Imam Abu Salman Official

Imam Abu Salman Official *| Spesialis pebisnis donat sejak 1996.
*| Mentor ribuan pengusaha donat rumahan.
*| Kelas baking online & offline — friendly, profesional, hasil teruji.

Usaha yang berkah itu bukan yang paling cepat,tapi yang paling tenang dan terarah.Usaha rumahan memang kecil,dilakukan d...
09/12/2025

Usaha yang berkah itu bukan yang paling cepat,
tapi yang paling tenang dan terarah.

Usaha rumahan memang kecil,
dilakukan dari dapur yang kadang berantakan,
sambil ngurus anak, sambil masak, sambil nyuci.
Tapi justru di situlah letak keindahannya:
rezeki datang dari tangan-tangan yang penuh cinta.

Dan supaya usaha itu tetap tumbuh stabil,
ada tiga hal yang perlu terus kita jaga.

1️⃣ Jagalah Kejujuran & Halal-nya Alur Uang

Rezeki itu bukan hanya soal jumlah,
tapi siapa yang memberkahi.

Kalau alurnya bersih, halal,
jauh dari riba, jauh dari tipu-tipu,
meskipun kecil… efeknya besar untuk rumah.

Anak lebih tenang,
kesehatan terasa ringan,
hati lebih lapang.

Rezeki itu seperti air jernih…
kalau sumbernya bersih, kehidupan ikut sejuk.

2️⃣ Fokus pada Perbaikan Kecil yang Terus-Menerus

Tidak harus sempurna.
Tidak perlu langsung punya alat mahal.
Tidak perlu langsung mirip brand besar.

Cukup setiap hari ada perbaikan sedikit.
Hari ini catatan keuangan dirapikan.
Besok resep distabilkan.
Lusa belajar foto produk sedikit.

Usaha itu seperti mengurus tanaman.
Tidak perlu disiram satu ember,
asal rutin aja tiap hari satu gayung.

3️⃣ Jagalah Hati agar Tidak Mudah Terbawa Omongan Orang

Ini penting.
Kadang omongan tetangga lebih pedas daripada cabe rawit.
Ada yang meremehkan,
ada yang nyinyir,
ada yang komentar tidak perlu.

Tapi ingat,
yang menjalani jalan ini kan kita.
Yang bangun pagi, kita.
Yang produksi, kita.
Yang sambil ngantuk packing malam-malam, kita.

Jadi jangan biarkan orang yang tidak ikut berjuang
mengatur arah hidup kita.

Tenang saja.
Fokus saja.
Pelan-pelan saja.

Allah itu Maha Melihat setiap tetes keringat,
setiap usaha diam-diam,
setiap perjuangan yang tidak disaksikan siapa pun.

Usaha rumahan itu tidak remeh.
Ia seperti sumber air dari tanah yang pelan-pelan muncul.
Tidak kelihatan besar,
tapi kalau dijaga…
bisa jadi sungai yang menyejukkan banyak orang.

Yang penting cara jalannya benar,
niatnya lurus,
dan hatinya dijaga.

Buat panjenengan yang ingin bangun usaha rumahan yang halal, rapi, dan jelas alurnya, saya ada beberapa kelas baking & bisnis yang bisa jadi bekal awal.
Silakan cek di sini ya:
👉 Donuts Class Online (rekomendasi untuk start usaha):
https://bit.ly/InfoDonutsClassOnline

Berkah datang dari ketenangan langkah.
"Peaceful steps bring blessed results."

~ Imam Abu Salman ~

Kalau kita lihat usaha orang yang sudah besar, sering muncul rasa minder.“Kok bisa ya mereka berkembang cepat?”“Kok aku ...
08/12/2025

Kalau kita lihat usaha orang yang sudah besar, sering muncul rasa minder.
“Kok bisa ya mereka berkembang cepat?”
“Kok aku sudah bertahun-tahun di rumah begini saja?”

Padahal kalau dibuka ceritanya,
rahasia usaha itu bukan keajaiban…
bukan modal besar…
bukan punya kenalan penting…

Tapi satu hal sederhana yang sering diremehkan:
KONSISTENSI.

Saya sering sampaikan,
usaha rumahan itu berkembang bukan karena sekali dua kali kerja keras,
tapi karena ulang—ulang—ulang hal kecil yang sama setiap hari.

1️⃣ Konsistensi Produksi

Misal kita jualan makanan, donat, kue, atau apa saja…
yang bikin pelanggan balik itu sebenarnya bukan rasa paling enak sedunia,
tapi rasa yang stabil.

Kalau hari ini enak, besok berubah, lusa beda lagi…
pelanggan bingung.

Tapi kalau rasanya stabil,
sekecil apa pun usaha kita,
orang itu akan bilang:
“Bu, besok pesan lagi ya. Kemarin enak, hari ini sama.”

Dan itu kekuatan besar.
Kekuatan yang maju pelan… tapi pasti.

2️⃣ Konsistensi Jam Kerja

Usaha rumahan rawan sekali ikut mood.
Hari ini semangat, produksi banyak.
Besok capek, libur mendadak.
Lusa semangat lagi, kerja keras.
Besoknya males, tutup.

Ritmenya naik-turun.
Akhirnya usaha tidak kelihatan wujud aslinya.

Padahal…
konsisten 2 jam tiap hari
lebih bermanfaat daripada kerja 8 jam tapi hanya seminggu sekali.

Sama seperti menu masakan rumah…
yang penting itu rutinnya, bukan mewahnya.

3️⃣ Konsistensi Promosi Kecil

Banyak dari kita malu promosi.
Takut dianggap spam.
Takut dikata-katain.

Padahal promosi itu bukan tebal-tebalan muka.
Promosi itu ngabarin, bukan maksa.

Bilang:
“Bu, hari ini ada donat fresh.”
“Bu, yang kemarin order, terima kasih… bisa repeat kapan saja ya.”
Upload foto proses sedikit.
Foto packing.
Foto ucapan terima kasih dari pelanggan.

Itu saja sudah cukup.
Yang penting rutin.

Karena algoritma media sosial saja s**a yang rutin,
apalagi manusia.

4️⃣ Konsistensi Merawat Diri

Ini penting tapi sering dilupakan.
Badannya dipakai terus,
tapi diri sendiri tidak pernah diisi.

Padahal usaha yang stabil berasal dari hati yang stabil juga.
Jangan lupa istirahat, jangan lupa shalat tepat waktu,
jangan lupa tarik napas panjang sebentar untuk menenangkan hati.

Kadang energi besar muncul setelah kita berhenti sejenak.

Usaha itu bukan sprint.
Usaha itu seperti nyapu rumah setiap hari.
Tidak langsung kinclong,
tapi kalau dilakukan terus-menerus,
rumah jadi terang.

Begitu juga rezeki.
Pelan-pelan, tertata, dan berkah.

Lakukan yang kecil, tapi tiap hari.
"Small steps every day."

~ Imam Abu Salman ~

07/12/2025

Banyak orang kira usaha rumahan itu santai:
kerja sambil ngurus anak, sambil masak, sambil beberes.
Padahal yang sudah jalanin tahu betapa riwehnya.

Dan yang sering bikin usaha itu mandek bukan kurang kemampuan,
tapi kurang tegas dalam tiga hal penting:
waktu, uang, dan orang.

Mari kita bahas pelan-pelan ya…

1️⃣ Ketegasan Mengatur Waktu

Usaha rumahan itu rawan kecampur urusan lain.
Baru mau produksi, ada tamu.
Baru mau packing, anak minta makan.
Baru mau hitung modal, ada WA grup RT.

Akhirnya, usaha tidak selesai-selesai.
Kita capek, hasilnya pun tidak maksimal.

Makanya saya selalu bilang:
Bukan soal banyak waktu, tapi soal membuat waktu.

Kalau bisa, tentukan jam tetap untuk kerja.
Misal jam 08.00–10.00 untuk produksi,
jam 12.00–13.00 untuk kirim barang,
jam 14.00–15.00 untuk admin.

Anak dan suami juga bisa diberi tahu:
“Ini jam kerja ibu ya… sebentar saja.”

Bukan berarti kita keras.
Justru kita sedang menjaga diri agar tidak tumbang.

2️⃣ Ketegasan Memisahkan Uang

Ini yang paling banyak bikin usaha kita macet:
uang usaha campur dengan uang pribadi.

Modal 300 ribu, laku 500 ribu…
eh sore harinya dipakai belanja dapur.
Besok mau produksi, bingung: modalnya ke mana?

Bukan salah siapa-siapa...
Kita hanya belum tegas pada diri sendiri.

Coba mulai dari yang kecil:
– Pisahkan kotak untuk uang usaha
– Catat pemas**an harian
– Jangan ambil uang usaha sebelum menutup modal
– Gaji diri sendiri secukupnya

Begitu ini dilakukan,
Kita akan terkejut melihat betapa usahanya ternyata sudah berkembang,
cuma selama ini uangnya bocor halus.

3️⃣ Ketegasan Menghadapi Orang

Nah… ini yang paling sering membuat kita takut:
takut mengecewakan orang,
takut dibilang pelit,
takut dianggap sombong.

Akhirnya semua orang dilayani,
semua permintaan dituruti,
semua harga diberi potongan.
Capek sendiri.

Padahal…
ketegasan itu bukan jahat.
Ketegasan itu bentuk sayang kepada diri sendiri,
keluarga, dan masa depan.

Kalau ada yang minta hutang tapi kita tahu dia sulit bayar → tolak dengan halus.
Kalau ada saudara minta gratisan terus → jelaskan dengan baik.
Kalau ada tetangga ingin ikut usaha tapi cara kerjanya tidak sejalan → tidak apa-apa, bilang belum bisa.

Percaya deh…
orang yang benar-benar baik tidak akan marah pada ketegasan.
Hanya orang yang ingin mengambil keuntunganlah yang tersinggung.

Usaha kita itu ibarat tanaman.
Kalau dari awal dibiarkan diinjak-injak,
tidak akan tumbuh kuat.

Tapi kalau dijaga, dirawat, diberi aturan yang jelas…
pelan-pelan dia akan kokoh.

Tegas itu bukan keras.
"Clarity creates peace."

~ Imam Abu Salman ~

Kalau usaha kita mulai jalan sedikit, kadang ada aja yang nyeletuk,“Kenapa nggak cari investor aja? Biar cepat berkemban...
06/12/2025

Kalau usaha kita mulai jalan sedikit, kadang ada aja yang nyeletuk,
“Kenapa nggak cari investor aja? Biar cepat berkembang.”
Atau ada saudara yang bilang,
“Nanti saya tambahi modal ya, biar usahamu maju.”

Kedengarannya enak, ya?
Tapi sebenarnya… nggak sesimpel itu.

Saya sering bilang,
investor itu bukan ATM.
Investor itu amanah.
Begitu kita menerima uangnya,
kita bukan hanya pegang modal orang…
tapi juga harapan dan tuntutannya.

Dan yang berat bukan uangnya,
tapi tekanannya.

Investor itu wajar kalau minta laporan.
Wajar kalau minta kejelasan.
Wajar kalau ingin tahu uangnya dipakai untuk apa.

Tapi bayangkan kalau kita masih belajar ngatur alur produksi,
masih belajar konsisten,
masih menata pembukuan,
masih menyesuaikan ritme usaha…

lalu ditambah pekerjaan baru:
menjawab pertanyaan dari investor setiap minggu.

Yang tadinya kita bekerja dengan tenang,
bisa berubah jadi bekerja dengan cemas.
Karena ada “mata lain” yang ikut mengawasi dapur.

Dan kalau investor itu teman dekat atau saudara?
Wah… kalau sampai salah paham,
bukan cuma usaha yang rusak,
tapi hubungan keluarga juga bisa retak.

Makanya saya selalu bilang:
jangan pernah terima investor kalau pondasi usaha belum kuat.

Pondasi itu apa?

– Produksi sudah stabil
– Customer sudah loyal
– Angka untung-rugi jelas
– Pembukuan rapi
– Tahu arah bisnisnya mau ke mana

Kalau lima hal itu belum ada,
investor bukan menolong…
tapi malah menambah beban.

Dan satu hal lagi yang penting :
rezeki itu bukan soal besar-besaran, tapi keberkahan.
Kalau usaha kita pelan tapi berkah,
pelan tapi stabil,
pelan tapi membuat hati tenang…

itu jauh lebih baik daripada besar tapi penuh tekanan.

Investor itu boleh—asal tepat waktu, tepat kondisi, dan jelas akadnya.
Kalau belum siap?
Tidak perlu dipaksakan.
Karena yang memaksa diri sendiri, jarang menemukan ketenangan.

Kadang usaha kecil tapi milik sendiri itu lebih nikmat daripada usaha besar tapi tidak merdeka.

Berkah lebih penting daripada besar.
"Peace is better than pressure."

~ Imam Abu Salman ~

Kalau sudah mulai usaha, sering ada teman atau saudara yang bilang,“Yuk, kita kerjasama. Biar lebih ringan, biar lebih c...
05/12/2025

Kalau sudah mulai usaha, sering ada teman atau saudara yang bilang,
“Yuk, kita kerjasama. Biar lebih ringan, biar lebih cepat besar.”

Kedengarannya memang manis.
Tapi, nggak semua ajakan itu baik buat kita.
Kadang malah bikin pusing tujuh keliling.

Saya sering bilang,
kerja sama itu seperti menikahkan dua cara pikir.
Kalau cocok → enak.
Kalau nggak cocok → capeknya seumur-umur.

Soalnya, kerja sama itu bukan cuma bagi modal.
Tapi juga bagi kebiasaan, cara ngomong, cara ambil keputusan, dan yang paling penting: cara menghadapi masalah.

Coba bayangkan begini…
Kalau kita tipe yang rapi, s**a nyatet, ngatur uang jelas,
tapi partnernya santai, “ya nanti aja”…
lama-lama kita yang stress.

Atau kita tipe yang jujur apa adanya,
tapi partner ada sedikit “akal-akalannya”…
wah, bahaya.
Karena kalau masalah muncul, nama kita ikut ketarik.

Makanya sebelum kerjasama, penting tanya tiga hal:

1️⃣ Bagaimana dia kalau menghadapi masalah?
Orang itu aslinya kelihatan ketika usaha lagi sepi, bukan ketika omzet naik.

2️⃣ Apakah dia bisa diajak duduk bareng bicara angka?
Kerja sama tanpa pembukuan yang jelas itu seperti naik motor tanpa rem.

3️⃣ Apakah dia menghargai waktu dan komitmen?
Kalau janji kecil sering molor, jangan harap janji besar akan ditepati.

Dan satu lagi…
Ini yang sering saya bilang ke peserta kelas saya:
Kalau ajakan kerjasama muncul saat kita lagi capek atau lagi terdesak uang, hampir pasti itu bukan keputusan terbaik.

Karena keputusan terbaik biasanya lahir dari hati yang tenang,
bukan hati yang kepepet.

Usaha itu bisa dimulai sendiri, pelan-pelan, nggak apa-apa.
Tidak harus berdua.
Tidak harus ramai-ramai.
Kadang justru lebih berkah kalau kita bangun dengan ritme kita sendiri.

Kalau suatu saat Allah mempertemukan partner yang benar-benar sefrekuensi,
yang adabnya bagus,
yang komunikasinya enak,
yang jujurnya kuat…
itu akan terjadi sendiri.

Nggak perlu dipaksa.

Jangan takut jalan sendiri.
Bukan berarti kita lemah.
Justru kita lagi menyiapkan mental yang kuat.

Yang cocok akan datang pada waktunya.
"The right partner comes at the right time."

~ Imam Abu Salman ~

Kita ngobrol pelan-pelan ya.Karena topik ini agak sensitif untuk sebagian orang,tapi penting demi ketenangan hati dan ke...
04/12/2025

Kita ngobrol pelan-pelan ya.
Karena topik ini agak sensitif untuk sebagian orang,
tapi penting demi ketenangan hati dan keberkahan usaha kita.

Banyak dari kita memulai usaha bukan karena gaya-gayaan,
tapi karena butuh:
butuh nambah uang dapur, bayar sekolah, bantu suami, atau biar punya pegangan sendiri.

Dan karena kebutuhan itu kadang mendesak,
kita jadi mudah sekali tergoda mengambil utang:
– promo cicilan,
– pinjaman cepat cair,
– ajakan teman,
– atau aplikasi yang tinggal klik langsung cair.
Semua terlihat mudah…
terlalu mudah malah.

Padahal…
yang mudah datangnya, sering berat akibatnya.

Terutama yang mengandung riba.

Saya bilang begini bukan untuk menakut-nakuti,
tapi karena sudah terlalu banyak cerita:
“Pak Imam… kok setiap kali saya dapat uang, selalu habis untuk bayar angsuran?”
“Usaha jalan, tapi hati tidak tenang.”
“Rezeki serasa mampet, padahal kerja keras.”

Riba itu memang begitu…
dia seperti pasir halus yang perlahan masuk ke celah hidup kita.
Awalnya kecil… lama-lama menggerus dari dalam.
Capeknya bukan hanya di dompet, tapi di hati.

Karena itu, kalau bisa, jangan pernah memulai usaha dengan utang riba.
Bukan karena sok idealis,
tapi karena kita sayang sama masa depan kita.
Sayang sama ketenangan rumah kita.
Sayang sama keberkahan rezeki kita.

Utang boleh — asal syar’i, jelas, jujur, dan tidak menjerat.
Tapi kalau bentuknya riba?
Lebih baik kita tahan diri.

Kadang yang kita butuhkan bukan tambahan uang,
tapi tambahan sabar dan pengaturan.

Mulai usaha pelan-pelan itu tidak hina.
Pakai alat seadanya itu tidak masalah.
Bangkit dari modal kecil itu tidak memalukan.

Yang penting halal, berkah, dan hati tenang.

Ingat ya…
Allah itu Maha Melihat usaha kita.
Yang kita lakukan diam-diam di dapur pun dihitung sebagai amal kalau niatnya benar.

Pelan-pelan saja…
Satu utang dibereskan,
satu kebiasaan diubah,
satu langkah dikuatkan.

Yang melelahkan bukan hidupnya…
tapi riba di dalamnya.
Dan begitu kita lepas dari itu, percaya…
hidup terasa lebih lapang.

Berkah itu membuat hidup tenang.
"Blessings bring peace."

~ Imam Abu Salman ~

26/11/2025

Di balik lampu-lampu kota yang menyala, ada banyak orang yang diam-diam sedang berjuang. Termasuk kita.

Malam itu jujur…
Dia selalu memantulkan apa yang sebenarnya kita rasakan.
Capeknya terlihat, syukurnya terdengar, dan mimpinya terasa lebih dekat.

Aku sering pakai malam untuk mengevaluasi satu hal:
“Hari ini aku sudah jadi versi diriku yang sedikit lebih baik belum?”

Nggak perlu banyak-banyak. Satu perbaikan kecil setiap hari sudah cukup membuat jalan hidup berubah jauh.

Jangan lupa, proses itu memang lama… tapi hasilnya nggak pernah mengkhianati.

Mau belajar teknik donat yang rapi, empuk, dan berkarakter?
👉 https://bit.ly/HandsOnClassDonuts

26/11/2025

Siang itu waktunya jeda.
Dalam bisnis maupun hidup, yang sering bikin kita tumbang bukan kerja kerasnya… tapi tidak ada jedanya.

Dulu aku tipe yang “ngegas terus”.
Semua mau dikejar. Semua pengen cepat.
Tapi setelah ngalamin sendiri, aku sadar:
rejeki itu datangnya ke orang yang siap, bukan yang sekadar cepat.

Siang ini, tarik diri sebentar.
Pegang minuman hangat, tarik napas, lihat apa yang sudah kamu capai hari ini.
Kecil atau besar itu tidak penting… yang penting kamu bergerak dan belajar.

25/11/2025

Kadang kita bangun dengan perasaan yang nggak karuan—antara semangat dan ragu. Tidak selalu karena hidup berat, tapi karena kita sedang bertumbuh.
Yang namanya proses… ya memang sering bikin hati terasa penuh.

Aku selalu ingat masa-masa awal bikin donat di dapur kecil rumah kost dulu. Adonan pertama selalu gagal. Lembek, bantat, keras, semua pernah. Tapi setiap pagi aku bilang dalam hati: “Hari ini coba lagi, pelan-pelan… tapi terus.”

Ternyata, keputusan kecil yang konsisten itu yang mengubah hidup.
Jadi kalau pagi ini kamu merasa ragu, capek, atau kayaknya kok sulit ya…
Tarik napas. Ambil langkah kecil.
Pagi selalu membawa kesempatan untuk memperbaiki arah.

25/11/2025

Kalau kamu merasa donatmu masih keras, cepat kering, atau gampang bantat…
Tenang, semua orang pernah di fase itu.
Bedanya, sebagian orang memilih berhenti.
Sebagian lagi memilih belajar.

Kalau kamu siap naik level, kelas ini untukmu:
👉 Kelas Donat Kentang
https://bit.ly/KelasDonatKentang

Ada dua jenis orang bikin donat:1. Yang sabar proofing2. Yang tiap 5 menit nanya: “Udah ngembang belum?”Yang kedua biasa...
25/11/2025

Ada dua jenis orang bikin donat:

1. Yang sabar proofing
2. Yang tiap 5 menit nanya: “Udah ngembang belum?”

Yang kedua biasanya bikin adonan stres.
😁🙏😁

25/11/2025

Jangan banyak ikut “kata orang”.
Bisnis UMKM itu rusak bukan karena pesaing banyak,
tapi karena pemiliknya tidak punya pegangan prinsip.

Saran saya :

1. Jaga cashflow

2. Hindari utang riba

3. Fokus pada pelanggan setia

4. Perbaiki produk terus menerus

Pelan tapi pasti.

Address

Jalan Grogolan RT05/RW14 Ds. Ngemplak 1
Sleman
55584

Opening Hours

Monday 09:00 - 17:00
Tuesday 09:00 - 17:00
Wednesday 09:00 - 17:00
Thursday 09:00 - 17:00
Friday 09:00 - 17:00
Saturday 09:00 - 17:00
Sunday 09:00 - 17:00

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Imam Abu Salman Official posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share