kau mau kembali, pintu-Nya selalu terbuka.”
Jalan Menuju Cahaya
Perjalanan taubat Rani tidak mudah. Teman-teman lamanya mencemooh, “Kamu berubah jadi alim sekarang? Ah, paling sebentar juga balik lagi.”
Tapi Rani tetap teguh. Ia mulai menjauhi lingkungan lama, menggantinya dengan komunitas yang menuntunnya pada kebaikan. Ia belajar menghadiri pengajian, menolong tetangga, bahkan ikut menjadi relawan di sebuah panti asuhan.
Setiap kali ia melihat anak-anak di sana, ia selalu teringat pada bocah yang hampir kehilangan nyawanya karena kelalaiannya. Hatinya makin mantap, rasa syukurnya semakin besar.
Kini, di usianya yang ke-30, Rani bukan lagi wanita yang sama. Ia memang tak bisa menghapus masa lalu, tapi ia memilih menulis lembaran baru dengan tinta tobat.