28/10/2025
JOKOWI DAN GIBRAN DIBENCI LAWAN POLITIKNYA, TAPI MAKIN DISAYANG RAKYAT
Dalam dunia politik, kebencian dari lawan bukanlah tanda kelemahan, justru sering menjadi bukti kekuatan. Hal itulah yang kini terlihat jelas pada sosok Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming Raka. Keduanya kerap diserang, dikritik, bahkan dijatuhkan secara politik. Namun menariknya, setiap kali serangan datang, simpati rakyat justru semakin mengalir deras kepada mereka.
Mengapa demikian? Karena rakyat bisa menilai dengan mata hati.
Mereka melihat siapa yang benar-benar bekerja dan siapa yang hanya berbicara. Jokowi sudah membuktikan dirinya bukan hanya pemimpin yang pandai berjanji, tetapi pemimpin yang menepati janji. Dari pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia, penguatan ekonomi rakyat kecil, hingga keberpihakan kepada petani, nelayan, dan UMKM — semua nyata dan terasa.
Ketika sebagian lawan politik sibuk mencari kesalahan, Jokowi justru sibuk bekerja. Ketika mereka menebar fitnah, Jokowi memilih diam dan membalas dengan hasil. Inilah alasan mengapa setiap kali ia diserang, justru popularitasnya semakin menguat. Rakyat melihat kejujuran dan keteguhan hati yang jarang dimiliki pemimpin lain.
Hal yang sama kini terlihat pada Gibran Rakabuming Raka. Di usia muda, Gibran sudah menjadi simbol keberanian generasi baru dalam politik Indonesia. Ia tidak banyak bicara, tetapi langkah-langkahnya tegas. Ia bekerja dengan gaya modern, cepat, dan efisien. Karena itu, banyak lawan politik yang merasa terganggu oleh pesatnya perkembangan kariernya. Namun seperti ayahnya, Gibran tidak membalas dengan kata-kata — ia membalas dengan kinerja dan inovasi.
Semakin mereka dibenci oleh lawan-lawan politik, semakin besar cinta rakyat kepada keduanya. Sebab rakyat tahu, mereka tidak sempurna, tapi mereka tulus. Mereka bukan pemain politik yang lihai dengan retorika, tapi pekerja keras yang memikirkan masa depan bangsa.
Dalam hati rakyat, Jokowi dan Gibran bukan hanya pemimpin, tapi simbol harapan.
Mereka adalah contoh bahwa kerja nyata, ketulusan, dan kesederhanaan masih punya tempat di dunia politik yang penuh kepalsuan.
Dan kini, sejarah sedang mencatat —
bahwa Jokowi dan Gibran boleh dibenci oleh lawan politiknya,
tapi mereka makin disayang oleh rakyatnya.